Minggu, 18 September 2016

DIKTAT TAFSIR PERJANJIAN BARU 1 (Matius, Markus, Lukas, Yohanes)

Pendahuluan PERSIAPAN-PERSIAPAN KEDATANGAN MESIAS DAN KEKRISTENAN A. Persiapan melalui orang Yahudi. Allah mempersiapkan dengan bijaksana peristiwa ini dengan berbagai hal dan berbagai pihak, baik Yahudi maupun kafir. 1. Sejarah bangsa Yahudi. Dalam kurun waktu kurang lebih 3000 tahun, orang-orang Yahudi tersebar diberbagai belahan dunia dan hidup ditengah-tengah bangsa non Yahudi di luar Palestina. Hal ini disebut “diaspora.” Peristiwa ini terjadi karena dosa-dosa yang mendatangkan hukuman Allah (Ul. 28:5; Yer. 8:3; Ezr. 4:13; Ams. 7:17b). Mereka mulai tersebar, pertama: Sargon menawan orang Israel ke Assiria (722BC). Kedua: Nebukadnezar menawan Yehuda ke Babel (606-586BC). Sedangkan sisa Israel pergi ke Mesir dalam jumlah yang tidak jelas, namun menurut catatan pada zaman Alexander Agung (kaisar Yunani), mereka sudah berkembang di Mesir, dan kira-kira tahun 20-40 AD jumlahnya sudang mencapai sejuta orang. Belum termasuk yang menyebar ke Negara-negara lain. 2. Berkat Allah. Dalam perjalanan bangsa Yahudi tersimpan rencana Allah yang indah, bahwa mereka yang masih tinggal akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain (Mi. 5:6). Sejarawan Yahudi mengungkapkan, “tidak ada suatu bangsa di dunia ini yang dinyatakan dalamPB secara berkali-kali,…untuk menjadi berkat (Yoh. 7:35; Yak. 1:1; 1Pet. 1;1 sumber: Yosephus). Jalan untuk menuju tujuan itu adalah diaspora. Allah mengerjakan suatu persiapan jalan berkat bagi bangsa lain melalui datangnya Mesias dan juga jalan bagi kekristenan. Dengan tersebarnya orang-orang Yahudi, paham keyahudian yang agamais pun tersebar pula. Mereka memang dibuang karena pelanggaran terhadap hokum Taurat, namun keyahudian mereka tidak hancur. Inilah yang diserap oleh kekristenan. Dengan kata lain hal yang terjadi bersamaan dengan diaspora Yahudi itu adalah persiapan kekristenan. 3. Pembentukan Sinagoge (rumah sembahyang Yahudi diperantauan). Sinagoge adalah tempat pertemuan rohani bagi orang-orang Yahudi. Dimana ada sedikitnya 10 orang dewasa, mereka pasti membangun sinagoge. Yakobus membicarakan sinagoge disetiap kota (Kis. 15:21). Penyebaran Injil yang efektif pada abad pertama melalui sinagoge sebelum penyebaran ke orang-orang kafir (Luk. 4:16-30; Kis. 13:13-49). 4. Pemilikan dan Penggunaan Septuaginta (terjemahan PL dalam bahasa Yunani). Kitab ini dipergunakan oleh orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani (Gerika), atau non Yahudi berbahasa Gerika. Dengan demikian mereka berkesempatan mendengar Injil keselamatan. Diesman, berkata “agama Yahudi dengan Septuagintanya telah mencangkul tanah-tanah yang keras untuk bibit Injil di dunia Barat.”disamping itu perlu dicatat bahwa Tuhan Yesus dan para rasul sering mengutifnya. Sejarah gereja mengatakan bahwa para misionaris Kristen menggunakan Septuaginta sebelum ada tulisan-tulisan Kristen. 5. Standar Kepercayaan Monotheisme Yahudi dan Moralitasnya. Monotheisme artinya percaya pada hanya satu Allah dan moralitas rohani hanya diserap oleh kekristenan. Sebab tantangan zaman ini adalah skeptisisme, stoaisme, fatalisme, formalism, destituisme, pesimisme, dan ekskhustionisme yaitu: suatu keadaan tanpa semangat rohani mewarnai zaman itu. Tata cara Ibadah Yahudi (dalam hal penebusan, dan pengampunan merupakan pintu masuk bagi pemberitaan khabar pengampunan dan penebusan oleh Kristus). Orang-orang Yahudi yang peka terhadap firman Allah bertobat dan menjadi tokoh-tokoh gereja pada masa pemberitaan Paulus. 6. Sekolah-Sekolah dan Perpustakaan. Sinagoge, selain menjadi tempat sembahyang orang Yahudi, juga dipergunakan sebagai sekolah dan perpustakaan. Disinilah Paulus memberitakan Injil dan mengajar mereka. 7. Utusan Injil. Pemberitaan Injil tidak lepas dari buah kegiatan mereka menyelidiki firman Allah pada Septuaginta. PERSIAPKAN MELALUI ORANG NON-YAHUDI Firman Tuhan berkata, “…apabila waktunya sudah genap.” (Gal. 4:4) apapun tafsirannya, yang jelas aplikasinya adalah “penyebaran Injil, penginjilan.” 1. Ciri Persiapannya: Adanya perbudakan yang merajalela. Pada zaman Yunani diperkirakan ada 60 juta budak yang sangat memprihatinkan. Mereka kehilangan hak, perlidungan, dan diperlakukan secara tidak manusiawi. Kedudukan wanita pun sangat rendah. Pengangguran terjadi dimana-mana, kejahatan meningkat, ketidaksetiaan terhadap perkawinan sudah membudaya, kepercayaan kafir tidak member pengaruh terhadap moral, tidak ada gairah hidup, kecemasan melanda masyarakat diberbagai tempat. Dalam keadaan yang seperti itu, timbul suara yang menentang dimana-mana perjuangan moral dan rohani yang menghendaki perubahan dan perbaikan hidup dan kesatuan serta kemurnian kepercayaan. Keadaan ini jelas merupakan persiapan bagi kedatangan Mesias. 2. Bahasa Yunani. Pada masa pemerintahan Alexander Agung, bahasa Yunani sangat erat hubungan dengan datangnya kekristenan dengan mempersatukan dunia dalam bahasa dan kebudayaan. Yaitu Gerika kebudayaan Helenisme (kebudayaan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani) berkembang. Penghapusan perbedaan ras, mempersatukan bangsa. 3. Bangsa Romawi. Dari segi politik Roma berambisi mempersatukan dunia dalam satu kerajaan yang besar yang terbentang dari Efrat, hingga Atlantik, yang menguasai 100 juta jiwa. Ambisi itu disebut: Pax Romana dunia damai oleh Roma. Mereka yakin bahwa merekalah yang membangun pemerintah dunia ini. Itulah sebabnya mereka membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan baru. MASYARAKAT ZAMAN TUHAN YESUS 1. Golongan Ahli Taurat. (bhs. Ibrani Sopherim dari akar kata sophar artinya menulis, menyusun, mengatur. Bhs. Yunani Grammateus artinya ahli Taurat). Mereka adalah golongan professional dalam pengetahuan dan penafsiran Hukum Taurat, dan Kitab para Nabi. Mereka sangat terpandang dan memiliki wewenang yang besar dalam agama Yahudi. Ahli Taurat zaman Yesus berbeda dengan ahli Taurat zaman PL. Pada masa pembuangan orang-orang Yahudi yang bertobat sangat membutuhkan guru; adanya kitab septuaginta, tersebarnya sinagoge, vakumnya nabi mengakhibatkan setiap orang Yahudi bertanggung jawab atas penataan segenap syariat Taurat, maka atauran atau hukum tertentu harus disarikan dari Hukum Taurat. Namun pada zaman Tuhan Yesus, kemurnian Hukum Taurat sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan karena penafsiran-penafsiran mereka sering menyimpang dari kebenaran yang dimaksud Hukum Taurat. Bahkan tuntutan Hukum Taurat sering diganti dengan adat istiadat mereka 2. Golongan Orang Farisi (separatis, mengasingkan diri). Penyebabnya adalah separatis berdasarkan Taurat. Sisa Yahudi yang kembali dari pembuangan bertujuan “membangun kembali masyarakat Yahudi yang terpisah dari semua bangsa, dengan jalan memelihara Taurat sedetail mungkin, kendati banyak halangan untuk mewujudkan keinginan itu, semangat mereka tidak pudar, hingga akhirnya mereka dapat mulai pada zaman Ezra tahun 458-445BC. Dan dalam masa pemerintahan Persia, kekuasaan imam besar terus meningkat. Oleh karena itu, raja Persia merasa tidak perlu mengangkat Gubernur di Yehuda, maka ia menyerahkan kepada mereka pemerintahan (politik). akhibatnya jabatan politik menimbulkan kebobrokan, kemerosotan nilai jabatan ini. Keadaan ini semakin berbahaya yang pada ujungnya menimbulkan banyak reaksi. Pertentangan ini tampak pada awal masa “antar perjanjian,” para imam besar berpijak pada jabatannya yang resmi, dan para ahli Taurat berpijak pada wibawa Taurat. Golongan imam tidak dijiwai semangat “theokrasi” dan paling mudah kena pengaruh asing. Sebaliknya ahli Taurat dengan sungguh-sungguh membela kemurnian dan keutuhan azas, dan terpisah dari bangsa asing. Keadaan ini sukar dijembatani sehingga timbul perpecahan yang melahirkan golongan saduki dan Farisi. Kecendrungan negative orang Farisi adalah keangkuhan, kemunafikan yang melahirkan dosa. 3. Golongan Saduki. Kemungkinan besar mereka adalah imam-imam keturunan Zadok (2Sam. 8:17; Yeh. 40:46; 43:19; 44:15; 48:11). Mereka ingin mempertahankan jabatannya, sebab pada zaman Makabe, jabatan imam berpindah ketangan Wangsa Asmones. Para imam golongan Zadok mengutamakan segi duniawi dari jabatan imam itu. Karena jabatan ini menguntungkan baik bidang agama maupun politik, sedangkan orang Farisi menekankan gagasan datangnya Mesias. Golongan Saduki bersifat lunak, pada zaman Alexander Agung, mereka kompromi dengannya. Pandangan teologi mereka ialah tidak percaya kepada kebangkitan orang mati secara badani dan juga tidak percaya malaikat (Mat. 22:23) 4. Golongan Essenes (Keyahudian Batin). Mereka hidup menurut jiwa Hukum Taurat, mengasingkan diri dari masyarakat luas dan menjalani hidup sederhana. Mereka tidak suka perang dan bekerja sebagai petani. Tidak punya pengaruh besar di masyarakat. 5. Golongan Herodian. Tujuan golongan ini adalah membela pemerintah Herodes. Karena untuk mencapai puncak harapan Yahudi, mereka mencoba menggabungkan kebudayaan Roma dan Yahudi dan bahkan dengan berhala-berhala kafir. 6. Golongan Zelot. Orang Zelot disebut juga Kanani (Mrk. 10:4; Luk. 6:15). Mereka adalah golongan partai yang radikal, yang ingin membangun Israel damai dengan kekerasan. Karena tindakan inilah, Yerusalem dihancurkan oleh Jenderal Titus pada tahun 70AD. Dan setelah penghancuran itu, mereka mati-matian membela Taurat terhadap pengaruh Roma dan kebudayaan Yunani. 7. Golongan Sanhedrin (Makamah Agama). Menurut tradisi Yahudi, Sanhedrin sudah ada sejak masa 70 tua-tua dan berlangsung terus. Mereka bertugas dalam bidang peradilan dan pemerintahan bangsa Israel. Golongan Sanhedrin dalam PB berbeda dengan mereka. Golongan ini berdiri pada masa Yunani berkuasa di Yerusalem (333BC) dengan nama “Majelis Berbicara/sinode” yakni suatu badan pemerintahan yang beranggotakan para tua-tua, dan kemudian lembaga ini menjadi “Sanhedrin.”susunan anggota 71 orang terdiri dari satu orang imam besar, orang imam kepada yang mewakili kaum awam jasmani dan rohani. 24 tua-tuan mewakili kaum awam dan orang biasa. 22 orang ahli Taurat. Sarat keanggotaan: tidak cacat rohani dan jasmani; paru baya, kaya, tampan; bepengaruh Hukum, dan pengetahuan lainnya. INJIL A. Kabar Baik. Yunani Euaggelion, artinya kabar baik atau aslinya pahala tentang berita baik. Bahasa inggris Godspel dari bahasa Anglo-Saxon, Godspell, kisah tentang Allah, kehidupan Kristus. Dinamai demikian karena kitab-kitab ini melaporkan kabar keselmatan bagi semua orang melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus (Mark. 1:1; 1Kor. 15:3-4). Riwayat hidup Yesus tidak akan diketahui jika Injil tidak ditulis. Injil ditulis agar semua orang mengenal Dia (Yoh. 20:31). B. Kepentingan. Karena perkembangan kekristenan begitu cepat, maka sangan diperlukan dokumen tertulis tentang kehidupan Yesus Kristus. Disamping itu, saksi mata tentang Dia sudah banyak yang meninggal dunia. Sehingga keperluan berita tertulis tentang Yesus begitu mendesak. Injil tersebut sangat berguna bagi para penginjil untuk memberitakan, mengajar petobat baru, dan menjadi bagian ibadah dalam kebaktian orang Kristen. C. Empat Injil. Sekalipun ada banyak Injil yang ditulis, namun hanya empat yang diakui sah dan layak masuk dalam Perjanjian Baru. Injil-injil tersebut mungkin ada informasi yang sama dengan Injil kanon, tetapi ada tambahan yang bersifat dongeng dan lucu (misalnya: kisah Yesus mengutuk seorang anak sampai mati, karena anak itu memukul Yesus samapai jatuh dalam Apokripa gnostik yang berjudul Bayi). Juga, Injil semacam itu sering mencoba mendukung kekafiran dan sekte-sekte. Satu alas an mengapa hanya empat Injil yang diterima adalah karena penulisnya para rasul dan orang yang dekat dengan mereka. Kemudian gereja menetapkan keautektikan kitab-kitab itu dan dimasukan dalam kanon. Injil Matius untuk orang Yahudi, Markus untuk orang Romawi, Lukas untuk orang kafir dan Yohanes untk semua orang Kristen. Injil Sinoptik Sinoptik berasal dari bahasa yunani synoptikos, terdiri dari dua kata yaitu συν (sun) dan οπεσται (opesthai), berarti melihat dengan atau bersama. Demikian Matius, Markus dan Lukas mempunyai tujuan yang berbeda tetapi memandang kehidupan Yesus Kristus dengan cara yang sama. Teologia Bultmann, mengatakan bahwa: “kitab Injil-injil merupakan suara Yesus yang diperdengarkan kepada para murid secara sayup-sayup Perhatikan diagram berikut: 30thn 33,5thn 62thn 0 Murid-murid Born ministries ascend to heaven mulai menulis Injil-injil Dimasa ini, jangka waktu 29thn Jangka ini, menurut Bultmann terjadi Penurunan daya ingat sehingga banyak Informasi yang tidak jelas Answer: manusia dipakai Tuhan untuk menulis dengan campur tangan Roh Kudus sehingga tidak ada kekeliruan dalam penulisan (lih. 2Pet. 1:21; Yoh. 21:25; 2Tim. 3:16-17). Injil Matius Pendahuluan: Pasal 1 Matius 1:1-25. Silsilah dan Kelahiran Yesus Kristus • Mengapa Matius memulai dengan mengatakan Yesus Anak Abraham (Mat. 1:1-17), sedangkan Lukas mengatakan Anak Adam (Luk. 3:23-38). ? • Apa perbedaan Anak Dara dengan Perempuan muda (Yes. 7:14)? Proto Evanggelion atau benih Injil dalam Kejadian 3:15, menegaskan secara kuat bahwa benih dari perempuan-lah yang akan menjadi juruselamat. Namun sepintas dalam konteks Matius 1:1-16 menerangkan seolah-olah benih laki-laki dalam hal ini Yusuf ? Dalam memaparkan silsilah, Matius 1:1-15 dalam penggunaan kata ganti orang ialah “maskulin.” Namun ketika menerangkan tentang kelahiran Yesus 1:16, menggunakan kata “feminine.” Artinya bahwa Yesus benar lahir dari benih perempuan dan cocok dengan Kejadian 3:15. Dalam deretan silsilah tersebut terdapat nama-nama wanita seperti Rahab (wanita pelacur), Rut dari Moab, Bethseba, dan Maria Ibu Yesus. Biasanya dalam daftar sissilah asal-usul orang Yahudi, sama sekali tidak terdapat nama-nama wanita. Wanita tidak mempunyai hak hukum. Wanita dianggap bukan seorang pribadi tetapi hanya sebagai sesuatu. Ia adalah milik bapaknya atau milik suaminya; dan didalam posisi seperti itu suami atau bapaknya dapat meminta melakukan apa saja yang dikehendaki mereka. Didalam doa pagi setiap orang Yahudi kaum laki-laki mengucapkan terima kasih kepada Allah, bahwa Allah telah menciptakannya bukan sebagai orang non Yahudi, bukan hamba, atau bukan wanita. Jadi munculnya wanita dalam silsilah ini merupakan gejalah luar biasa dan mendapat perhatian. Dalam tradisi Yahudi, ada tiga tahap hubungan laki-laki dan wanita yang menjurus pernikahan: 1. Saling berjanji. Ketika masih kecil, biasanya orang tua/wali yang lain melakukan ikatan tanpa harus bertemu yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan 2. Pertunangan. Boleh juga disebut peresmian hubungan. Pada tahap ini, hubungan boleh diketahui umum. Tahap ini berlangsung 1 tahun dan keduanya dapat dikenal sebagai suami – istri, meskipun mereka belum mempunyai hak sebagai suami-istri. Pada posisi ini, tidak bias putus kecuali perceraian. 3. Pernikahan. Upacara keagamaan yaitu pemberkatan di bait Allah akan dikumandang bahwa keduanya berhak melakukan tanggung jawab suami-istri dalam perkawinan Kudus. Yesus adalah nama Yunani untuk nama pribadi Yusak. Yusak berarti Tuhan adalah keselamatan. Pasal 2:1-2 Betlehem kota kecil, kira-kira 9 km disebelah selatan Yerusalem. Zaman dahulu Betlehem juga disebut Efrat/Efrata (Mi. 5:1). Bet berarti “rumah” dan lehem “roti” jadi Betlehem berarti rumah roti.. sampai sekarang sejarah membuktikan bahwa kota ini tetap subur. Tiga kelompok yang muncul setelah kelahiran Yesus. Kelompok ini selalu muncul apabila orang berhubungan dengan Yesus Kristus. Kelompok tersebut adalah: 1. Kelompok yang diwakili oleh Herodes yaitu kelompok yang membenci serta ganas terhadap Yesus. Didalam kebencian ada ketakutan bahwa posisinya terancam sebagai raja orang Yahudi 2. Kelompok dari Imam kepala dan ahli Taurat yaitu reaksi yang acuh tak acuh. Merasa mereka tidak melihat perbedaan apapun dengan kelahiran bayi kecil itu. Mereka telah terbelenggu dengan upacara-upacara keagamaan. Yesus tidak punya makna bagi mereka. 3. Kelompok orang-orang bijak yaitu pujian dan ibadah yang menggerakkan hati dan hidup mereka untuk memberi yang berharga di kaki Yesus. Sungguh, kalau orang mengetahui kasih Allah yang besar maka segala sesuatu menjadi sukacita dan damai sejahtera. Orang-orang majus, memberi persembahan: a. Emas melambangkan: persembahan terbaik. Dalam konteks Yahudi yang berhak adalah Raja. b. Kemenyan melambangkan: sering digunakan oleh para imam dalam beribadah kepada Yahwe dan melayani dalam upacara seremonial di Bait Allah. Tugas ini dilakukan imam untuk membuka jalan bagi manusia untuk bertemu dengan Allah. Bahasa Latin untuk imam ialah pontifek yang berarti membangun jembatan. Jadi imam menghubungkan manusia dengan Allah. c. Mur melambangkan : minyak yang khusus diberikan kepada orang yang meninggal, dan pengharum. Yesus datang ke dunia ini untuk hidup bagi manusia, dan pada akhirnya untuk mati juga bagi manusia. Melalui pemberian tersebut, mereka menunjukan pengakuan kepada-Nya sebagai Tuhan. Dalam penggunaan kata “Kerajaan Allah,” tidak disebutkan oleh Matius, ia sering menggunakan kataan: YOHANES PEMBAPTIS Munculnya Yohanes yang tiba-tiba itu adalah seperti munculnya suara yang memperdengarkan suara Tuhan.selama 400 tahun tidak ada nabi yang berkuasa. Dalam diri Yohenes, suara kenabian itu muncul. Apakah yang menjadi cirri khas suara atau berita Yohanes itu? 1. Tanpa gentar Yohenes mengutuk kejahatan yang dilihatnya. Ia mencela Herodes yang kawin dengan jalan tidak sah dan dirinya penuh kejahatan. Ia tidak segan-segan mencela para pemimpin Yahudi. Para Saduki, Farisi, dan tokoh-tokoh rohaniah lainnya yang tenggelam di dalam formalitas ritual. Upacara keagamaan hanya formalitas saja. Ia juga mencela masyarakat yang tanpa ingat Tuhan. Yohanes laksana sebuah terang yang bersinar ditempat yang gelap. Ia adalah seperti angin Tuhan yang bertiup ke segala penjuru negeri. Diogenes, berkata “kebenaran adalah seperti terang yang menyinari mata yang sakit.” Lebih lanjut ia mengatakan: “barangsiapa yang tidak pernah menyakiti sesamanya, maka ia pun tidak pernah berbuat baik kepada siapapun.” Mungkin di dalam pengalaman hidup kita ada waktu atau saat-saat kita sangat berhati-hati didalam tindakan dan kata-kata, karena kita tidak ingin menyakiti hati orang lain. Tetapi akan tiba waktunya ketika hal seperti itu tidak bias diberlakukan lagi. Akan tiba waktunya Gereja mengeluarkan putusan dan kata-kata yang tajam dank eras, yang menyakiti hati banyak orang. Akan tiba waktunya pula Gereja menyatakan kebenaran sejati, yang menyakiti hati banyak orang. 2. Yohanes mengundang orang-orang untuk melakukan kebenaran. Ia membawa berita posetif yang membangkitkan semangat kehidupan yang benar di hadapan Tuhan. Ia memanggil setiap orang untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi. Ia bukan hanya mencela dan mengutuk kejahatan, tetapi juga memperhadapkan kebaikan dan kebenaran kepada setiap orang. 3. Yohanes dating dari Tuhan. Ia dating dari Padang Gurun. Ia muncul setelah mengalami masa panjang yang penuh dengan kesepian dan kesunyian hidup. Ia dating dengan pemikiran Tuhan, bukan pikirannya sendiri. Pengkhotbah, guru, dan siapapun yang hendak menyuarakan suara kenabian, haruslah tampil di hadapan manusia pemikiran Allah. Ia harus menghdapkan manusia dengan Tuhan bukan dengan dirinya. 4. Yohenes menunjuk kepada sesuatu yang di luar dirinya sendiri. Ia adalah sebuah tanda yang menunjuk kepada Tuhan Allah. Pasal 4:1-11 Satu hal yang harus kita catat secara hati-hati dan benar dalam mempelajari pencobaan yang diterima Yesus. Dalam hal ini arti yang sebenarnya dari kata kerja “mencoba.” Dalam bahasa Yunani peirazein. Dalam bahasa Indonesia kata kerja “mencoba,” mempunyai arti yang kurang menyenangkan. Kata itu selalu berarti “menggoda, atau “mencobai orang” untuk melakukan hal yang salah, seperti merayu untuk melakukan dosa atau membujuk seseorang menempuh jalan yang salah. Tetapi arti Yunani mengandung unsure yang berbeda. Lebih berbobot jika berarti “menguji.” Example: Abraham dalam PL yang nyaris mempersembahkan anaknya Ishak sebagai korban (Kej. 22:1). Pencobaan ada dua macam yaitu: 1. Dari dalam diri seseorang yang dikuasai kejahatan, nafsu jahat 2. Dari luar diri seseorang Example: Ayub, Yesus, dll Ada satu kebenaran besar yang menarik di sini, adalah pencobaan bukanlah dimaksudkan untuk melakukan dosa. Pencobaan adalah memampuhkan kita untuk menaklukan dosa. Pencobaan akan menjadikan kita orang lebih baik, makin kuat dan murni serta menang di dalam menghadapi kesengsaraan. Pencobaan bukan hukuman bagi manusia. Allah dapat memakai ujian, pencobaan untuk mempertajam dan memurnikan orang percaya. Jadi kita harus melihat seluruh peristiwa Yesus bukan sebagai pencobaan saja, tetapi lebih dari itu, sebagai ujian bagi Yesus. Selanjutnya, tempat terjadinya pencobaan tersebut adalah Padang Gurun. Terletak diantara Yerusalem dan Laut Mati. Di dalam PL disebut Yeshimmon yang berarti pembinasaan, dan nama itu cocok dengan keadaan Padang Gurun. Ukuran panjang 50 km, dan lebar 20 km. tanahnya bercampur coklat, berlereng-lereng, memberikan kesan sangat menakutkan, bukit-bukitnya Nampak berdebu tebal, dan tanah kapur, panas dan sering menyebabkan adanya fatamorgana, dan membentuk lereng curam yang membentang dengan Laut Mati dengan kedalaman 400 m lebih. Ada beberapa hal yang perlu kita catat lebih lanjut sebelum mempelajari cerita tentang pencobaan Yesus secara terperinci. 1. Semua penulis Injil nampaknya menekankan segeranya terjadi pencobaan setelah pembaptisan Yesus. Markus menceritakannya sebagai berikut: “segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke Padang Gurun (Mark. 1:12). Salah satu kebenaran hidup ialah, setelah suatu peristiwa besar terjadi, maka segeralah muncul reaksi. Dan didalam reaksi itu seringkali terkandung bahaya-bahaya. Hal itu pernah dialami oleh Elia, pada waktu menaklukan para Baal (1Raj. 18:17-40). Setelah pembunuhan tersebut Isebel marah dan Elia dikejar untuk dibunuh. Elia yang berani, namun melarikan diri dengan ketakutan untuk menyelamatkan nyawanya. Ini reaksi yang penuh bahaya. Agaknya sudah menjadi hokum kehidupan bahaya setelah berhasil bertahan dengan kekuatan dan mencapai puncaknya. Yesus berhasil menaklukan si pencoba. Oleh karena itu, seyogyanya kita berjaga-jaga meskipun kita sedang mengalami puncak sukses kehidupan. Perlu waspada agar tidak jatuh ke dalam pencobaan, di mana terdapat bahaya besar yang mengancam. 2. Pengalaman Yesus bukan pengalaman kulit luar saja. Pengalaman batiniah, karena pada waktu itu Yesus berjuang secara hebat di dalam hati, pikiran dan jiwa-Nya. Buktinya iaiah bahwa tidak mungkin ada gunung dimana orang bisa melihat seluruh kerajaan di seluruh muka bumi. Pencobaan itu datang kepada kita lewat pikiran, angan-angan dan kehendak hati dan jiwa kita. 3. Kita tidak boleh beranggapan bahwa Yesus mengalakan si pencoba itu hanya dengan satu tindakan saja, dan bahwa si pencoba itu tidak akan kembali lagi. Kita mengetahui bahwa si pencoba itu datang dan berbicara kepada Yesus di Kota Kaisarea Filipi, ketika Petrus berusaha membujuk Yesus untuk tidak mengambil jalan ke Kayu Salib. Ketika itu juga Yesus mengatakan kata-kata yang pernah dikatakanNya “Enyahlah Iblis…”(Mat. 16:23). Setelah semua berlalu maka Yesus berkata kepada muridNya, demikian: Kamulah yang tetap tinggal bersama dengan Aku di dalam segal pencobaan yang Aku alami (Luk. 22:28) dan di dalam sejarah tidak pernah ada perjuangan hebat seperti yang dialami Yesus (Luk. 22:42-44). 4. Pencobaan hanya datang kepada orang-orang tertentu, yaitu yang mempunyai kekuatan-kekuatan khusus. Sanday, melukiskan pencobaan itu sebagai “masalah tentang tindakan yang harus dilakukan berhubung dengan adanya kekuatan-kekuatan supra natural.” Ingat, bahwa pencobaan itu datang melalui kecapakan serta kepandaian yang kita miliki. Pendahuluan Matius terhadap khotbah di bukit Dalam Matius 5:1-2, Matius menulis; “Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah duduk, datanglah murid-murid kepadaNya, maka Yesus mulai berbicara dan mengajar mereka. Di dalam kalimat pendahuluan terdapat tiga pokok yang menunjukkan pentingnya khotbah di Bukit. 1. Yesus mulai mengajar setelah Ia duduk. Rabi Yahudi yang secara resmi mengajar, maka ia dengan sikap duduk, hanya kadang-kadang berdiri. Tetapi forrmalnya atau resminya ialah duduk di tempat yang sudah disediakan. Jadi dalam konteks ini, pengajaran yang hendak disampaikan oleh Yesus sangat penting dan bersifat resmi. 2. Yesus mulai berbicara dan mengajar mereka. Hal ini bukan suatu ungkapan biasa dan juga bukan sekedar kata-kata. Dalam bahasa Yunani kata “Mulai berbicara,” adalah meliputi: a. Ucapan yang penuh wibawa, serius dan khidmat b. Membuka isi hati dengan tulus dan ikhlas dan melahirkan sesuatu hal yang ada dalam pikiran 3. Mulai mengajar mereka. Dalam Yunani “mengajar,” bentuk lampau. Ada dua macam lampau yaitu: aorist, dan imperfek. c.1. aorist adalah sudah terjadi dan selesai c.2. imperfek adalah tindakan pada masa lampau yang berulang-ulang, terus-menerus dan bahkan merupakan kebiasaan. Dalam teks ini, menggunakan imperfek. Matius 5:3 Berbahagialah dalam teks Yunani menggunakan kata “makarios,” yang berarti diberkatilah.” Artinya kesucitaan yang mengandung rahasia dalam dirinya. Orang yang diberkati pasti berbahagia. Miskin. Ada dua kata miskin dalam Yunani: 1. Ptokhos adalah kemiskinan yang mutlak dan yang mengharuhkan. Ptokos mempunyai hubungan dengan asal kata “ptosein yang berarti membungkuk, berjongkok. 2. Penes adalah keadaan miskin, namun masih berkecukupan. Artinya masih bisa menikmati makan seadanya, hidup sangat sederhana. Kalimat 4 di atas salib Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Mark 15:34 - “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. 1) Ini merupakan penggenapan dari Maz. 22:2a. Maz 22:2a - “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Ada perbedaan antara Maz. 22:2, Mat 27:46 dan Mark 15:34. Tetapi sebetulnya perbedaan ini terjadi hanya karena bahasa yang berbeda. Maz 22:2 - ‘Eli, Eli, lama azavtani?’ (Ibrani) Mat 27:46 - ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ (Ibrani) (Aramaic) Mark 15:34 - ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’ (Aramaic) 2) Ada beberapa penafsiran tentang arti kalimat ini: a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah: • perasaan Yesus saja (bahasa jawa: Yesus kroso-krosoen), atau, • doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau, • perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22. Keberatan terhadap pandangan ini: kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia. Dasar: Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’. Keberatan terhadap pandangan ini: 1. Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’. 2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin! Catatan: untuk mengerti hal ini sepenuhnya, bacalah buku saya yang berjudul ‘CHRISTOLOGY’. 3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas! Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7): “(7) No man can redeem the life of another or give to God a ransom for him - (8) the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” [= (7) Tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia - (8) tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi]. Jadi, ayat ini mengatakan bahwa manusia tak bisa menebus manusia lain. Jadi, seandainya Yesus mati hanya sebagai manusia saja, maka Ia tidak bisa menebus dosa kita. Adam Clarke: “Some suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’ But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption is ruined” (= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan). c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia. Keberatan terhadap pandangan ini: terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal. Jawaban atas keberatan ini: 1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya. 2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada di sana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja. Memang hancurnya hubungan / persekutuan antara Allah dan manusia merupakan hukuman dosa, dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus! Bagusnya pandangan ini: • Kristus betul-betul memikul hukuman dosa. • Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manu¬sia, maka penebusannya mempunyai kuasa yang tak terbatas! 3) Kata ‘mengapa’ dalam ay 46 ini tidak menunjukkan bahwa Kristus betul-betul tidak tahu apa sebabnya Ia ditinggalkan oleh BapaNya, tetapi hanya merupakan ungkapan kesedihan karena Ia ditinggal oleh BapaNya. 4) Ini merupakan penderitaan terberat bagi Yesus, karena: a) Ini merupakan penderitaan rohani. Setiap orang yang pernah mengalami penderitaan rohani tahu bahwa penderitaan rohani lebih berat dari penderitaan jasmani. b) Yesus selalu dekat dengan BapaNya, tetapi sekarang harus terpisah. Orang yang berdosa / orang dunia memang tidak peduli kalau dirinya tidak mempunyai hubungan dengan Allah. Tetapi orang kristen, makin rohani orang itu, makin akan merasa berat kalau menjauh dari Bapa. Apalagi Yesus! c) Yesus ditinggal justru dipuncak penderitaanNya, yaitu pada saat Ia sedang menderita di atas kayu salib. Biasanya orang-orang yang hampir mati syahid selalu merasakan kehadiran Allah. Contoh: Stephanus dalam Kis 7:56. Tetapi Yesus justru ditinggal oleh Allah pada saat seperti itu! 5) Mengapa Yesus harus mengalami semua ini? Tidak cukupkah penghinaan, pukulan, cambukan, penyaliban yang Ia terima? Jawabnya: tidak cukup, karena: a) Manusia terdiri dari tubuh dan roh. Karena itu Yesus harus mengalami penderitaan jasmani maupun rohani. b) Karena dosa memisahkan Allah dan manusia (Kej 3:23-24 Yes 59:1-2 Mat 25:41 Ro 6:23 2Tes 1:9 Wah 21:8). Karena itu kalau Yesus mau memikul hukuman dosa kita, Ia harus mengalami keterpisahan itu. 6) Karena Yesus sudah mengalami keterpisahan ini, maka: a) Orang berdosa yang terpisah / tidak mempunyai hubungan dengan Allah, bisa diperdamaikan dengan Allah asal ia mau percaya kepada Yesus. Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”. 2Kor. 5:18-21 - “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”. Penerapan: Sudahkah saudara mempunyai hubungan atau berdamai dengan Allah? Datanglah dan percayalah kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka saudara akan diperdamaikan dengan Allah! Kalau saudara tidak mau, maka saudara adalah musuh Allah! b) Orang kristen yang sudah diperdamaikan dengan Allah, tidak bisa lagi mengalami keterpisahan dari Allah, baik di dunia ini maupun di dalam kekekalan. Ibr 13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”. Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”. Ada beberapa ajaran yang bertentangan dengan doktrin ini: 1. Orang kristen yang berbuat dosa akan ditinggal oleh Roh Kudus, dan kalau ia bertobat ia harus mengundang Yesus untuk masuk ke dalam dirinya lagi. Ini jelas adalah ajaran yang salah! Kita bisa merasa ditinggal oleh Allah, tetapi tidak bisa betul-betul ditinggal oleh Allah, karena Yesus sudah mengalami hal itu untuk kita! 2. Orang kristen bisa kehilangan keselamatannya. Ini berarti bahwa ia terpisah dari Allah dalam kekekalan. Ini lagi-lagi merupakan suatu ajaran yang salah, karena kita tak mungkin mengalami keterpisahan dari Allah karena hal ini sudah dialami oleh Yesus bagi kita! Yesus disalibkan bersama 2 penjahat. 1) Peristiwa penyaliban Yesus di antara 2 penjahat itu merupakan penggenapan dari Yes 53:12b - “ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak”. Mark 15:28 - “[Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: ‘Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.’]”. Mark 15:28 ini terletak dalam tanda kurung tegak, yang menunjukkan bahwa ayat ini diperdebatkan keasliannya. Tetapi Luk 22:37 di bawah ini asli. Luk 22:37 - “Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi padaKu: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.’”. 2) Yesus dibedakan dari 2 penjahat itu. Sekalipun Yesus disalibkan bersama 2 orang penjahat, tetapi Kitab Suci membedakan Yesus dari kedua penjahat itu. Bdk. Luk 23:32: “Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia”. KJV: ‘And there were also two other, malefactors, led with him to be put to death’ (= Dan di sana juga ada dua yang lain, penjahat-penjahat, dibawa untuk dibunuh bersama Dia). Adam Clarke mengatakan bahwa ada versi Kitab Suci yang membuang tanda koma (,) setelah kata-kata ‘two other’ maupun setelah kata ‘malefactors’ dari versi KJV sehingga bunyinya menjadi: ‘And there were also two other malefactors led with him to be put to death’ (= Dan di sana juga ada 2 penjahat lain yang dibawa untuk dibunuh bersama Dia). Ini menyebabkan ayat ini seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus juga adalah kriminil / penjahat. Ini suatu contoh dimana perubahan / penghapusan tanda koma bisa mengubah arti suatu ayat secara total! Dalam bahasa Yunani untuk kata ‘other’ (= lain) tersebut digunakan kata Yunani HETEROI, dan untuk kata itu Interlinear Greek-English memberi catatan kaki sebagai berikut: “Luke uses e`teroi here with strict accuracy = ‘different.’ Jesus was not himself a criminal. Note the punctuation of A. V.” [= Lukas menggunakan e`teroi (HETEROI) di sini dengan ketepatan yang ketat = ‘berbeda’. Yesus sendiri bukanlah kriminil. Perhatikan pemberian tanda baca dari A. V.]. Catatan: A. V. = Authorized Version = KJV / King James Version. Ada 2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain’ (= another), yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. W. E. Vine dalam bukunya yang berjudul ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’ mengatakan sebagai berikut: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain dari jenis yang sama’; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain dari jenis yang berbeda’). Illustrasi: Di sini ada 1 gelas Aqua. Kalau saya menginginkan 1 gelas Aqua lagi, yang sama dengan yang ada di sini, maka saya akan menggunakan kata ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman yang lain, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan kata HETEROS, bukan ALLOS. Yang digunakan dalam ay 32 ini adalah HETEROI (bentuk jamak dari HETEROS). Jadi ini menunjukkan bahwa kedua orang itu adalah ‘yang lain dari jenis yang berbeda’ dengan Yesus. Jadi, sekalipun disalibkan bersama-sama, tetapi Yesus dibedakan dari kedua penjahat itu; dengan kata lain, Yesus bukanlah penjahat. Bandingkan juga dengan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris yang lain, yang juga membedakan Yesus dengan kedua penjahat tersebut. RSV: ‘Two others also, who were criminals, were led away to be put to death with him’ (= Dua orang lain juga, yang adalah kriminil, dibawa untuk dibunuh bersama Dia). NIV: ‘Two other men, both criminals, were also led out with him to be executed’ (= Dua orang lain, keduanya kriminil, juga dibawa keluar dengan Dia untuk dihukum mati). NASB: ‘And two others also, who were criminals, were being led away to be put to death with Him’ (= Dan dua orang lain juga, yang adalah kriminil, dibawa untuk dibunuh bersama Dia). Bandingkan juga dengan kata-kata dari penjahat yang bertobat pada waktu menegur temannya yang terus menghujat Yesus. Luk 23:40-41 - “(40) Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: ‘Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? (41) Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi ORANG INI TIDAK BERBUAT SESUATU YANG SALAH.’”. Ketidak-bersalahan Kristus juga dinyatakan oleh Pontius Pilatus (Luk 23:4 Yoh 18:38 19:4,6) dan kepala tentara Romawi (Luk 23:47). Jadi, Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus bukan penjahat. Lebih dari itu, Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus sama sekali tidak berdosa (Ibr 4:15 2Kor 5:21). Kalau begitu mengapa Ia harus mati? Jelas bahwa Ia mati untuk menebus dosa-dosa kita / memikul hukuman dosa-dosa kita. Kita yang berhutang, Dia yang membayar. Dan Ia membayar seluruh hutang kita!
INJIL MARKUS Pendahuluan Seluruh injil Markus dapat ditangkap dalam satu ayat yang berbunyi “Karena Anak manusia….Markus 10:45.” Pasal per pasal dalam dokumen ini tidak lepas dari ayat ini yaitu pelayanan dan pengorbanan Yesus Kristus. Penulis Secara umum disetujui bahwa Markus sebagai penulisnya meskipun secara teknik Injil Markus sama sekali tidak menyebutkan bahwa Markus adalah penulisnya. Kata Markus diterjemahkan dalam bahasa inggris “according to Mark” yang boleh diterjemahkan “Karya Markus” kemudian ditambahkan oleh para ahli kira-kira sebelum 125 AD. Bagaimanapun juga kita memiliki cukup bukti yang kuat dari tradisi gereja mula-mula (bukti external) dan dari informasi dalam Injil itu sendiri (bukti internal) bahwa Markus adalah penulisnya. Markus yang dimaksud disini adalah anak Maria yang nama lengkapnya Yohanes Markus (Yohanes nama Ibrani sedang Markus nama Latin) yang rumahnya berkedudukan di Yerusalem yang ddipakai untuk pertemuan-pertemuan ibadah gereja mula-mula (Kis. 12:12). Anak rohani Petrus (rupanya dimenangkan oleh Petrus) sehingga Petrus memanggilnya Markus anakku (1 Pet. 5:13 dalam kolose 4:10 disebut sebagai saudara sepupu Barnabas. Berdasarkan pengakuan tradisi gereja mula-mula tidak diragukan lagi kalau dia penulisnya. Seorang ahli sejarah bernama Papias, hidup sekitar 110 AD mencatat bahwa Markus penulisnya. Bahkan ia menambahkan informasi tentang Markus sebagai berikut: 1. Dia bukanlah seorang saksi mata diantara murid-murid Tuhan Yesus yang pertama 2. Dia hanya mengumpulkan bahan-bahan dari Petrus dan mendengarkan kotbah-kotbah Petrus 3. Dia menulis secara tepat dan akurat semua yang diterima dari Petrus meskipun tidak terorganisir dengan baik secara kronologis 4. Dia menafsirkan secara tepat dan akurat dari bahasa Aramik kedalam bahasa Yunani atau Latin Pengakuan Papias ini diperkuat oleh pengakuan bapak-bapak gereja mula-mula lainnya seperti kesaksian Justin Martyr (Dialogue 106 Anti Marcionate, Prologue To Mark 160-180 AD) oleh Irenius (Againts Elaucion 4.5 200AD), oleh tulisan Clement dari Alexandria 125 AD dan oleh Origen 230 AD yang keduanya dikutip oleh Eusebius (Eclesiaslical History 2.15. 2.6. 14.6, 6.25.5). Meskipun tidak secara eksplisit Alkitab juga sarat dengan bukti internal bahwa penulis Injil Markus adalah Yohanes Markus. Ada bukti-bukti dari dalam Alkitab bahwa Markus yang dimaksudkan oleh bapa-bapa gereja mula-mula dalah Yohanes Markus yang 10x disebut dalam PB (Kis. 12:12-25; 13:5,13; 15:37, 39; Kol. 4:10; 2 Tim. 4:11; Fi. 24; 1 Pet. 5:13). Secara histories cocok kalau dia penulisnya karena: 1. Dia paham betul geografi Palestina khususnya Yerusalam (5:1; 6:53; 8:10; 11:1; 13:3). 2. Dia paham dengan baik bahasa Aramik yang merupakan bahasa sehari-hari Palestina (5:41; 7:11) 3. Dia hidup ditengah-tengah hokum dan tradisi Yahudi (1:21; 2:14, 18; 7:2-4). Ada juga cirri-ciri penulis yang menandai ada hubungan khusus dengan Petrus. Ceritera yang blak-blakan dan ungkapan secara antusias, persis gaya petrus seabagai seorang saksi mata (1:16-20, 29-31, 35-38; 5: 21, 35-43; 6:39, 53; 9:14-15; 10:32). Penulis memakai istilah Petrus dan mendalam untuk segala penyajiannya (8:29, 32; 9:5-6; 10: 28-30; 14: 29-31). Termasuk penggunaan istilah “dan Petrus” dalam 16:7 juga kesamaan antara garis besar injil ini dengan kotbah Petrus di Caesaria (Kis. 10:34-43). Jadi, berdasarkan bukti-bukti eksternal maupun internal yang dipaparkan diatas, maka tidak ada pilihan lain kecuali Markus adalah sebagai kandidat pertama penulis kitab ini. Tanggal dan Tempat Penulisan Banyak sarjana yang percaya bahwa Injil Markus adalah Injil yang pertama kali ditulis sebelum ketiga Injil lainnya, tetapi tidak ada kepastian kapan ditulis secara tepat. Meskipun demikian dengan mempertimbangan nubuatan Yesus tentang penghacuran Bait Allah (13:2, 14-23), sudah barang tentu ditulis sebelum penggenapan pada tahun 70 AD. Bapa-bapa gereja seperti Irenaeus, Clement of Alexandria, Origen memberi penyataan secara tegas bahwa Injil ini ditulis sebelum kematian Petrus sebagai martyr pada tahun 64-68 AD. Mungkin ditulis pada tahun 55-60 AD. Melihat bahwa injil langsung ditujukkan kepada pembaca Roma dan tradisi mula-mula memberi indikasi bahwa paling tidak ditujukan kepada pembaca yang berasal dari Roma maka bias ditarik kesimpulan bahwa ditulis di Roma. Apalagi dalam injil ini menjelaskan adapt istiadat Yahudi (7:3-4; 14:21; 15:42), menterjemahkan bahasa Aramik ke dalam Yunani (13:17; 5:41; 7:11; 9:43), memakai cara penghitungan waktu gaya Roma (6:48; 13:35). Tema dan Tujuan Tema injil Markus terkandung dalam Markus 10:45 yaitu Yesus berperan sebagai Hamba yang menderita. Kitab Fim. 2: 5-11 mendukung kebenaran ini. Pengembangannya berpusatkan pada peng-hamba-an dan pengorbanan Anak Allah. Mujizat-mujizat merajai buku ini +18 mujizat dipakai untuk mendemonstrasikan bukan hanya kuasa Yesus tetapi juga perhatianNya kepada manusia. Markus menunjukkan kepada pembacanya yang berlatar belakang non Yanudi bagaimana Anak Allah telah ditolak oleh umatNya sendiri dan mulai menjangkau bangsa-bangsa kafir. MARKUS MENCATAT PELAYANAN YESUS TERHADAP ORANG BANYAK UNTUK MENUNJUKKAN KEHADIRAN MESIAS DAN PENOLAKAN ISRAEL ATAS KEHADIRAN-NYA 1:1-8:26 Markus memulai Injilnya dengan persiapan dan khotbah awal Yesus untuk memperkenalkan hubungan kerajaan dengan penebusan 1:1-20 I. Persiapan-Nya 1:1-13 Dari Kitab ini, dapat menemukan informasi yang dekat ke masa hidup Yesus. Tujuan Markus ialah untuk memberikan gambaran mengenai Yesus apa adanya. Westcott, menyebutnya “Markus adalah sebuah rekaman dari kehidupan Yesus. A. B. Bruce, mengatakan bahwa Kitab ini ditulis dari sudut pandang kenangan yang hidup dan penuh kasih. Lebih lanjut beliau mengatakan cirinya yang utama ialah “realisme.” Jika mau mengadakan pendekatan terhadap sebuah biografi Yesus, maka haruslah didasarkan kepada Injil Markus, karena pemaparannya sederhana dan dramatis. Bagi Markus Yesus adalah Allah ditengah-tengah manusia, bukan manusia biasa. Pasal 1:1-4 Markus mengawali cerita Yesus dengan menoleh jauh kebelakang. Ia tidak memulainya dengan cerita kelahiran. Ia bahkan tidak mulai dengan Yohanes Pembaptis di Padan Gurun. Injil Markus dimulai dengan nubuat para nabi pada masa silam. Dengan kata lain, Kitab ini dimulai jauh pada masa lampau dalam pikiran Allah. Para pengikut Stoa adalah orang-orang yang sangat percaya akan rencana Allah yang teratur. Markus Aurelius, berkata “ segala sesuatu mengenai Allah sarat dengan nubuatan. Segala sesuatu mengalir dari Sorga.” Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari dalam konteks ini: a. Allah adalah adalah Allah yang secara khas mewujudkan rencana-Nya. Sejarah bukanlah sesuatu yang acak dari rangkaian peristiwa yang tidak saling berhubungan. Sejarah adalah suatu proses yang diarahkan oleh Allah, yang melihat tujuan akhir pada permulaan peristiwa. b. Hidup ini akan menjadi lain, jika seseorang melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mendekatkan tujuan akhir daripada memimpikan suatu tujuan yang tak terjangkau. Menjadi alat Tuhan dalam pemberitaan kabar baik adalah sangat terhormat. Membantu dalam proses besar adalah sesuatu yang sangat terpuji. Tujuan tidak akan pernah diraih, kecuali ada orang yang mengupayakannya. Petikan dari Kitab nabi yang digunakan oleh Markus sebetulnya bersifat sugestif. “Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu.” (kutipan Maleakhi 3:1) Dalam konteks Maleakhi, pernyataan ini adalah suatu ancaman. Para imam gagal dalam mengemban kewajiban mereka. Kurban-kurban yang bercacat dan bukan yang terbaik, pelayanan Bait Allah mereka rasakan sebagi suatu yang meletihkan. Jadi utusan itu datang untuk membersihkan dan menyucikan ibadah di Bait Allah sebelum Dia yang diurapi Allah tampil di bumi. Dengan begitu, kedatangan Kristus merupakan penyucian kehidupan. Juvenal, berkata tentang kota sebagai yang kotor. “Selokan kotor yang di dalamnya mengalir sampah kotor dari semua sungai di Siria dan Akhaya.” Di mana pun kekristenan berada, ia harus membawa penyucian. Example: 1. Ketika Billy Graham berkhotbah di Shreveport, Louisiana, penjualan minuman keras menurun 40% dan penjualan Alkitab meningkat sampai 300%. Selama penginjilan di Seattle, hasinya dinyatakan bahwa “beberapa rencana perceraian dibatalkan.” Di Greensboro, Carolina Utara, dilaporkan bahwa “keseluruhan struktur social kota itu dipengaruhi.” 2. Pada masa pemberontakan Bounty, para pemberontak di buang ke Pulau Pitcairn. Ada Sembilan pemberontak 6 laki-laki pribumi, sepuluh perempuan pribumi, dan seorang gadis berusia 15 tahun. Salah satu dari pemberontak berhasil membuat alcohol mentah. Terjadi sesuatu yang mengerikan. Mereka semua meningggal, kecuali Alexander Smith. Ia kebetulan memiliki Alkitab. Ia membaca dan memutuskan untuk membangun pemerintah yang dasarnya langsung dari Alkitab. 20 tahun kemudian, sebuah sekoci Amerika terdampar di pulau itu, dan mereka menemukan sebuah pulau dimana semua masyarakat adalah Kristen. Di sana tidak ada penjara karena memang tidak ada kejahatan. Tidak ada rumah sakit karena memang tidak ada penyakit. Tidak ada yang buta huruf. Tidak ada tempat di dunia ini yang sama dengan pulau tersebut. Kekristenan telah membersihkan masyarakat tersebut. Dimana Kristus diizinkan datang, disanalah antiseptic iman Kristen yang membersihkan racun moral masyarakan untuk bersih dan murni. Yohanes datang dan memberitakan baptisan pertobatan. Orang Yahudi terbiasa dengan ritus-ritus pembersihan. Imamat 11-15 menguraikannya. Tertulianus, berkata “Orang Yahudi membersihkan dirinya setiap hari, sebab setiap hari ia cemar.” Pembersihan dan penyucian simbolik telah merasuk ke dalam struktur ritus Yahudi. Seorang yang bukan Yahudi tentu saj tidak bersih karena ia tidak pernah mematuhi bagian-bagian hukum agama Yahudi. Oleh Karena itu, bilamana seorang bukan Yahudi menjadi proselit, yaitu bertobat dan memeluk iman orang Yahudi, maka ia harus menjalani tiga hal, yaitu: 1. Sunat. Suatu keharusan karena merupakan tanda perjanjian 2. Kurban. Harus dibuat untuknya karena ia perlu penebusan dan hanya darah yang dapat menebus dosa. 3. Baptisan. Yang melambangkan pembersihan dari semua kotorannya pada masa lalu. Oleh karena itu, baptisan bukan hanya sekedar pemercikan air, tetapi mandi agar seluruh badan terendam. Orang Yahudi mengenal baptisan, akan tetapi yang mengherankan sehubungan dengan baptisan Yohanes adalah bahwa ia, seorang Yahudi menuntut orang-orang Yahudi supaya melakukan sesuatu yang sebetulnya hanya diperlukan untuk non Yahudi. Yohanes telah melakukan suatu terobosan yang luar biasa yakni, bahwa “menjadi seorang Yahudi secara ras bukan berarti menjadi anggota umat pilihan Allah; seorang Yahudi bisa saja berstatus sama dengan non Yahudi; bukan cara hidup Yahudi, melainkan kehidupan yang dibersihkan, itulah yang milik Allah.” Baptisan diiringi dengan pengakuan. Untuk berbalik kepada Allah, pengakuan harus dilakukan kepada tiga pihak yang berbeda, yaitu: a. Confession in your self Memang manusiawi bila kita menutup mata terhadap apa yang tidak ingin dilihat, dan di atas semuanya terhadap dosa pribadi kita. Example: Tentang “anak yang hilang,” Di dunia ini satu hal yang paling sulit adalah diri sendiri. Langkah pertama untuk bertobat dan untuk menjalin hubungan yang benar dengan Allah adalah mengakui dosa kita kepada diri sendiri. b. Confession to peaple’s because your error/evil for his Pengakuan kepada orang yang kepadanya kita bersalah adalah penting. Rintangan manusiawi harus disingkirkan sebelum rintangan ilahi dapat berlalu. Sering terjadi, bahwa pengakuan kepada Allah lebih mudah daripada pengakuan kepada sesama. Akan tetapi tidak akan ada pengampunan tanpa kerendahan hati. c. Confession to God. Akhir pengakuan adalah awal pengampunan. Hanya bila seorang berkata “saya telah berdosa,” maka Allah berkesempatan bersabda, “ Aku mengampuni.” Pasal 1:5-8 Mengapa Yohanes sangat berpengaruh terhadap kaum sebangsanya ? 1. Ia adalah orang yang mewujudkan beritanya di dalam kehidupannya. Bukan hanya kata-kata, tetapi keseluruhan hidupnya merupakan suatu protes. Ada tiga hal yang merupakan hal nyata bahwa ia memprotes kehidupan pada masa itu. a. Tempat tinggalnya di padan gurun. Diantara pusat Yudea dan Laut Mati terletak di padang gurun yang paling mengerikan di dunia. Padang gurun ini disebut dalam PL “Yesimmon” dalam LAI disebut Padang belantara, yang berarti: penghancuran. b. Pakaian yang ia pakai ialah dari jubah bulu unta yang melingkar di ikat pinggang dari kulit. Demikian juga dengan Elia (2Raj2 1:8) c. Makanannya, yakni belalang dan madu hutan. Belalang barangkali merupakan binatang yang diperbolehkan dalam hokum untuk dimakan (Im. 11:22, 23); tetapi bisa jadi juga adalah buncis atau kacang, karop, yang merupakan makanan orang paling miskin
INJIL LUKAS Renan, sebagaimana yang dikutip oleh Hugh Martin, mengatakan Injil Lukas merupakan “kitab terindah” Harus diakui bahwa Lukas dalam penulisanya sangat memperhatikan unsure-unsur sastra dibanding dengan injil-injil yang lain. Lebih dari pada itu, ia juga menampilkan potret Yesus secara mengagungkan yaitu dengan menyuguhkan cerita-cerita yang meninggalkan kesan mendalam bagi para pembacanya. Masih banyak lagi cerita tentang kitab ini, sehingga tidak heran menjadi kegemaran bagi banyak orang. I) Penulis Injil Lukas: 1) Tidak ada bukti hitam di atas putih bahwa Lukas adalah penulis Injil ini. Ini berbeda dengan surat-surat Paulus, yang secara jelas mengatakan bahwa Paulus adalah penulisnya. Tetapi tradisi (cerita yang diturunkan turun temurun dari mulut ke mulut) mengatakan bahwa Lukas adalah penulis Injil ini. Hal-hal yang dijadikan dasar adalah: o Dari Luk 1:1-4 dan Kis 1:1-2 terlihat dengan jelas bahwa Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh orang yang sama (dan juga ditujukan kepada orang yang sama). Selanjutnya dari istilah ‘kami’ yang digunakan dalam Kitab Kisah Para Rasul (Kis 16:10 20:5 dsb), terlihat bahwa penulisnya adalah teman seperjalanan Paulus. Ini cocok dengan diri Lukas yang memang sering menyertai Paulus dalam perjalanannya. o adanya istilah-istilah / bahasa kedokteran yang dipakai dalam Injil Lukas maupun kitab Kisah Para Rasul, dan juga fakta menunjukkan bahwa penulis Injil ini lebih teliti dari Matius ataupun Markus pada waktu menggambarkan suatu penyakit. Misalnya:  istilah ‘kuatlah kaki dan mata kaki orang itu’ (Kis 3:7b).  istilah ‘demam keras’ (Luk 4:38 bdk. Mat 8:14 Mark 1:30).  istilah ‘penuh kusta’ (Luk 5:12 bdk. Mat 8:2 Mark 1:40).  istilah ‘seorang yang mati tangan kanannya’ (Luk 6:6 bdk. Mat 12:10 Mark 3:1).  istilah putus telinga kanannya’ (Luk 22:50 bdk. Mat 26:51 Mark 14:47). Semua ini cocok dengan diri Lukas yang adalah seorang tabib. 2) Lukas adalah seorang tabib (Kol 4:14). Paulus tidak pernah mengecam Lukas dalam hal ini, dan ini menunjukkan bahwa kekristenan tidak mengecam dokter ataupun obat! 3) Lukas bukanlah orang Yahudi. Ini terlihat dari Kol 4:10-11,14 dimana Paulus membedakan antara 3 teman Yahudinya (Kol 4:10-11 - ‘mereka yang bersunat’) dan Lukas (Kol 4:14). Dengan demikian, Lukas adalah satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang bukan Yahudi. Tradisi menyatakan bahwa Lukas berasal dari Antiokhia. Ia adalah teman sekerja Paulus yang gigih, seorang dokter, dan meninggal pada tahun 84 M. Dialah penulis injil ini. Alkitab mencatat namanya di tiga tempat : 1. Kolose 4:14 2. 2 Timotius 4:11 3. Film 24 Umumnya Lukas juga diakui sebagai penulis kitab Kisah Para Rasul. Ia termasuk di dalam kelompok kisah para rasul yang menggunakan kata ganti “kami” (16:10-16; 20:5-15, 27:1-28, dll). Para bapa-bapa gereja misalnya Clement dari Alexandria, Irenius dan Tertulianus ikut menegaskan bahwa Lukas adalah penulisnya. b. Tahun Penulisan. Karena buku ini sangat erat kaitan dengan kitab Kisah Para Rasul, maka sangat mungkin ditulis sekitar tahun 60 M. Ketika Paulus ditahan di Kaisaria, yaitu pada tahun 60 M. Lukas rupanya berada disekitar itu. Sambil menunggu perkara Paulus, ia menghabiskan waktunya untuk menyusun Injil ini. c. Tempat Penulisan di Kaisarea. II) Penerima Injil Lukas: Theofilus: Lukas 1:1-4. Ia bermaksud menguatkan iman Theofilus, yaitu seorang pejabat tinggi pemerintah Romawi yang bertobat. Lukas ingin menunjukkan bahwa iman Kristen itu patut dianut. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa Injil Allah diperuntukkan bagi dunia/seluruh umat manusia, bukan hanya orang Yahudi saja. Injil adalah kebenaran yang universal. Lukas ingin merubah paradigma pemerintah Romawi yang berpikir bahwa kekristenan adalah sekte didalam agama Yahudi (Kis. 18:12-17) dan ia menunjukkan perbedaannya. Prolog Sejalan dengan tujuan utamanya yaitu menunjukkan bahwa Injil itu merupakan kebenaran yang patut dipercayai, maka Lukas, merasa perlu menjelaskan metode yang dipakainya untuk menyusun kitabnya. Sebelum menulis, ia menegaskan bahwa ia telah mengadakan riset yang menyeluruh dan cermat dalam kurun waktu tertentu. Untuk hal itu, ia telah menghubungi beberapa saksi mata salah satu diantaranya adalah Maria ibu Yesus. Dari wanita ini, ia berhasil mengumpulkan bahan-bahan berkenaan dengan masa kecil dan masa kanak-kanak Yohanes maupun Yesus. Sekalipun Lukas tidak bermaksud menyusun sebuah biografi, namun ia berusaha keras agar tulisannya disusun dengan teratur dan lengkap. 1) Dalam Kitab Suci Indonesia istilah ‘Theofilus yang mulia’ diletakkan dalam ay 1, tetapi sebetulnya adalah seperti dalam terjemahan Inggris, dimana istilah itu diletakkan pada akhir ay 3. 2) Siapakah Theofilus itu? Ada penafsir yang berpendapat bahwa ‘Theofilus’ bukanlah nama seseorang, tetapi maksudnya adalah ‘orang-orang kristen’. Alasannya: a) Tidak mungkin Lukas menuliskan Injilnya hanya untuk satu orang saja. b) Theofilus berasal dari 2 kata Yunani, yaitu THEOS (= God / Allah) dan PHILIA (= love / kasih), sehingga ‘Theofilus’ = God-lover / God-beloved / a friend of God (= pecinta Allah / orang yang dicintai Allah / sahabat Allah). Jawaban terhadap hal ini: a) Pauluspun menuliskan beberapa suratnya (seperti Timotius, Titus, Filemon) hanya untuk satu orang saja. Karena itu apa anehnya kalau Lukas menuliskan Injilnya untuk satu orang saja? b) Kata ‘mu / engkau’ (ay 3-4) dalam bahasa Yunaninya ada dalam bentuk singular / tunggal. Kalau ‘Theofilus’ menunjuk pada ‘orang-orang kristen’ maka pasti Lukas menggunakan ‘mu / engkau’ dalam bentuk plural / jamak. c) Adanya sebutan ‘yang mulia’ (ay 1), tidak memungkinkan bahwa istilah ‘Theofilus’ menunjuk kepada orang-orang kristen. Tidak ada alasan bagi Lukas untuk menyebut orang-orang kristen dengan sebutan ‘yang mulia’. 3) Sebutan ‘Theofilus yang mulia’: Dari sebutan ‘yang mulia’ ini kita bisa menyimpulkan bahwa Theofilus adalah orang yang mempunyai jabatan tinggi. a) Ini bukanlah sesuatu yang aneh pada jaman itu, dan karena itu istilah ini tidak menunjukkan Lukas sebagai orang yang menjilat. Bandingkan dengan Kis 26:25 dimana Paulus menyebut Festus dengan istilah ‘Festus yang mulia’. Ini menggunakan kata Yunani yang sama. b) Sebutan ini menunjukkan adanya sopan santun! Dan ini menunjukkan bahwa orang kristen harus sopan (bdk. 1Kor 13:5 - ‘tak lakukan yang tak sopan’). Ada gereja-gereja Liberal yang mengabaikan Injil dan doktrin, tetapi hanya menekankan ajaran moral dan etika. Ini tentu salah. Tetapi orang kristen yang injili seringkali jatuh pada extrim satunya, yaitu hanya menekankan Injil dan doktrin, tetapi mengabaikan moral dan etika, sehingga menjadi orang yang tak tahu sopan santun. Ini tentu juga salah, karena akan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Tetapi kalau kita melihat pada Kis 1:1, maka pada waktu Lukas menuliskan Kisah Rasul kepada orang yang sama, ia tidak lagi menggunakan istilah ‘yang mulia’ ini. Ada orang yang berkata bahwa ini disebabkan karena pada saat itu Theofilus telah bertobat dan menjadi orang kristen, gara-gara membaca Injil Lukas ini. III) Alasan dan tujuan penulisan Injil Lukas: 1) Adanya orang-orang tertentu yang menuliskan ‘Injil’. ‘Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman’ (ay 1-2). a) ‘peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita’ (ay 1). Kata Yunani yang oleh Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘telah terjadi’, diterjemahkan bermacam-macam: NASB/RSV: accomplished (= telah terjadi). NIV: fulfilled (= digenapi). KJV: surely believed (= dipercaya dengan pasti). Calvin menerima terjemahan KJV dan mengatakan bahwa istilah ini menunjuk pada hal-hal yang diketahui dengan pasti / tanpa keraguan. Kata Yunaninya adalah PEPLEROPHOREMENON, suatu participle yang berasal dari kata dasar PLEROPHOREO, yang berasal dari 2 kata Yunani, yaitu PLERES [= full (= penuh / lengkap)] + PHOREO / PHERO [= to bring (= membawa)]. Jadi artinya adalah to bring to fulness / to fulfill (= menggenapi). Memang istilah ini bisa diartikan to be fully convinced (= diyakinkan sepenuhnya) seperti dalam Ro 14:5, tetapi itu kalau istilah ini ditujukan kepada manusia. Di sini istilah ini ditujukan pada peristiwa, sehingga lebih cocok diterjemahkan fulfilled (= digenapi). Hendriksen menerima terjemahan fulfilled, dan lalu berkata: "It is clear from Luke’s entire Gospel that he regards history not as the sum total of chance occurrences, or as the result of a series of fortuitous circumstances, but as the fulfilment of the divine plan; hence also of prophecy" (= Adalah jelas dari seluruh Injil Lukas bahwa ia menganggap sejarah bukan sebagai jumlah dari kejadian-kejadian yang bersifat kebetulan, atau sebagai hasil dari suatu seri keadaan-keadaan yang bersifat kebetulan, tetapi sebagai penggenapan rencana ilahi; karenanya juga penggenapan nubuat). Bdk. Luk 1:45,54-55,69-70 2:38 3:3-6 4:21,43 7:20 9:22,44 12:50 18:31-33 19:41-44 24:25-28,44-49. Hendriksen berkata lagi: "It is comforting to know that history - including that of our own lives - is the fulfilment of God’s plan. This does not cancel human responsibility" (= Adalah sesuatu yang menghibur kalau kita tahu bahwa sejarah - termasuk sejarah hidup kita sendiri - adalah penggenapan rencana Allah. Ini tidak membatalkan / membuang tanggung jawab manusia). b) Orang-orang tertentu lalu menuliskan peristiwa-peristiwa itu dan menyebarkan tulisan-tulisan mereka (ay 2).  mereka ini disebut sebagai ‘saksi mata dan pelayan Firman’.  ‘Firman’ di sini tidak menunjuk kepada Yesus, tetapi pada Injil. mereka disebut ‘saksi mata’ karena mereka menerima Firman / Injil. Setelah itu mereka menjadi ‘pelayan Firman’ dimana mereka memberitakan Firman / Injil itu. Ini orang kristen yang benar, setelah menerima Firman / Injil lalu memberitakan Firman / Injil! Bagaimana dengan saudara?  mereka ini bukanlah Matius atau Markus, dan lebih-lebih pasti bukan Yohanes, yang menuliskan Injil Yohanes setelah Lukas menuliskan Injilnya. 2) Tulisan-tulisan ini bukannya tulisan yang sesat, dan karena itu Lukas tidak menyerang orang-orang tersebut (misalnya dengan menyebut mereka nabi palsu / pengajar sesat dsb). Tetapi rupa-rupanya tulisan-tulisan itu kurang akurat dan / atau kurang lengkap, sehingga Lukas, yang tidak mau Injil diselewengkan sedikitpun, lalu menyelidiki dengan seksama dan lalu membukukannya dengan teratur (ay 3). a) William Hendriksen: "The Christian religion is not a matter of ‘cunning devised myths’ (2Pet 1:16), but rests on solid, historical fact" [= agama kristen bukanlah persoalan ‘dongeng-dongeng yang direncanakan dengan licik / cerdik’ (2Pet 1:16), tetapi berlandaskan pada fakta historis yang kuat / kokoh]. Bandingkan ini dengan pandangan Liberal, teori Demythologizing dari Bultmann, yang mengatakan bahwa ada banyak dongeng dalam Kitab Suci, seperti Kej 1-11, cerita-cerita tentang mujijat-mujijat dalam ke-empat Kitab Injil, dsb. Kalau memang ini benar, untuk apa Lukas susah-susah menyelidiki fakta sejarah yang benar dan lalu membukukannya? b) ‘Lukas menyelidiki dan lalu menuliskan’ dan ‘Lukas diilhami Roh Kudus pada waktu menulis’ bukanlah 2 hal yang kontradiksi. Banyak orang berpendapat bahwa kalau pendeta belajar buku theologia / tafsiran dan lalu menyusun khotbah, maka itu adalah ‘firman dari manusia’. Kalau mau yang dari Tuhan, maka kita hanya perlu berdoa untuk meminta pimpinan Roh Kudus. Tetapi ternyata disini pada waktu Lukas menulis Firman Tuhan / Kitab Suci (bukan sekedar khotbah!), ia menyelidikinya lebih dulu! William Barclay: "No one would deny that the gospel of Luke is an inspired document; and yet Luke begins by affirming that it is the product of the most careful historical research. God’s inspiration does not come to the man who sits with folded hands and lazy mind and only waits, but to the man who thinks and seeks and searches" (= tidak seorangpun yang menyangkal bahwa Injil Lukas adalah suatu dokumen yang diilhamkan; dan sekalipun demikian Lukas memulainya dengan menegaskan bahwa Injil ini adalah hasil dari penyelidikan sejarah yang paling teliti. Pengilhaman Allah tidak datang kepada orang yang duduk dengan tangan dilipat dan pikiran yang malas dan hanya menunggu, tetapi kepada orang yang berpikir dan mencari dan menyelidiki). Catatan: Kata-kata Barclay ini tidak bisa diberlakukan secara mutlak. Tentu tidak berarti bahwa semua orang yang mencari dan menyelidiki lalu mendapatkan ilham. Juga tidak semua orang yang mendapatkan ilham mendapatkannya setelah mencari dan menyelidiki. Tetapi sekalipun demikian kita tetap bisa mendapatkan inti dari kata-kata Barclay ini, yaitu bahwa kalau kita ingin mendapatkan kebenaran dari Tuhan, tidak cukup bagi kita untuk hanya berdoa dan menunggu. Kita juga harus mau berusaha dengan belajar, berpikir, merenungkan Firman Tuhan dsb. c) ‘dengan teratur’. Jangan mengartikan ini sebagai ‘chronologis / sesuai dengan urut-urutan waktu’. Tidak ada satu buku sejarahpun yang benar-benar chronologis, karena kalau demikian, justru akan terjadi kekacauan. Memang secara umum, Injil Lukas ini cukup chronologis, tetapi tidak mutlak. Jadi, yang dimaksud dengan ‘dengan teratur’ di sini adalah penyusunan topik-topiknya. 3) Lukas lalu mengirimkan Injil Lukas ini kepada Theofilus supaya Theofilus mendapatkan pengertian yang pasti / tepat. Ini terlihat dari ay 4. Tetapi ay 4 dalam versi Kitab Suci Indonesia ini salah terjemahan. Dalam ay 4 versi Kitab Suci Indonesia kelihatannya bahwa semua yang diterima oleh Theofilus selama ini sudah benar, dan Lukas menuliskan Injilnya ini supaya Theofilus makin yakin akan hal itu. Tetapi bandingkan dengan terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini: NIV: ‘so that you may know the certainty of the things you have been taught’ (= supaya kamu bisa mengetahui kepastian dari hal-hal yang telah diajarkan kepadamu) - ini mirip dengan KJV. NASB: ‘so that you may know the exact truth about the things you have been taught’ (= supaya kamu bisa mengetahui kebenaran yang persis tentang hal-hal yang telah diajarkan kepadamu) - ini mirip dengan RSV. a) ‘The things you have been taught’ (= hal-hal yang telah diajarkan kepadamu). Kata Yunani yang diterjemahkan ‘you have been taught’ adalah KATECHETHES, dari mana kata ‘Catechism’ (= katekisasi / pelajaran dasar) diturunkan. Kata Yunani itu juga digunakan dalam Kis 18:25 Ro 2:18 Gal 6:6a. Katekisasi / pelajaran dasar adalah sesuatu yang penting! Lukas tidak mau membiarkan dasar dari Theofilus itu miring sekalipun hanya sedikit. b) ‘So that you may know the certainty / the exact truth’ (= supaya kamu bisa mengetahui kepastian / kebenaran yang persis). Ini menunjukkan bahwa ada hal-hal yang kurang akurat dalam pengajaran yang diterima oleh Theofilus selama ini, dan Lukas menuliskan Injilnya dan mengirimkannya kepada Theofilus untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan itu.  tahu tentang kebenaran adalah sesuatu yang vital! Karena itu maulah belajar Firman Tuhan, datang dalam Pemahaman Alkitab, belajar makalah / cassette dsb.  gereja membutuhkan ajaran yang sangat ketat / akurat! Karena itu maulah belajar yang njlimet / sukar! Jangan berkata: ‘Saya toh bukan pendeta, jadi tak perlu belajar terlalu akurat / njlimet’! Ingat bahwa Theofilus juga bukan pendeta, tetapi toh Lukas menganggap perlu bahwa ia mempunyai pengertian yang akurat. Persiapan Pelayanan Yesus (1:5-4:13) Terdapat 10 perumpamaan dalam Injil Lukas yang tidak terdapat dalam injil lain, misalnya: - mengenai anak yang hilang - kisah Lazarus - perempuan-perempuan yang melayani Yesus - uang mina - Yesus diurapi oleh perempuan berdosa Nyanyian pujian Maria Lukas 1:46-55 Alasan memuji Tuhan: Nyanyian Zakaria : Sukacita (1:67-79). Zakaria adalah seorang Imam yang termasuk kelompok Abia. Setiap keturunan Harun secara otomatis/langsung menjadi Imam. Itu berarti untuk tugas keimaman terlalu banyak orang. Karena itu, mereka dibagi dalam 24 rombongan. Para Imam tersebut bertugas hanya pada waktu: Paskah, Pentakosta dan Tabernakel. Selama satu tahun setiap rombongan melayani dua periode, tiap periode satu minggu lamanya. Imam yang mencintai pekerjaannya menanti-nantikan hari itu. Seorang imam hanya boleh menikah dengan wanita garis keturunan yang sungguh-sungguh Yahudi. Suatu keberuntungan besar kalau imam dapat menikah dengan wanita keturunan Harun, sebagaimana Elizabeth dan Zakaria. 2:1-7. Dalam kekaisaran Romawi secara periodic diadakan sensus penduduk dengan dua tujuan yaitu: 1. untuk memungut pajak 2. untuk memperoleh calon-calon bagi wajib militer Karena itu, penduduk orang Yahudi dikecualikan dari wajib militer sebab sensus bagi mereka hanya memungut pajak. 2:21-24. Yesus menjalani upacara kuno yang harus dilakukan oleh setiap anak laki-laki Yahudi, seperti: 1. Sunat. Pada usia 8 hari, atau tepat hari sabat akan dilakukan sunat jasmani. Hal ini dianggap suci dan saat itu anak diberi nama 2. Penebusan Anak Sulung. Menurut hukum Keluaran 13:2, semua anak sulung manusia dan binatang adalah kudus bagi Allah. Hukum itu mungkin merupakan pengakuan akan kuasa anugerah Allah yang memberi kehidupan atau juga bisa merupakan sisa-sisa kepercayaan kuno dimana anak-anak dipersembahkan kepada dewa-dewa. Jelas, apabila hal ini dilakukan secara harafiah, maka akan kacau. Karena itu, diadakan suatu upacara yang disebut penebusan anak sulung (Bil. 18:16) ditetapkan korban sejumlah 5 sikal seolah-olah orangtuanya membeli anak sulungnya itu dari Allah. Jumlah itu harus dibayar kepada Imam. Jumlah itu tidak boleh dibayarkan sebelum 31 hari sesudah kelahiran dan tidak boleh ditunda terlalu lama. 3. Penyucian sesudah kelahiran. Apabila seorang wanita melahirkan, dan jika anaknya laki-laki mak ia tidak suci selama 40 hari dan jika melahirkan perempuan, maka masa cemarnya 80 hari. Selama itu wanita tidak boleh masuk Bait Suci atau mengambil bagian dalam upacara keagamaan. Dalam Imamat 12, pada akhir masa itu ia harus membawa domba untuk korban bakaran dan seekor merpati muda. Apabila tidak sanggup membawa domba maka ia juga dapat mengganti dengan burung dara yang lain. Persembahan dua ekor merpati sebagai pengganti domba dan merpati secara teknis disebut persembahan orang miskin. (itulah persembahan Maria dan Yusuf). Pasal 1:67-80 I) Zakharia bernubuat: 1) Zakharia penuh dengan Roh Kudus, dan ia lalu bernubuat (ay 67). Kalau peristiwa dalam Kis 2, dimana rasul-rasul penuh dengan Roh Kudus dan lalu berbahasa Roh, dianggap oleh golongan Pentakosta dan Kharismatik sebagai dasar untuk mengajar bahwa orang yang penuh Roh Kudus harus berbahasa Roh, maka adalah sesuatu yang aneh kalau ay 67 ini tidak mereka jadikan dasar untuk mengajar bahwa orang yang penuh Roh Kudus harus bernubuat! Tetapi kita tahu bahwa orang yang penuh dengan Roh Kudus memang tidak harus berbicara dalam bahasa Roh, ataupun bernubuat. Hal-hal itu bisa terjadi, tetapi tidak harus terjadi! 2) Mulut / lidah Zakharia yang tadinya dibuat bisu oleh Tuhan sehingga tidak berguna, sekarang dipakai untuk bernubuat. Ini menunjukkan bahwa apakah kita bisa berguna untuk Tuhan atau tidak, itu tergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Kita cuma harus mau menyediakan diri kita untuk dipakai oleh Tuhan. 3) Bernubuat tidak identik dengan meramal masa depan. Bernubuat berarti berbicara sebagai mulut Allah, dimana ramalan masa depan bisa ada, tetapi bisa juga tidak. 4) Orang bernubuat tidak berbicara seakan-akan Ia adalah Allah / Yesus sendiri. Perhatikan bahwa dalam nubuat ini Zakharia menggunakan kata ganti orang ketiga (He / Ia) untuk Allah. Kadang-kadang nubuat menggunakan kata ganti orang pertama (I / Aku), tetapi pasti ada kata-kata ‘Demikianlah Firman Tuhan’ seperti dalam Yer 31:1-3. Contoh yang salah: o Ada gereja dimana seorang jemaat bernubuat dengan memanggil pendetanya: ‘Hai hambaKu, kemarilah’! Dan pendetanya jawab: ‘Ya Bapa’. o Ada orang terkena Toronto Blessing gara-gara nonton video kebaktian Toronto Blessing dan lalu berkata ‘Aku Yesus’. Hal-hal seperti ini kalau bukan dibuat-buat oleh orangnya, pastilah merupakan nubuat dari setan! II) Nubuat Zakharia: 1) Zakharia memulai nubuatnya dengan memuji Tuhan (ay 68a). Dan pujian itu didasarkan atas lawatan Allah. Dalam ay 68b dikatakan bahwa lawatan Allah itu membawa kelepasan kepada umatNya, dan dalam ay 78b-79 menerangi / mengarahkan orang yang dalam gelap / bayang-bayang maut. Penerapan: Kalau Tuhan melawat umatNya pasti ada gunanya, misalnya menyelamatkan, memberi janji, menegur dosa, menghibur dsb. Tidak mungkin seperti dalam Toronto Blessing (atau lebih tepat Toronto Curse!) dimana ‘Tuhan melawat’ hanya untuk membuat orang tertawa terbahak-bahak, nggeblak, jerking, dsb, tanpa ada gunanya, bahkan membuat orang kristen kelihatan seperti orang gila (bdk. 1Kor 14:23). 2) Dari ay 71 kelihatannya kelepasan dalam ay 68 ini merupakan keselamatan secara jasmani / politis, yaitu dari penjajahan Roma, tetapi sebetulnya tidak demikian. Alasannya: a) Bagian pertama dari nubuat ini (ay 68-75) harus dihubungkan dengan bagian kedua (ay 76-79) yang jelas menunjukkan keselamatan secara rohani. b) Disamping itu, bagian pertama nubuat ini menghubungkan keselamatan dengan tanduk keselamatan dari keturunan Daud (yaitu Yesus), sehingga jelas ini tidak berbicara tentang keselamatan politis / jasmani, tetapi rohani. 3) Tujuan Tuhan melepaskan umatNya: a) Untuk menunjukkan rahmat / belas kasihanNya (ay 72a bdk. ay 78). b) Untuk menggenapi janjiNya kepada Abraham (ay 72b-73). c) Supaya umatNya bisa beribadah kepada Allah tanpa takut, dalam kebenaran dan kekudusan seumur hidup kita (ay 74-75).  Beribadah kepada Allah. KJV/RSV/NIV/NASB: serve (= melayani). Kita memang diselamatkan untuk melayani (Ef 2:10 2Kor 5:15).  Tanpa takut. Karena sudah bebas dari musuh / sudah selamat, maka kita tidak boleh takut (bdk. Maz 27:1-dst Maz 56:12 Ro 8:31-39 2Tim 1:7 1Yoh 4:17-18).  Dalam kebenaran dan kekudusan. Ini perlu kita tekankan dalam hidup, study, pekerjaan, maupun pelayanan kita!  Seumur hidup kita. Ini menunjukkan bahwa pelayanan dan pengudusan harus kita lakukan seumur hidup kita, dan tidak boleh ada saat dimana kita berhenti melayani / menguduskan diri! Apakah saudara adalah orang yang sudah pensiun dari pelayanan? Atau sudah bosan dengan usaha untuk membuang dosa tertentu sehingga saudara menyerah terus pada dosa tersebut? Kalau ya, bertobatlah! 4) Cara Tuhan memberi keselamatan / kelepasan adalah dengan: a) Menumbuhkan tanduk keselamatan (ay 69-70).  ‘Tanduk keselamatan dalam keturunan Daud’. Ini jelas menunjuk kepada Yesus, bukan Yohanes Pembaptis, karena Yohanes Pembaptis bukan dari keturunan Daud / Yehuda, tetapi Lewi (Ingat Zakharia adalah seorang imam).  Sejak jaman Perjanjian Lama, Tuhan sudah menjanjikan akan munculnya Mesias dari keturunan Daud (ay 70 bdk. Yer 23:5). Tetapi, sejak pembuangan ke Babilonia, keturunan Daud praktis hancur. Tetapi janji Allah ini tetap berlaku dan akhirnya tergenapi! Penerapan: pada saat semua harapan rasanya musnah, tetaplah percaya pada janji Tuhan. Tetapi awas, jangan beriman seperti orang-orang Faith Movement, yang tetap ‘beriman’ sekalipun tidak punya dasar Firman Tuhan apapun. b) Memberikan Surya pagi (ay 78b).  ‘Surya pagi’ ini jelas menunjuk kepada Yesus (ay 78b bdk. Yes 9:1-2 Yes 40:1-2 dan khususnya Mal 4:2).  Yesus menyinari mereka yang ada dalam gelap dan dalam naungan / bayang-bayang maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera (ay 79).  Tanpa Kristus, semua orang ada dalam gelap dan dalam bayang-bayang maut!  Dengan Kristus atau ikut Kristus, maka kita ada di jalan damai sejahtera. Kelepasan dalam ay 68 berhubungan dengan tindakan Tuhan menum-buhkan tanduk keselamatan dalam keturunan Daud, yang menunjuk kepada Yesus (ay 69). Demikian juga orang bisa lepas dari kegelapan dan bayang-bayang maut dan pindah ke jalan damai sejahtera hanyalah karena Surya pagi, yang menunjuk kepada Yesus (ay 78b-79). Semua ini menunjukkan bahwa keselamatan yang sejati tidak bisa terlepas dari Yesus! Karena itu renungkan: sudahkah saudara ada di dalam Yesus? 5) Fungsi Yohanes Pembaptis: a) Baru mulai ay 76 Zakharia berbicara tentang anaknya (Yohanes Pembaptis). Dari tadi ia berbicara meninggikan Tuhan, Yesus, dan Kerajaan Allah. Sekarang ia berbicara tentang anaknya, itupun untuk menunjukkan pelayanan Yohanes Pembaptis sebagai orang yang mendahului Yesus untuk menyiapkan jalan bagi Yesus (ay 76b). Sesuatu yang menarik adalah bahwa pada waktu menyebut anaknya, ia tidak berkata ‘anakku’ tetapi ‘anak’. KS Indonesia: ‘hai anakku’. Ini salah terjemahan. NIV: my child (= anakku). Ini juga salah. NASB: child (= anak). Ini menunjukkan ia tidak mempersoalkan anak itu sebagai anaknya, tetapi ia mempersoalkan bagaimana anak itu bisa berguna untuk Tuhan. Orang yang penuh Roh Kudus tidak mempersoalkan diriku, anakku, uangku, rumahku, mobilku dsb, tetapi akan mempersoalkan Tuhan, Kerajaan Allah, Yesus, dsb, dan mempersoalkan bagaimana segala sesuatu bisa berguna untuk Tuhan. b) Ay 77-78a:  Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus (ay 76b) dengan cara memberi pengertian tentang keselamatan (ay 77a). Saat itu orang Yahudi mempunyai konsep yang salah tentang: o Mesias. Mereka percaya Mesias adalah raja duniawi yang akan melepaskan mereka dari penjajahan Romawi. Sesuatu yang aneh dan perlu direnungkan adalah: sudah tahu orang Yahudinya mempunyai pemikiran begitu, mengapa Tuhan memberikan nubuat yang seolah-olah mendukung pandangan ini (ay 71,74)? Ini menunjukkan bahwa Tuhan memang sering sengaja memberikan hal-hal yang sukar dalam Kitab Suci, sehingga orang yang tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan arti yang salah sehingga tersesat dan binasa. Bacalah Mat 13:10-17 dan 2Pet 3:16 yang jelas mengajarkan hal ini. 2Pet. 3:16 berbunyi: "Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain". o keselamatan. Mereka percaya keselamatan karena perbuatan baik, dan keselamatan karena mereka bangsa pilihan. Tugas Yohanes Pembaptis adalah meluruskan pengertian mereka dalam hal-hal yang salah ini. Ini menunjukkan pentingnya pengertian. Tanpa pengertian yang benar tentang keselamatan, kita tidak mungkin bisa selamat. Penerapan: Orang Kharismatik sering menganggap bahwa orang Protestan, khususnya yang menekankan belajar Firman Tuhan, sebagai ahli-ahli Taurat. Memang bisa saja ada orang Protestan yang seperti ahli Taurat, yaitu kalau mereka cuma belajar tapi tidak melakukan. Tetapi penekanan pengetahuan / belajar Firman Tuhan itu sendiri adalah sesuatu yang benar!  Keselamatan itu didapatkan melalui pengampunan dosa (ay 77b). Jadi, keselamatan bukan didapatkan melalui perbuatan baik, tetapi melalui pengampunan dosa. Bdk. Maz 32:1-2 Maz 130:3-4 Daniel 9:9. Dan tentu saja pengampunan dosa itu hanya kita dapatkan kalau kita percaya kepada Yesus (Ef 1:7 Ef 4:32 Kis 10:43). Kalau saudara salah pengertian tentang keselamatan dalam hal ini, jangan harap saudara bisa selamat!  Ay 78a adalah sambungan ay 77. Jadi, bisa adanya pengampunan dosa disebabkan karena adanya belas kasihan Allah. Pasal 2:1-7 I) Sensus (ay 1-2): 1) Sensus ini diperintahkan oleh kaisar Agustus (ay 1), dan semua penafsir berpendapat bahwa sensus ini dilakukan untuk kepentingan pajak. Dengan adanya sensus ini Yusuf dan Maria terpaksa pergi ke Betlehem (ay 3-5) sehingga akhirnya Yesus lahir di Betlehem (ay 6-7), menggenapi nubuat nabi Mikha dalam Mikha 5:1 yang berbunyi: "Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala". Tanpa ia sadari, kaisar kafir ini melakukan sesuatu yang menyebabkan tergenapinya nubuat Firman Tuhan. Ini bukan sekedar merupakan suatu kebetulan, tetapi Tuhan menguasai dan mengarahkan kaisar kafir tersebut untuk melaksanakan RencanaNya! Bandingkan dengan Amsal 21:1 yang berbunyi: "Hati raja seperti batang air dalam tangan TUHAN, dialirkannya ke mana Ia ingini" 2) William Barclay mengatakan bahwa ada actual documents (= dokumen sebenarnya) dari setiap sensus yang dilakukan mulai tahun 20 Masehi sampai tahun 270 Masehi, dan dari data-data ini terlihat bahwa sensus ini dilakukan setiap 14 tahun. Sensus yang paling awal yang ada dokumennya, dilakukan pada tahun 20 Masehi. Tetapi ini tidak mungkin menunjuk pada sensus dalam Luk 2:1-2 ini. Karena sensus itu diadakan setiap 14 tahun, maka sensus sebelumnya seharusnya terjadi pada tahun 6 Masehi. Tetapi sensus yang inipun masih kurang pagi untuk bisa dihubungkan dengan sensus dalam Luk 2:1-2 ini. Para penafsir menganggap bahwa sensus pada tahun 6 Masehi inilah yang dimaksud dengan sensus dalam Kis 5:37. Kalau tahun 6 Masehi ini dikurangi lagi dengan 14 tahun, maka bisa didapatkan tahun 8 Sebelum Masehi sebagai tahun pelaksanaan sensus dalam Luk 2:1-2 ini. Ini menimbulkan problem karena tahun 8 SM tidak cocok dengan saat kelahiran Kristus. Kalau Yesus lahir pada tahun 8 SM, maka itu berarti Ia memulai pelayananNya pada tahun 22 Masehi, dan penyucian Bait Allah dalam Yoh 2 terjadi pada tahun 23 Masehi. Dalam Yoh 2:20 dikatakan bahwa Bait Allah itu dibangun selama 46 tahun (dan saat itu belum selesai pembangunannya), dan ini menunjukkan bahwa Bait Allah itu mulai dibangun pada 23 SM. Ini tidak cocok, karena dari sejarah diketahui bahwa pembangunan Bait Allah itu dimulai pada tahun 19 SM (dan baru selesai secara total pada tahun 64 Masehi). Pemecahan problem ini: o Mungkin sensus di wilayah Herodes dimulai terlambat, karena Herodes takut melakukannya mengingat orang Yahudi ‘alergi’ terha-dap sensus gara-gara peristiwa sensus dalam 2Sam 24 / 1Taw 21. o Mungkin saat itu periodenya bukan 14 tahun, tetapi kurang dari itu. II) Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem (ay 3-5): 1) Sensus ini mengharuskan setiap orang untuk mendaftarkan diri di kotanya sendiri (ay 3). Yusuf adalah keturunan Daud (1:27 2:4), dan demikian juga dengan Maria (1:32,69). Yesus memang harus muncul / lahir dari keturunan Daud (bdk. Yes 11:1 Yer 23:5-6 Mat 1:1,6 Luk 3:31 Ro 1:1-3 2Tim 2:8). Dalam 1Sam 20:6 dikatakan bahwa Betlehem adalah kota Daud. Karena itu Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem (ay 4-5). Ada beberapa hal yang bisa dipelajari tentang bagian ini: a) Jarak Nazaret ke Betlehem sekitar 80-90 mil. Ini jelas merupakan penderitaan, khususnya untuk Maria yang sudah hamil tua. Mereka berserah dan tunduk pada kehendak Tuhan, tetapi yang mereka dapatkan justru bukanlah jalan yang mulus tetapi jalan yang penuh penderitaan! Penerapan: kalau saudara beriman dan taat kepada Tuhan, jangan terlalu heran kalau jalan saudara justru menjadi sukar. Juga jangan menjadi takut, kecewa dan lalu meninggalkan jalan itu, karena jalan yang sempit itulah yang menuju pada kehidupan (bdk. Mat 7:13-14). b) Mereka taat kepada pemerintah.  Pengadaan sensus tidak bertentangan dengan Firman Tuhan (bdk. Bil 1:1-dst Bil 26:1-dst). Dalam 2Sam 24 / 1Taw 21 Daud melakukan sensus dan dihukum oleh Tuhan, karena ia melakukan sensus itu untuk memuaskan kesombongannya.  Karena sensus itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, sekalipun sensus itu menyukarkan hidup mereka, Yusuf dan Maria tetap tunduk! Kita memang harus tunduk pada pemerintah, selama pemerintah tidak menyuruh kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan (Ro 13:1-7 bdk. Kis 5:29). Penerapan: apakah saudara mau tunduk pada peraturan peme-rintah yang menyukarkan hidup saudara tetapi tidak bertentangan dengan Firman Tuhan? c) Luk 2:1-7 ini pasti terjadi setelah Mat 1:18-25, sehingga saat itu Maria sudah menjadi istri Yusuf. Tetapi mengapa dalam ay 5 Maria tetap disebut sebagai ‘tunangan Yusuf’? Rupanya karena sekalipun mereka sudah menjadi suami istri, mereka tidak melakukan hubungan sex (bdk. Mat 1:24-25). 2) Mengapa Maria ikut pergi ke Betlehem? Ada beberapa kemungkinan jawaban: a) Kebanyakan penafsir mengatakan bahwa sebetulnya hanya laki-laki (yaitu Yusuf) saja yang harus pergi untuk mendaftar, tetapi ada juga penafsir yang beranggapan bahwa laki-laki maupun perempuan harus mendaftar. Karena itulah Maria harus ikut. b) Maria sebetulnya tidak harus ikut, tetapi saat itu ada banyak gosip yang beredar tentang Maria yang terlalu cepat mengandung. Karena itu Yusuf tidak tega membiarkan Maria di Nazaret, dan membawanya pergi ke Betlehem. Ini mengajar kita bahwa di dalam menghadapi problem, suami istri perlu ada kesatuan dan saling mendukung! c) Yusuf ingin ada bersama dengan Maria pada saat Yesus lahir. Ingat bahwa Yusuf juga adalah orang Yahudi yang pasti menanti-nantikan kedatangan Mesias. d) Mereka tahu tentang nubuat dalam Mikha 5:1 yang mengatakan bahwa Mesias harus lahir di Betlehem, dan karena itu mereka sengaja pergi ke Betlehem supaya nubuat itu tergenapi. Calvin menolak kemungkinan ini dengan alasan: kepergian mereka ke Betlehem disebutkan alasannya secara explicit dalam ay 5: ‘supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria’. Karena itu Calvin berpendapat bahwa mereka pergi ke Betlehem bukan dengan tujuan supaya Kristus lahir di sana, tetapi karena tangan / pengaturan Allah (Providence of God) membimbing mereka seperti orang buta ke tempat dimana Kristus harus dilahirkan. Calvin lalu menambahkan: "Thus we see that the holy servants of God, even though they wander from their design, unconscious where they are going, still keep the right path, because God directs their steps" (= Demikianlah kita lihat bahwa pelayan-pelayan yang kudus dari Allah, sekalipun mereka menyimpang dari rencana mereka, tidak sadar kemana mereka pergi, tetap ada di jalan yang benar, karena Allah mengarahkan / memimpin langkah-langkah mereka). Penjelasan: Yusuf dan Maria pasti sudah mempersiapkan dan merencanakan banyak hal tentang Yesus yang akan dilahirkan itu. Mungkin mempersiapkan uangnya, kamarnya, tempat tidurnya, dsb. Tetapi perintah untuk melakukan sensus itu kelihatannya membuyarkan segala persiapan dan rencana mereka. Tetapi toh semua ini ada dalam pimpinan Tuhan! Penerapan: kalau everything goes wrong (= segala sesuatu berjalan salah) dengan rencana saudara (baik rencana jasmani maupun rohani), maka itu tetap pimpinan Tuhan! Ini tentu tak berarti bahwa kita boleh sembarangan dalam memilih jalan ataupun terlalu mudah ‘menyerah’ pada kehendak / Rencana Allah! Kita tetap punya tanggung jawab untuk memilih jalan yang terbaik, dan berusaha secara maximal untuk mencapainya. Kalau semua itu sudah kita lakukan dan ternyata semua hancur berantakan, barulah kita harus berserah pada kehendak / Rencana Allah. III) Kelahiran Yesus (ay 6-7): 1) ’anaknya yang sulung’ (ay 7a). Istilah ‘anak sulung’, ditambah dengan banyak bagian Kitab Suci yang berbicara tentang adanya saudara-saudara Yesus (Mat 12:46,47 / Mark 3:31-32 / Luk 8:19-20 Mat 13:55-56 Yoh 2:12 Yoh 7:3,5,10 Kis 1:14), menunjukkan bahwa Yusuf dan Maria pasti mempunyai anak-anak lain setelah kelahiran Yesus. Seorang penafsir (Pulpit Commentary) menganggap Yusuf dan Maria tidak mempunyai anak lain selain Yesus, dengan alasan: istilah ‘anak sulung’ bisa diartikan ‘anak tunggal’ seperti dalam Ibr 1:6. Tanggapan saya: Dalam arti yang sebenarnya, memang Yesus adalah Anak Tunggal dari Allah (Yoh 3:16). Tetapi dalam Ibr 1:6 Yesus disebut sebagai Anak Allah yang sulung, itu disebabkan karena kita yang percaya kepada Yesus juga adalah anak-anak Allah (Yoh 1:12), sekalipun kita adalah ‘anak-anak adopsi’. Bandingkan ini dengan Ro 8:29 yang berbunyi: ‘supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara’. Dengan demikian, istilah ‘anak sulung’ dalam Ibr 1:6 tidak bisa diartikan sebagai ‘anak tunggal’! 2) ‘dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan’ (ay 7b). a) Bagi Yusuf dan Maria ini adalah sesuatu yang kelihatannya kontradiksi dengan Firman Tuhan. Katanya Maria akan melahirkan Anak Allah yang maha tinggi, lalu mengapa Anaknya lahir dalam palungan? b) Anak Allah yang mahatinggi mau lahir dalam palungan. Yesus mau direndahkan / menjadi miskin, supaya kita bisa ditinggikan / menjadi kaya (secara rohani!). Bdk. 2Kor 8:9. Istilah ‘miskin menjadi kaya’ jelas harus sdiartikan secara rohani. Hal ini terlihat jelas kalau saudara membaca seluruh kontex (2Kor 8:1-9). Calvin: "When he was thrown into a stable, and placed in a manger, and a lodging refused him among men, it was that heaven might be opened to us, not as a temporary lodging, but as our eternal country and inheritance, and that angels might receive us into their abode" (= Pada saat Ia dilemparkan ke dalam kandang, dan diletakkan dalam palungan, dan penginapan menolak menerimaNya di antara manusia, tujuannya adalah supaya surga terbuka bagi kita, bukan sebagai penginapan sementara, tetapi sebagai negeri dan warisan yang kekal, dan supaya malaikat-malaikat menerima kita dalam tempat tinggal mereka). c) Pemilik penginapan hanya memberikan tempat hewan karena:  ia tidak tahu bahwa yang akan dilahirkan oleh Maria adalah Mesias / Anak Allah.  memang semua kamar penuh sehingga tidak ada lagi tempat untuk mereka. Karena itu sebetulnya ia tidak bisa terlalu disalahkan. Tetapi kalau sekarang saudara menolak Kristus untuk tinggal dalam hati saudara sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara, saudara menolak dengan suatu pengetahuan / kesadaran bahwa Ia adalah Anak Allah, maka penolakan saudara harus disalahkan! Karena itu, terimalah Ia sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam hidup saudara! Pasal 2:36-40 Indahnya Usia Lanjut Hana adalah seorang yang senyap di negeri itu. 1. Hana adalah Janda. Ia telah mengenal kesedian namun tidak bersedih. Kesediaan dapat membuat kita menjadi keras, sedih, marah, dll tapi kesediaan juga dapat membuat kita baik. Bagaimana kita menanggapinya. 2. 84 tahun usia yang tua namun tidak berhenti berharap. Umur dapat menggerogoti kecantikan dan kekuatan tubuh serta waktu dapat menggerogoti hidup sehingga harapan jadi mati dan hidup jadi membosankan dan menerima hidup apa adanya. Bagaimana keadaan Hana pada saat itu? a. Ia tidak pernah berhenti untuk beribadah Gereja adalah ibu kita dalam iman. Kita merengutkan diri sendiri dan harta yang tak ternilai harganya bila kita lalai dalam ibadah. b. Tidak hentinya untuk berdoa. Pasal 2:40-52 I) Merayakan Paskah di Yerusalem: 1) Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah di sana (ay 41). a) Di sini disebutkan ‘orang tua’ Yesus, yang jelas menunjuk kepada Yusuf dan Maria. Maria memang adalah ibu Yesus, tetapi Yusuf sebetulnya bukanlah ayah Yesus, tetapi tetap disebut orang tua karena secara legal / hukum Yesus adalah anak Yusuf. b) Paskah. Ini jelas bukan Paskahnya orang kristen yang menunjuk pada kebangkitan Yesus. Ini adalah Paskah Perjanjian Lama (Inggris: Passover), yaitu merayakan saat orang Israel lepas dari tulah ke 10 (kematian anak sulung) karena adanya darah domba pada ambang pintu. c) Paskah / hari raya roti tak beragi adalah salah satu dari 3 hari raya dimana orang Yahudi harus pergi berbakti di Yerusalem (Kel 23:14-17). Sebetulnya yang harus berbakti di Yerusalem hanyalah orang laki-laki saja (Kel 23:17), tetapi ternyata Maria juga ikut. Ini menunjukkan kesalehannya dimana ia mau melakukan lebih banyak dari yang diperintahkan oleh Tuhan. Penerapan: Kalau saudara menuruti Firman Tuhan apakah saudara mau menurutinya sesedikit / seminim mungkin? Misalnya apakah saudara rela memberikan persembahan lebih dari 10 %? d) Merayakan Paskah di Yerusalem merupakan hal yang cukup berat, karena mereka harus tinggal di Yerusalem selama 8 hari, yaitu 1 hari untuk Paskahnya dimana mereka menyembelih domba Paskah, dan 7 hari untuk merayakan hari raya roti tak beragi (Kel 12:15 Im 23:5-6). Karena itu dalam ay 43 digunakan bentuk jamak ‘hari-hari perayaan’. Tetapi sekalipun ini cukup berat, mereka tetap mau mentaati! Penerapan: Apakah saudara mau taat pada perintah yang berat, atau hanya yang ringan saja? 2) Ketika Yesus berusia 12 tahun maka Ia diajak oleh orang tuanya untuk pergi ke Yerusalem pada Paskah (ay 42). a) Mengapa pada usia 12 tahun? William Barclay: "A Jewish boy became a man when he was 12 years of age" (= seorang anak laki-laki Yahudi menjadi seorang laki-laki pada saat ia berusia 12 tahun). Pada saat usia 12 tahun seorang anak laki-laki menjadi BAR MITSVAH [the son of the law / commandment (= anak hukum / perintah)]. Ini tentu tidak berarti bahwa sebelum usia 12 tahun Yesus tidak pernah berbakti. Ia tentu juga berbakti tetapi tidak di Yerusalem / Bait Allah. b) Yusuf dan Maria mengajak Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Ini berarti:  orang tua harus mengarahkan anaknya kepada Tuhan. Jangan membiarkan anak itu tumbuh bebas dan memilih kepercayaannya sendiri. Kalau saudara percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kepada Bapa / ke surga (Yoh 14:6), maka saudara harus mengarahkan anak saudara kepada Yesus! Penerapan: pernahkah / seringkah saudara memberitakan Injil kepada anak saudara?  orang tua harus mengajar dan mengajak anaknya untuk berbakti kepada Allah di gereja. Penerapan:  saudara tidak bisa mengajar anak saudara untuk berbakti dengan rajin kalau saudara sendiri sering membolos dari kebaktian! Karena itu nomer satu saudara sendiri harus rajin berbakti!  biasanya sekolah minggu diadakan pada pagi hari, dan dengan demikian saudara yang mempunyai anak yang masih kecil, harus datang pada kebaktian pagi! Jadi jangan melakukan hal-hal lain pada pagi, dan lalu datang ke kebaktian sore, karena dengan demikian anak saudara tidak bisa berbakti!  desak anak saudara untuk rajin pergi ke gereja, dan jangan biarkan dia membolos kecuali karena sakit.  jangan mengajak anak ke luar kota dan membolos kebaktian!  jangan menghukum anak dengan melarang pergi ke sekolah minggu! Tuhan tidak pernah menyuruh kita mendidik / mendisiplin anak dengan cara seperti itu! orang tua harus mengajar anak untuk menuruti perintah Allah. Penerapan: jangan mengajar anak hal-hal yang negatif seperti berdusta. Misalnya menyuruh berkata kepada tamu bahwa saudara tidak ada, padahal saudara ada. Kalau saudara sering menyuruh anak saudara berdusta seperti ini, jangan heran kalau suatu saat ia mendustai saudara! II) Yesus tertinggal di Bait Allah: 1) Pada saat meninggalkan Yerusalem, orang-orang Yahudi itu biasanya pulang beramai-ramai (dalam rombongan besar). Ini menyebabkan Yusuf dan Maria bisa tidak mengetahui kalau Yesus tidak ada di antara mereka (ay 43-44). Setelah tahu bahwa Yesus tidak ada bersama mereka, maka kembalilah Yusuf dan Maria untuk mencari Yesus. Akhirnya mereka menemukan Yesus di Bait Allah (ay 45-46a). Jadi, pada saat semua sudah meninggalkan Bait Allah, Yesusnya masih di sana. Yesus merasa krasan di Bait Allah, dan ini kontras dengan banyak orang kristen yang tidak krasan ada di gereja dan langsung meninggalkan gereja begitu kebaktian selesai! 2) Yesus berdiskusi dengan ‘alim ulama’ (ay 46b-47). a) Sesuatu yang menarik dalam bagian ini adalah: setelah Yusuf dan Maria menemukan Yesus (ay 46a), yang diceritakan lebih dulu bukanlah reaksi / pertanyaan / teguran Maria, tetapi apa yang Yesus lakukan (ay 46b-47). Reaksi / teguran Maria baru diceritakan dalam ay 48. Ini menunjukkan bahwa Yesusnyalah yang dipentingkan dalam cerita ini, bukan Yusuf ataupun Marianya! Gereja yang lebih mengutamakan Maria dari pada Yesus, jelas sudah menyimpang dari Alkitab! b) Istilah ‘alim ulama’ diterjemahkan ‘teachers’ (= guru-guru) oleh NIV / NASB. Rupanya ini adalah ahli-ahli Taurat pada saat itu. c) Mengapa Yesus sengaja tinggal di Yerusalem dan berdiskusi dengan para ahli Taurat itu?  untuk belajar Firman Tuhan.  Ini menunjukkan Ia rindu pada Firman Tuhan. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara rindu pada Firman Tuhan? Dan apakah kerinduan itu saudara wujudkan dengan mencari Firman Tuhan?  Jangan merasa aneh kalau Yesus perlu belajar Firman Tuhan. Jangan lupa bahwa Yesus adalah Allah dan manusia dalam satu pribadi sehingga Ia mempunyai 2 pikiran, yaitu ilahi dan manusia, yang timbul tenggelam secara bergantian. Pikiran ilahiNya tentu saja mahatahu dan tidak perlu belajar, tetapi pikiran manusiaNya terbatas / tidak mahatahu sehingga perlu belajar dan bisa mengalami pertumbuhan pengetahuan (bdk. ay 40,52 - bertumbuh dalam hikmat). Ini bertentangan dengan ajaran Apolinarianism, yang mengatakan bahwa pikiran Yesus berasal dari LOGOS.  Di sini Ia belajar Firman Tuhan melalui suatu diskusi (ay 46b-47). Kalau saudara adalah orang kristen yang tidak senang berdiskusi tentang Firman Tuhan, ada sesuatu yang aneh / tidak beres dalam diri saudara!  mungkin ini juga untuk menyiapkan orang-orang Yahudi untuk melihat dan mengakui adanya hikmat ilahi dalam diriNya.  Supaya Yusuf dan Maria sadar bahwa Ia bukan anak biasa. 3) Pertanyaan Maria dan jawaban Yesus (ay 48-49). Dalam ay 48 Maria bertanya / menegur Yesus dengan berkata: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? BapaMu dan aku dengan cemas mencari Engkau". Dan dalam ay 49 Yesus menjawab: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidak-kah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?" a) Ini adalah kata-kata Yesus yang pertama yang dicatat dalam Kitab Suci. b) ‘Rumah BapaKu’. RSV/NIV/NASB: my Father’s house (= rumah BapaKu). Dalam bahasa Yunaninya kata ‘house / rumah’ itu sebetulnya tidak ada. Jadi terjemahan hurufiahnya hanyalah: I must be in my Father’s (= Aku harus ada dalam milik BapaKu). KJV menterjemahkan: my Father’s business (= kesibukan BapaKu). c) William Barclay memberi komentar: "See how gently but very definitely Jesus takes the name father from Joseph and gives it to God" (= Lihatlah betapa dengan lembut tetapi pasti Yesus mengambil nama / sebutan bapa dari Yusuf dan memberikannya kepada Allah). Kalau kita membetulkan orang lain, seringkali kita melakukannya dengan pasti / tegas, tetapi tidak dengan lembut. Atau dengan lembut, tetapi tidak pasti / tegas. Kita perlu belajar dari Yesus dalam hal ini! d) Kata-kata Yesus ini menunjukkan bahwa Ia bukanlah anak biasa, karena sekalipun Ia adalah manusia, tetapi Ia juga adalah Allah sendiri! Dalam Kitab Suci ada 4 kitab Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, karena setiap kitab Injil menyoroti Yesus dari sudut yang berbeda.  Matius menekankan Yesus sebagai Raja.  Markus menekankan Yesus sebagai Hamba.  Lukas menekankan Yesus sebagai manusia.  Yohanes menekankan Yesus sebagai Allah. Text yang kita bahas hari ini ada dalam Injil Lukas yang menekankan kemanusiaan Yesus, tetapi tidak berarti bahwa Lukas mengabaikan keilahian Yesus! Text ini sendiri memang sangat menekankan kemanusiaan Yesus dengan menceritakan pertumbuhan Yesus secara fisik dan pertumbuhan hikmatNya dsb (ay 40,52), tetapi disela-sela text ini tetap terlihat keilahian Yesus! Ini mengajar kita untuk melihat doktrin-doktrin dan juga ayat-ayat Kitab Suci secara seimbang. e) Kata-kata Yesus ini juga menunjukkan bahwa kewajiban terhadap Allah lebih besar dan harus lebih diutamakan dari pada kewajiban terhadap orang tua. 4) Ketidakmengertian Yusuf dan Maria (ay 50,51b). Sesuatu yang baik dari Maria di sini adalah: sekalipun ia tidak mengerti kata-kata Yesus, tetapi ia menyimpannya dalam hati! Bandingkan dengan banyak orang kristen yang sekalipun mengerti Firman Tuhan, tetapi tidak menyimpannya dalam hati! 5) Mereka lalu kembali ke Nazaret dan Yesus hidup dalam ketundukan kepada ‘orang tua’nya (ay 51). Kata-kata ‘tetap hidup dalam asuhan mereka’ (ay 51) salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘tunduk / taat kepada mereka’. KJV: and was subject unto them (= dan tunduk kepada mereka). NIV/RSV: and was obedient to them (= dan taat kepada mereka). NASB: and He continued in subjection to them (= dan Ia tetap tunduk kepada mereka). Ini merupakan sesuatu yang harus kita teladani: tunduk pada otoritas di atas kita: o anak kepada orang tua. o istri kepada suami. o murid terhadap guru. o rakyat kepada pemerintah. o pegawai kepada boss. Pasal 4:14-9:50 Pelayanan di Galilea. Konsisten dengan penolakan terhadap kuasa dunia dan penyangkalan diri, maka Yesus kembali ke Galilea, dan bukan ke Yerusalem tempat kekuasaan bagi Israel. Galilea menunjukkan tujuan akhir dari misi penebusan Allah. Pola ini pada tahun-tahun berikutnya menemukan wujud yang utuh dalam pelayanan Paulus. Setia terhadap asal-usul-Nya sebagai anak Israel sejati, Yesus memulai pelayanan di dalam rumah-rumah sembahyang.tetapi segera dipaksa keluar dari sana, sebab orang Yahudi tidak bersedia menerima dan mengakui Dia sebagai Mesias yang dinubuatkan PL. 4:14-6:11 Pelayanan Awal. Dalam waktu singkat Yesus segera popular. Lukas melaporkan “Tetapi kabar tentang Yesus makin tersiar…(4:15). Pasal 5:33-39 I) Pengkritik dan kritikannya: 1) Siapa para pengkritik ini? o Dalam Matius, yang datang kepada Yesus adalah ‘murid-murid Yohanes’ (Yohanes Pembaptis) (Mat 9:14). o Dalam Markus, yang datang kepada Yesus adalah ‘orang-orang’ (Mark 2:18). o Dalam Lukas, yang datang kepada Yesus adalah ‘orang-orang Farisi’ (ay 33). Tetapi ini sebetulnya salah terjemahan. NIV/NASB: ‘they’ (= mereka). Kalau kata ‘they’ / ‘mereka’ ini dihubungkan dengan kontex sebelumnya, yaitu Luk 5:30-32, maka kata ‘they’ / ‘mereka’ ini menunjuk kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Cara mengharmoniskan bagian-bagian ini adalah dengan menafsirkan bahwa ‘orang-orang’ dalam Mark 2:18 adalah gabungan dari ‘murid-murid Yohanes’ dan ‘orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat’. Sekarang ada 2 kemungkinan: a) Kedua grup itu datang kepada Yesus, tetapi Matius dan Lukas hanya menceritakan salah satu. b) Orang-orang Farisi menghasut murid-murid Yohanes untuk melancarkan kritik kepada Yesus tentang murid-muridNya. Matius hanya menyoroti grup orang yang betul-betul datang kepada Yesus yaitu murid-murid Yohanes. Lukas menyoroti grup yang menjadi sumber terjadinya persoalan itu, yaitu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Sedangkan Markus menyoroti keduanya. 2) Murid-murid Yohanes Pembaptis mengkritik Yesus. Yohanes Pembaptis adalah orang yang diutus Allah untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus (Luk 1:16-17,76). Jadi sebetulnya pada waktu Yesus mulai pelayanan, maka murid-murid Yohanes ini seharusnya lalu mengikuti Yesus, dan beberapa dari mereka memang melakukan hal ini atas pengarahan Yohanes (Yoh 1:35-37). Tetapi sebagian lain dari murid-murid Yohanes ini menganggap Yesus justru sebagai saingan (Yoh 3:26). Mereka ini tidak mengikut Yesus dan terus membentuk kelompok sendiri. Penerapan: Kesalahan seperti ini perlu diwaspadai. Jangan sampai saudara hanya mengikut pendeta atau gereja atau aliran tertentu. Saudara harus mengikut Yesus! Dan perlu diperhatikan bahwa kesalahan seperti ini bisa terjadi pada murid dari Yohanes Pembaptis, yang adalah seorang hamba Tuhan / nabi yang betul-betul ingin membawa murid-muridnya kepada Tuhan. Ini tentu akan lebih mudah lagi terjadi pada murid-murid dari ‘hamba Tuhan’ yang memang ingin mengarahkan orang kepada dirinya sendiri dan bukan kepada Tuhan. 3) Kritikan mereka (ay 33). a) Mereka berkata: ‘Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-muridMu makan dan minum’ (ay 33).  Jadi, dalam persoalan doa / sembahyang, tidak ada perbedaan antara murid-murid Yohanes, murid-murid orang Farisi dan murid-murid Yesus. Semua sering berdoa. Bagaimana dengan saudara? Saya mendengar informasi bahwa banyak dari peserta Camp ‘97 yang tidak saat teduh. Bangun pagi langsung mainan kartu! Mau tidur malampun tidak saat teduh / doa!  Dalam persoalan puasa, murid-murid Yesus berbeda dengan murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi. Inilah hal yang mereka kritik. b) Bandingkan kritikan di sini dengan Mat 11:18-19. Berpuasa disalahkan, tidak berpuasa juga disalahkan! Jelas bahwa mereka bukan mengkritik demi tegaknya kebanaran, tetapi untuk menghancurkan orang yang diktirik. c) Ini kritikan yang mempersoalkan perbedaan yang remeh / tidak penting. Yohanes Pembaptis adalah orang yang mempersiapkan jalan bagi Yesus. Jadi, ajarannya pasti sejalan dan banyak persamaannya dengan ajaran Yesus. Tetapi ada beda antara Yohanes Pembaptis dan Yesus, yaitu yang bisa saudara lihat dalam Mat 11:18-19. Dalam hal yang penting / essential (yaitu dalam hal ajaran), Yohanes Pembaptis sama dengan Yesus. Mereka berbeda dalam hal-hal yang remeh. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat / murid-murid Yohanes justru menyoroti perbedaannya dan melupakan persamaannya. Penerapan: Dalam hidup orang kristen / gereja ada: 1. Hal-hal yang remeh, seperti: o cara memuji Tuhan dengan / tanpa band, dengan / tanpa tepuk tangan. o bolehkah makan dideh / darah? o bolehkah orang mati diperabukan? 2. Hal-hal yang cukup penting, seperti: o predestinasi atau Providence of God. o bisakah keselamatan hilang? o haruskah orang kristen berbahasa roh / lidah? 3. Hal-hal yang sangat penting / essential, seperti: o Kitab Suci adalah Firman Allah. o Yesus dan Roh Kudus adalah Allah sendiri. o Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga. o adanya surga dan neraka. o kita diselamatkan karena iman kepada Yesus dan bukan karena perbuatan baik / ketaatan. Membicarakan, mengetahui / mengerti tentang perbedaan yang remeh dan perbedaan yang cukup penting adalah hal yang harus dilakukan. Tetapi jangan terus menerus menyoroti hal-hal itu sehingga melupakan persamaan dalam hal-hal yang essential / sangat penting. Sebagai contoh, kalau kita sebagai orang Reformed bertemu dengan orang Arminian dan lalu berdebat tentang predestinasi dan melupakan bahwa kita dan mereka sama-sama percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat, maka kita tidak bisa bersatu / saling mengasihi dengan mereka. Kita lupa bahwa dia adalah saudara seiman kita dan kita akan menganggapnya sebagai musuh kita! Boleh saja kita membicarakan / memperdebatkan tentang predestinasi dengan mereka, tetapi kalau tidak mendapat titik temu, maka ingatlah persamaan yang mendasar yang ada antara kita dengan mereka. d) Tentang puasa, dalam Kitab Suci / Perjanjian Lama sebetulnya keharusan puasa bagi seluruh bangsa Israel hanyalah 1 tahun 1 x, yaitu pada hari raya Pendamaian (Im 16:29-34 Im 23:26-32 Bil 29:7-11). Tetapi orang-orang Farisi berpuasa 2 x seminggu (Luk 18:12), yaitu pada hari Senin dan Jum’at (menurut tradisi ini adalah hari dimana Musa naik ke Gunung Sinai). Sedang murid-murid Yohanes berpuasa, mungkin karena:  sedih karena penangkapan terhadap Yohanes.  ikut-ikutan orang Farisi.  ajaran / teladan Yohanes Pembaptis (bdk. Mat 11:18). Jadi, mereka berpuasa bukan karena diharuskan oleh Firman Tuhan (kalau memang itu adalah puasa yang diharuskan oleh Firman Tuhan, pasti Yesus juga menyuruh murid-muridNya berpuasa), tetapi karena keinginan mereka sendiri atau sekedar sebagai tradisi. Tetapi mereka lalu memaksa orang lain (murid-murid Yesus) untuk juga berpuasa mengikuti mereka. Ini jelas salah. Mereka tidak berhak melakukan hal itu. Hanya Kitab Suci yang boleh dijadikan standard hidup. Penerapan: Dalam gereja ada:  Hal-hal yang dilakukan karena diperintahkan oleh Tuhan dalam Kitab Suci. Misalnya: Perjamuan Kudus, Baptisan, pemberitaan Firman Tuhan, Pemberitaan Injil, doa, adanya tua-tua / diaken, dsb.  Hal-hal yang dilakukan karena tradisi / kebijaksanaan manusia. Misalnya: adanya katekisasi sebelum baptisan, pendeta memakai toga dalam kebaktian, adanya doa Bapa Kami dan 12 Pengakuan Iman Rasuli dalam kebaktian, penggunaan organ / band dalam kebaktian, tepuk tangan dalam kebaktian, dsb. Hal-hal seperti ini tidak mutlak, dan kita tidak boleh memaksa siapapun untuk melakukan hal-hal tersebut. II) Jawaban Yesus terhadap kritikan itu (ay 34-39): Jawaban Yesus ini terdiri dari 3 bagian: 1) Ay 34-35: a) Untuk bisa mengerti jawaban Yesus ini, kita perlu mengerti tradisi orang Yahudi pada jaman itu dalam pernikahan. Mereka berbulan madu di rumah. 1 minggu setelah pernikahan, rumah terus dibuka. Teman-teman dekat mempelai bersama-sama dengan mempelai berdua dan mempelai berdua diperlakukan sebagai raja dan ratu. Dalam keadaan seperti ini tentu tidak mungkin ada seorang sahabat yang lalu berpuasa. Tradisi inilah yang menjadi latar belakang jawaban Yesus. Saat dimana Yesus (mempelai pria) bersama-sama dengan murid-muridNya (sahabat-sahabat mempelai pria) adalah saat bersukacita, bukan saat susah, sehingga tidak cocok untuk berpuasa. Penerapan: Saat bersama / dekat dengan Yesus adalah saat sukacita. Apakah saudara bersukacita kalau saudara dekat dengan Yesus? Atau ada hal-hal lain yang membuat saudara lebih bersukacita, seperti dapat uang / gangthao, bersama teman-teman, piknik, dsb. b) Yesus berkata bahwa pada saat mempelai pria ‘diambil dari mereka’, maka mereka akan berpuasa. Sukar untuk menafsirkan dengan pasti apa maksud ayat ini. Yesus Yesus Yesus Yesus Yesus ada tidak ada ada tidak ada ada? _______________________________________________________ M B N P Keterangan: M = saat Yesus mati. B = saat Yesus bangkit. N = saat Yesus naik ke surga. P = hari Pentakosta / turunnya Roh Kudus. Saat dimana Yesus ‘diambil dari mereka / murid-muridNya’ bisa menunjuk kepada: 1. Saat Yesus mati disalib. Ini adalah pandangan dari hampir semua penafsir. Ini berarti bahwa setelah kematian Yesus barulah murid-murid berpuasa. Tetapi problem dengan pandangan ini adalah: Kitab Suci tidak pernah menceritakan bahwa murid-murid Yesus berpuasa antara kematian dan kebangkitan Yesus! 2. Saat Yesus naik ke surga. Problem dengan pandangan ini adalah: saat Yesus naik ke surga, bukan merupakan saat dukacita bagi murid-murid Yesus. Padahal Mat 9:15 jelas menunjukkan bahwa itu adalah saat dukacita. Hal-hal lain yang menyebabkan bagian ini makin sukar ditafsirkan dengan pasti adalah:  Pada hari Pentakosta, Roh Kudus turun sehingga Yesus hadir / ada lagi bersama murid-muridNya. Tetapi bagaimanapun, ini bukanlah kehadiran jasmani, tetapi kehadiran secara rohani. Apakah kita harus menganggap Yesus ada atau tidak ada bersama murid-muridNya?  Puasa-puasa yang dilakukan dalam Kisah Rasul semua terjadi setelah Pentakosta. Tetapi dilakukan bukan karena dukacita tetapi biasanya berhubungan dengan pelayanan (Kis 13:2-3 Kis 14:23). Semua ini menyebabkan saya tidak bisa mengambil kesimpulan yang pasti tentang arti ayat ini. c) Puasa dilakukan pada saat sedih (Bdk ay 34 dengan Mark 2:19 dan Mat 9:15). Ay 34: ‘Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka?’. Mark 2:19 - ‘Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka?'. Mat 9:15 - ‘Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?’. Kata ‘berdukacita’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah PENTHEIN, yang artinya ’to mourn’ (= berkabung). Dari sini jelas bahwa Yesus mengatakan bahwa saat yang tepat untuk berpuasa adalah pada waktu kita sedih / berkabung. Jadi tidak sepatutnya kita berpuasa sekedar sebagai tradisi, tanpa tujuan / sebab apa-apa, atau sekedar melaksanakan kewajiban. Banyak gereja / orang kristen berpuasa pada Jum’at Agung dan sekitarnya. Apa alasannya?  sedih karena penderitaan dan kematian Kristus? Ini lucu, karena seharusnya kita bersukacita bukan sedih. Mengapa? Karena tanpa penderitaan dan kematian Kristus, kita tidak ada harapan.  untuk ikut merasakan penderitaan Kristus? Ini juga lucu, karena Kristus rela menderita supaya kita bebas dari penderitaan / hukuman. Kita bisa berpuasa pada saat kita merasa sedih karena ada dosa yang menyebabkan kita lalu tidak merasakan kehadiran Kristus dalam hidup kita. Tentu saja puasa pada saat seperti ini harus disertai dengan pertobatan dari dosa tersebut. d) Satu hal perlu ditekankan adalah: ay 34-35 tidak berarti bahwa setelah kematian Kristus, gereja harus berpuasa terus menerus. J. A. Alexander: "But this would be equivalent to saying that the Saviour’s exaltation would consign his people to perpetual sorrow. For he evidently speaks of grief and fasting as inseparable, and in Matthew’s narrative of his reply, the former term is substituted for the latter (Matt 9:15)" [= Tetapi ini sama dengan berkata bahwa pemuliaan Juruselamat itu akan menandai umatNya dengan kesedihan kekal / terus menerus. Karena Ia dengan jelas berbicara tentang kesedihan dan puasa sebagai 2 hal yang tak terpisahkan, dan dalam cerita Matius tentang jawabanNya, istilah yang pertama menggantikan istilah yang terakhir (Mat 9:15)]. Hendriksen menambahkan bahwa ay 35 jelas tidak berarti bahwa setelah kematian Yesus gereja harus berpuasa / bersedih terus menerus. Ini terlihat dari kata-kata Yesus dalam Yoh 16:16-22 (bacalah bagian ini!). 2) Ay 36-38: Ini adalah 2 perumpamaan: a) Kain yang belum susut akan menyusut kalau kena air, sehingga akan menyebabkan baju tua itu sobek lebih besar lagi. b) Anggur yang baru mengeluarkan gas. Kantong kulit yang baru masih mempunyai sifat lentur / elastis sehingga bisa menahan tekanan gas itu. Tetapi kantong kulit yang sudah tua, sudah kehilangan sifat lentur / elastisnya sehingga akan pecah bila diisi dengan anggur baru. Bagian ini adalah bagian yang sukar, sehingga muncul bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini: 1. Calvin: Baju / kantong tua mudah pecah / sobek. Ini menggambarkan kelemahan murid-murid Yesus. Kain yang belum susut / anggur baru menggambarkan disiplin yang terlalu keras. Jadi, artinya: belum waktunya menyuruh murid-murid yang lemah itu melakukan disiplin yang begitu keras seperti puasa. 2. William Barclay: Arti ay 36: kadang-kadang ‘menambal’ adalah suatu ketololan. Kita harus memulai dengan sesuatu yang baru. Arti ay 37-38: pikiran kita harus lentur / elastis, dalam arti kita harus mau menerima ide-ide baru. Keberatan saya: kelihatannya ay 36-38 merupakan 2 perumpamaan yang menunjuk pada satu arti yang sama. Yesus sering memberikan beberapa perumpamaan berturut-turut untuk menekankan suatu kebenaran tertentu. Contoh: Luk 15 memberikan 3 cerita berturut-turut yang mempunyai penekanan / arti / fokus yang sama. 3. William Hendriksen: Kain yang belum susut / anggur baru menunjuk pada keselamatan / kekayaan rohani dalam Kristus. Baju baru / kantong baru menunjuk pada rasa syukur dan sukacita. Inilah sikap yang tepat untuk menerima berkat-berkat rohani di dalam Kristus. 4. Anggur baru / kain yang belum susut menunjuk pada keselamatan karena iman. Baju / kantong tua menunjuk pada keselamatan karena perbuatan baik. 2 ajaran ini tidak cocok untuk digabungkan. 5. Kain yang belum susut / anggur baru menunjuk pada kekristenan. Baju / kantong tua menunjuk pada Yudaisme / agama Yahudi. Dua ajaran ini tidak bisa digabungkan. Yesus anti pada syncretisme (= penggabungan 2 agama atau lebih). 6. Kekristenan bukanlah Yudaisme yang ditambal-tambal. Harus buang sama sekali dan mulai dengan suatu yang baru. Saya paling condong pada arti ke 5. 3) Ay 39: Ayat ini tidak ada dalam Matius maupun Markus. a) Ini juga adalah ayat sukar yang mempunyai 2 macam penafsiran: 1. Anggur tua menunjuk pada ajaran Yesus, karena anggur tua tidak mempunyai kemegahan seperti anggur baru. Tetapi toh anggur tua lebih enak / lebih baik dari anggur baru (ajaran orang Farisi). Jadi, maksud Yesus dengan ay 39 ini ialah: murid-muridKu sudah mengecap ajaranKu yang lebih enak sehingga mereka pasti tidak akan mau kembali pada ajaran orang Farisi / Yudaisme (anggur baru). Keberatan: • ajaran orang Farisi ada lebih dulu dari ajaran Yesus, sehingga aneh kalau digambarkan dengan anggur baru. Jawab: perumpamaan ini hanya menunjukkan bahwa ajaran Yesus lebih baik dari ajaran orang Farisi, dan tidak mempersoalkan yang mana yang lebih baru atau lebih lama. • dalam ay 37-38, anggur baru menunjuk pada kekristenan / ajaran Yesus. Jawab: ay 37-38 dan ay 39 adalah 2 perumpamaan yang berbeda / terpisah. 2. Anggur tua menunjuk pada ajaran orang Farisi; anggur baru menunjuk pada ajaran Yesus. Ayat ini menyerang kekolotan orang Farisi yang tidak mau berubah / tidak mau menerima ajaran baru. Keberatan terhadap penafsiran ini: mengapa anggur tua yang lebih enak ditujukan pada ajaran orang Farisi? Bukankah ajaran Yesus yang lebih enak? Jawabnya: ini adalah suatu perumpamaan. Tujuannya hanya menyerang kekolotan orang Farisi tanpa mempersoalkan ajaran siapa yang lebih enak. Bandingkan dengan Luk 18:1-8 dimana Allah digambarkan sebagai hakim yang lalim. Saya condong pada penafsiran ini. Penerapan: Jangan bersikap kolot. Jangan terus berpegang pada apa yang dari dulu sudah ada dalam otak saudara. Saudara harus mau: o mengubah pikiran saudara dengan yang baru. o menambah pikiran saudara dengan yang baru. Tetapi tentu saja ada syaratnya, yaitu ajaran yang baru itu harus sesuai dengan Kitab Suci / berdasarkan Kitab Suci! Jadi kalau saudara menerima ajaran seperti Toronto Blessing, yang tidak ada dasar Kitab Sucinya (kecuali yang dipaksakan), maka itu bukan berpikiran terbuka, tetapi justru tolol! b) Hal lain yang bisa didapatkan dari ay 39 ini: ay 39 akhir: ‘baik’. NIV/KJV: ‘better’ (= lebih baik). NASB: ‘good enough’ (= cukup baik). RSV: ‘good’ (= baik). KJV/NIV bisa menterjemahkan ‘better’ (= lebih baik) karena menterjemahkan dari manuscript lain yang menggunakan kata Yunani CHRESTOTEROS. Tetapi ini bukanlah manuscript yang dianggap terbaik. Manuscript yang terbaik menggunakan kata Yunani: CHRESTOS, yang berarti ‘good’ (= baik), dan sama sekali tidak menunjukkan suatu perbandingan (A.T. Robertson). Ini menunjukkan bahwa orangnya sama sekali tidak membandingkan yang lama dan yang baru. Ia puas dengan yang lama dan menolak yang baru. Tyndale: "He is not even comparing them. He is so content with the old that he does not consider the new for a moment" (= Ia bahkan tidak membandingkan mereka. Ia begitu puas dengan yang lama sehingga ia tidak mempertimbangkan yang baru sedikitpun). Penerapan:  Banyak orang pada waktu diinjili berkata bahwa mereka sudah mempunyai agama. Mereka tidak mau membandingkan.  Banyak orang Kristen dari aliran tertentu, pada waktu mendengar aliran yang lain, juga bersikap seperti itu (tak mau membandingkan, tetap memegang yang lama).  Banyak orang kristen pada waktu diajak ke gereja lain / gereja baru, juga bersikap seperti itu. Mereka menganggap gerejanya yang lama baik, dan mereka sama sekali tidak mau mencoba yang baru / membandingkan dengan yang baru.  Banyak orang kristen pada waktu mendengar di gerejanya sendiri / dari pendetanya sendiri, suatu ajaran yang berbeda / bertentangan dengan konsep / pengertian mereka selama ini, juga bersikap kolot seperti ini. Ini adalah kekolotan yang menolak reformasi. Sekali percaya ini, ya percaya ini terus. Sekali agama ini, ya agama ini terus. Sekali gereja ini, ya gereja ini terus. Sekali aliran ini, ya aliran ini terus. Sekali punya konsep ini, ya konsep ini terus. Sikap ini menguntungkan, kalau dari semula saudara mendapatkan agama / ajaran / gereja / aliran yang benar. Tetapi, kalau dari semula saudara mendapatkan agama / ajaran / gereja / aliran yang sesat atau salah, maka sikap kolot semacam ini akan menyebabkan sekali sesat / salah saudara akan terus sesat / salah! Karena itu buanglah sifat kolot semacam ini, dan maulah direformasi oleh ajaran yang Alkitabiah. Pasal 8:26-39 I) Kasus kerasukan setan. 1) Tempat terjadinya kasus ini. Ay 26: “Lalu mendaratlah Yesus dan murid-muridNya di tanah orang Gerasa yang terletak di seberang Galilea”. Mat 8:28 - ‘Gadara’. Mark 5:1 - ‘Gerasa’. Ada 2 cara pengharmonisan: a) Ada yang mengatakan bahwa Gerasa terletak 12 mil sebelah tenggara Gadara dan mungkin peristiwa itu terjadi di antara dua tempat itu sehingga Matius menyebut Gadara dan Markus menyebut Gerasa. A. T. Robertson: “Dr. Thomson discovered by the lake the ruins of Khersa (Gerasa). This village is in the district of the city of Gadara some miles southeastward so that it can be called after Gerasa or Gadara” [= Dr. Thomson menemukan dekat danau reruntuhan dari Khersa (Gerasa). Desa ini ada di daerah kota Gadara beberapa mil di sebelah tenggaranya sehingga tempat itu bisa disebut Gerasa atau Gadara] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol I, hal 69. b) Pulpit Commentary mengatakan (Luke, hal 206) bahwa ada yang mengatakan ‘Gergesa’, dan ini berbeda dengan Gadara maupun Gerasa. Gadara dan Gerasa adalah kota yang lebih besar / penting, sedangkan Gergesa adalah tempat / kota yang sama sekali tidak penting. Pulpit Commentary lalu berkata bahwa mungkin di kota kecil itulah terjadi peristiwa ini, dan karena itu Markus dan Lukas tidak mau menggunakan nama kota kecil yang tidak dikenal itu, tetapi menggunakan kota yang lebih besar di dekatnya, yang lebih dikenal. Tetapi: • Leon Morris (Tyndale) mengatakan bahwa nama ‘Gergesa’ itu ‘diciptakan’ oleh Origen. • A. T. Robertson mengatakan bahwa Matius menggunakan ‘Gadara’; sedangkan Markus dan Lukas menggunakan ‘Gerasa’. Jadi, tidak ada ‘Gergesa’. 2) Jumlah orang yang kerasukan setan. Ay 27: “Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan”. Mark 5:2 juga mengatakan ‘seorang’. Bdk. Mat 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu”. Jadi, Matius mengatakan ‘dua orang’, tetapi Markus dan Lukas mengatakan ‘seorang’. Pengharmonisan: Perhatikan bahwa Markus dan Lukas tidak berkata ‘hanya seorang’. Mereka hanya menceritakan salah satu saja, mungkin karena orang itu lebih dikenal, dan / atau karena orang itu lebih parah keadaannya. Pulpit Commentary memberikan kemungkinan lain, yaitu karena hanya satu yang berdialog dengan Yesus, maka yang satu itulah yang diceritakan oleh Markus dan Lukas (hal 206). 3) Apa yang dilakukan Setan terhadap orang yang ia rasuk. a) Memberinya kekuatan yang luar biasa. Ay 29b: “Karena sering roh itu menyeret-nyeret dia, maka untuk menjaganya, ia dirantai dan dibelenggu, tetapi ia memutuskan segala pengikat itu ...”. Mark 5:3-4 - “(3) Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, (4) karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya”. Tentu tidak selalu terjadi seperti ini, tetapi bisa terjadi seperti ini. Setan memang bisa memberi kekuatan luar biasa / supranatural / gaib seperti ‘tenaga dalam’, ilmu kebal dan sebagainya. Calvin: “Naturally, he was not able to break the chains; and hence we infer that Satan is sometimes permitted to make extraordinary movements, the effect of which goes beyond our comprehension and beyond ordinary means” (= Secara wajar ia tidak bisa memutuskan rantai; dan karena itu kami menyimpulkan bahwa Setan kadang-kadang diijinkan untuk membuat gerakan-gerakan yang luar biasa, yang akibatnya melampaui pengertian kita dan melampaui cara-cara biasa) - hal 429-430. b) Menyiksanya secara fisik. Mark 5:5 - “Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu”. c) Menyiksanya secara batin. Ini dilakukan oleh setan, antara lain dengan membawanya ke tempat sunyi / kuburan / bukit-bukit. Ay 27b: “orang itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan”. Ay 29c: “ia dihalau oleh setan itu ke tempat-tempat yang sunyi”. Mark 5:5 - “Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu”. Calvin: “As to the opinion that the man dwelt among the graves, either because devils are delighted with the stench of dead bodies, or gratified by the smell of oblations, or because they watch over souls which are desirous to approach their bodies; it is an idle, and, indeed, a foolish conjecture. On the contrary, this wretched man was kept among the graves by an unclean spirit, that he might have an opportunity of terrifying him continually with the mournful spectacle of death, as if he were cut off from the society of men, and already dwelt among the dead. We learn from this also, that the devil does not only torment men in the present life, but pursues them even to death, and that in death his dominion over them is chiefly exercised” (= Berkenaan dengan pandangan bahwa orang itu tinggal di pekuburan, karena setan senang dengan bau busuk dari mayat, atau dipuaskan oleh bau persembahan / korban, atau karena mereka menjaga jiwa-jiwa yang ingin untuk mendekati tubuh-tubuh mereka; itu merupakan omong kosong, dan bahkan merupakan suatu dugaan yang bodoh. Sebaliknya, orang yang malang ini dijaga untuk tetap berada di pekuburan oleh roh jahat, supaya ia mempunyai kesempatan untuk menakut-nakutinya terus-menerus dengan pandangan kematian yang menyedihkan, seakan-akan ia dipotong dari masyarakat dan sudah tinggal bersama dengan orang mati. Dari hal ini kita juga belajar bahwa setan tidak hanya menyiksa manusia dalam hidup ini, tetapi mengejar mereka bahkan sampai pada kematian, dan bahwa dalam kematian penguasaannya atas mereka secara terutama dijalankan) - hal 429. Catatan: kata-kata terakhir dari kutipan ini tidak berarti bahwa Calvin mempercayai bahwa setan bisa menyiksa manusia setelah kematian, tetapi hanya bahwa begitu mati, setan mendapatkan kemenangan mutlak atas orang itu. Calvin: “It was indeed a sad and shocking exhibition, but may serve to remind us how wretched and alarming it is to be placed under the tyranny of Satan, and also that bodily agony, however violent or cruel, is not more to be dreaded than distress of mind” (= Itu memang merupakan pertunjukan yang menyedihkan dan mengejutkan, tetapi bisa berfungsi untuk mengingatkan kita betapa menyedihkan / buruk dan menakutkan untuk ditempatkan di bawah kekejaman Setan, dan juga bahwa penderitaan jasmani, bagaimanapun berat atau kejamnya, tidak boleh lebih ditakuti dari pada penderitaan pikiran) - hal 430. 4) Dari semua detail-detail dalam cerita ini terlihat dengan jelas bahwa ini memang merupakan kasus kerasukan setan. Tetapi bandingkan dengan komentar William Barclay tentang cerita ini. Barclay: “This man was a case of violent insanity. ... When Jesus asked the man his name, he answered, ‘Legion.’ ... Doubtless this man had seen a Roman legion on the march, and his poor, afflicted mind felt that there was not one demon but a whole regiment inside him. It may well be that the word haunted him because he had seen atrocities carried out by a Roman legion when he was a child. It was possible that it was the sight of such atrocities which left a scar upon his mind and ultimately sent him mad. ... He would never have believed that he was cured unless he had visible demonstration. Nothing less than the visible departure of the demons would have convinced him. Surely what happened was this. The herd of swine was feeding there on the mountain side. Jesus was exerting his power to cure what was a very stubborn case. Suddenly the man’s wild shouts and screams disturbed the swine and they went dashing down the steep place into the sea in blind terror. ‘Look!’ said Jesus, ‘Look! Your demons are gone!’ Jesus had to find a way to get into the mind of this poor man; and in that way he found it” (= Orang ini merupakan suatu kasus kegilaan yang hebat. ... Pada waktu Yesus menanyakan orang ini namanya, ia menjawab: ‘Legion’. ... Tidak diragukan bahwa orang ini pernah melihat suatu Legion Romawi sedang berbaris / bergerak, dan pikirannya yang malang dan tersiksa / menderita itu merasa bahwa di dalam dirinya bukan ada satu setan tetapi seluruh resimen. Mungkin juga bahwa kata itu menghantui dia karena ia pernah melihat kekejaman yang dilakukan oleh legion Romawi pada waktu ia adalah seorang anak kecil. Adalah mungkin bahwa pemandangan terhadap kekejaman seperti itu meninggalkan bekas luka pada pikirannya dan akhirnya membuat ia menjadi gila. ... Ia tidak pernah akan mempercayai bahwa ia telah disembuhkan kecuali ia mendapatkan pertunjukkan yang bisa dilihat. Tidak kurang dari tindakan meninggalkan yang bisa dilihat dari setan-setan itu bisa meyakinkan dia. Pasti yang terjadi adalah ini. Kumpulan babi itu sedang makan pada lereng gunung. Yesus sedang mengerahkan kekuatanNya untuk menyembuhkan apa yang merupakan kasus yang sangat sukar untuk disembuhkan. Tiba-tiba teriakan dan jeritan yang liar dari orang itu mengganggu / mengejutkan babi-babi itu dan mereka lari menuruni tempat yang curam itu ke dalam laut / danau dalam ketakutan yang buta. ‘Lihat!’, kata Yesus, ‘Lihat! Setan-setanmu telah pergi / hilang!’. Yesus harus menemukan suatu cara untuk masuk ke dalam pikiran dari orang yang malang ini; dan dengan cara itu Ia menemukannya) - hal 107,108. Kalau kata-kata Barclay benar, maka Yesusnya berdusta, karena sebetulnya tidak ada setan, tetapi Ia mengatakan ‘Setan-setanmu telah pergi / hilang’. Dan entah bagaimana Barclay menjelaskan pembicaraan antara Yesus dengan setan-setan itu. A. T. Robertson: “Some hold that it is merely the ancient way of describing disease. But that does not explain the situation here. Jesus is represented as treating the demons as real existences separate from the human personality” (= Sebagian orang percaya bahwa ini sekedar merupakan cara kuno untuk menggambarkan penyakit. Tetapi itu tidak menjelaskan situasi di sini. Yesus digambarkan sebagai memperlakukan setan-setan sebagai keberadaan-keberadaan nyata yang terpisah dari kepribadian manusia) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol I, hal 69. II) Pengusiran setan oleh Yesus. 1) Orang yang kerasukan itu mendatangi Yesus. Ay 27a: “Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan ...”. Mengapa setan-setan itu membawa orang itu untuk mendatangi Yesus? Calvin: “They did not come of their own accord into the presence of Christ, but were drawn by a secret exercise of his authority. ... a superior power compels them to appear reluctantly at the tribunal of their judge. Hence we infer, that the whole of Satan’s kingdom is subject to the authority” (= Mereka tidak datang ke hadapan Kristus dari persetujuan mereka sendiri, tetapi ditarik oleh penggunaan otoritasNya yang bersifat rahasia. ... suatu kuasa yang lebih besar memaksa mereka untuk menghadap dengan segan pada pengadilan dari hakim mereka. Karena itu kami menyimpulkan bahwa seluruh kerajaan Setan tunduk kepada otoritasNya) - hal 430. Norval Geldenhuis mengatakan bahwa mungkin orang itu ingin menyerang Yesus dan murid-muridNya, tetapi begitu bertemu dengan Yesus, Yesus mengusir setan-setan itu, dan karena itu orang itu lalu tersungkur / menyembah Yesus. Saya lebih condong kepada penafsiran Geldenhuis dari pada penafsiran Calvin. 2) Orang yang kerasukan setan itu menyembah Yesus. Ay 28a: “Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya”. Mark 5:6 - “Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkanNya lalu menyembahNya”. Mengapa orang itu menyembah Yesus? William Hendriksen: “This ‘homage,’ however, is an act of fear rather than humble reverence” (= Tetapi, ‘penghormatan / penyembahan’ ini merupakan tindakan dari ketakutan dari pada rasa hormat yang rendah hati) 3) Yesus menyuruh setan-setan itu keluar dari orang itu. Ay 28-29a: “(28) Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.’ (29) Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu”. 4) Jawaban / tanggapan setan. Ay 28: “Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.’. Bdk. Mat 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”. Mark 5:7 - “dan dengan keras ia berteriak: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!’”. a) ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi?’. A. T. Robertson: “They know that there is nothing in common between them and the Son of God” (= Mereka tahu bahwa tidak ada persamaan antara mereka dengan Anak Allah) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol I, hal 70. Bandingkan dengan kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa. Dalam majalah Menara Pengawal, tg 15 Agustus 2002, hal 11, dikatakan: “Ketika Yesus merasa lelah dan lapar, Setan berupaya menggodanya. Betapa berbedanya kedua putra Allah ini!”. Jadi, mereka menyebut setan sebagai ‘putra Allah’. Waktu saya tanyakan mengapa setan disebut ‘putra Allah’, mereka menjawab: ‘Karena ia diciptakan sebagai malaikat’. Kalau demikian, mengapa setan-setan ini tidak berkata: ‘Hai ko de!’? b) ‘Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa aku.’. Calvin: “As criminals, when they come to the judgment-seat, expect their punishment, so devils and all wicked men must tremble at the sight of God, as truly as if they already experienced hell, the unquenchable fire, and the torments that await them. Now, the devils knew that Christ was the Judge of the world; and therefore we need not wonder that the sight of him impressed them with dread of immediate torment” (= Seperti kriminal-kriminal mengharapkan hukuman mereka pada waktu mereka datang pada kursi penghakiman, demikianlah setan-setan dan semua orang jahat pasti gemetar pada saat melihat Allah, sama benarnya seperti jika mereka sudah mengalami neraka, api yang tak terpadamkan, dan siksaan-siksaan yang menanti mereka. Setan tahu bahwa Kristus adalah Hakim dari dunia ini; dan karena itu kita tidak perlu heran bahwa penglihatan tentang Dia memberikan kesan kepada mereka dengan rasa takut terhadap siksaan langsung) - hal 431-432. c) Kata-kata ‘sebelum waktunya’ dalam Mat 8:29 menunjukkan bahwa penyiksaan itu ada dan waktunya sudah ditetapkan. Bdk. Kis 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”. Memang Kis 17:31 membicarakan penghakiman, tetapi pada penghakiman itu juga setan (dan semua orang berdosa yang tidak percaya kepada Yesus) akan dihukum dan dibuang ke neraka. Bandingkan dengan: • Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”. • Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”. Setan tahu akan hal ini, dan dari kata-kata mereka jelas terlihat bahwa mereka sangat takut akan hal itu. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Saksi-Saksi Yehuwa, yang tidak mempercayai adanya neraka. Kalau neraka memang tidak ada, apa yang menyebabkan setan-setan itu begitu takut? Perhatikan juga bahwa baik ay 28, Mat 8:29, Mark 5:7 menggunakan kata ‘siksa’ / ‘menyiksa’, bukan ‘memusnahkan’. d) Calvin mengatakan bahwa kata-kata setan ini menunjukkan keinginan untuk menunda penghukuman tetapi ini tidak ada gunanya. Calvin: “the reprobate never reckon that ‘the time’ for punishing them is fully come: for they would willingly delay it from day to day. Any measure of delay, which the Lord is pleased to allow them, is counted gain; and thus by subterfuges they endeavour to avoid his sentence, though attempt is to no purpose” (= orang-orang yang ditentukan untuk binasa tidak pernah menganggap bahwa ‘waktu’ untuk menghukum mereka sudah datang: karena mereka ingin menundanya dari hari ke hari. Setiap penundaan, yang Tuhan berkenan untuk ijinkan, dianggap sebagai suatu keuntungan; dan demikikanlah dengan dalih-dalih / alasan-alasan mereka berusaha untuk menghindari hukumanNya, sekalipun usaha ini tidak ada gunanya) - hal 432. 5) Pembicaraan selanjutnya antara Yesus dan setan. a) Ay 30: “Dan Yesus bertanya kepadanya: ‘Siapakah namamu?’ Jawabnya: ‘Legion,’ karena ia kerasukan banyak setan”. Calvin: “Legion denotes here not a definite number of men, but merely a great multitude. Hence it is evident what a wretched creature man is, when he is deprived of the divine protection. Every man is not only exposed to a single devil, but becomes the retreat of vast numbers” (= Di sini ‘Legion’ tidak menunjuk kepada suatu jumlah orang yang tertentu, tetapi hanya suatu kumpulan yang banyak. Karena itu nyatalah betapa malangnya manusia pada waktu ia tidak mendapatkan perlindungan ilahi. Setiap orang bukan hanya terbuka terhadap satu setan, tetapi menjadi tempat persembunyian dari sejumlah besar setan) - hal 432. b) Ay 31: “Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut”. Mark 5:10 - “Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu”. Mungkin yang dimaksudkan ‘daerah itu’ adalah ‘bumi’, sehingga diusir dari daerah itu berarti mereka dibuang ke dalam ‘jurang maut’ (bdk. Wah 9:1,2,11), dan ini oleh banyak orang diartikan sebagai neraka. c) Ay 32: “Adalah di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka”. Markus mengatakan jumlah babi adalah 2000, dan kalau 1 ekor babi harganya Rp 1 juta, maka semuanya ini harganya Rp 2 Milyar. Calvin yakin bahwa setan-setan itu ingin melakukan ini supaya pemilik babi marah kepada Allah / Yesus karena penyembuhan orang tersebut. Kristus mengijinkan, untuk menguji orang-orang di sana / pemilik babi, atau untuk menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Ingat bahwa babi adalah binatang haram berdasarkan hukum Musa. Kalau ini benar, ini menunjukkan sikap Yesus terhadap orang yang mau / berani melanggar hukum Tuhan demi uang. Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus mengijinkan setan-setan itu masuk ke dalam babi-babi itu supaya orang yang dirasuk setan itu bisa melihat bahwa setan-setan itu memang sudah keluar dari dirinya. Ini mempunyai manfaat psikologis baginya. Sekalipun kita tidak bisa memastikan alasan Yesus untuk mengijinkan, tetapi kita tahu bahwa Ia pasti mempunyai alasan untuk mengijinkan hal itu. Akibat dari ijin yang diberikan itu, terjadilah ay 33: “Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas”. William Hendriksen: “without this permission the demons would not have been able to carry out their plan. ... everything, even in the realm of demons, is completely under Christ’s control” (= tanpa ijin ini setan-setan tidak akan bisa melaksanakan rencana mereka. ... segala sesuatu, bahkan dalam alam setan, sepenuhnya ada di bawah kontrol dari Kristus) - hal 447. 6) Orang yang kerasukan itu sembuh. Ay 35b: “.. orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras”. Calvin: “Though we are not tortured by the devil, yet he holds us as his slaves, till the Son of God delivers us from his tyranny. Naked, torn, and disfigured, we wander about, till he restores us to soundness of mind” (= Sekalipun kita tidak disiksa oleh setan, tetapi ia memegang kita sebagai budaknya, sampai Anak Allah membebaskan kita dari kekejamannya. Telanjang, compang-camping, dan jelek, kita mengembara, sampai Ia memulihkan kita kepada pikiran yang sehat) - hal 436. III) Reaksi terhadap tindakan Yesus. 1) Reaksi orang-orang Gadara / Gerasa. Ay 34-37: “(34) Setelah penjaga-penjaga babi itu melihat apa yang telah terjadi, mereka lari lalu menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. (35) Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. (36) Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu memberitahukan kepada mereka, bagaimana orang yang dirasuk setan itu telah diselamatkan. (37) Lalu seluruh penduduk daerah Gerasa meminta kepada Yesus, supaya Ia meninggalkan mereka, sebab mereka sangat ketakutan. Maka naiklah Ia ke dalam perahu, lalu berlayar kembali”. a) Mereka sedikitpun tidak peduli terhadap kesembuhan orang yang dirasuk setan itu. William Hendriksen: “Note that they show no interest whatever in the restoration of the demoniac” (= Perhatikan bahwa mereka tidak menunjukkan perhatian / kepedulian apapun terhadap pemulihan dari orang yang kerasukan setan itu) - hal 449. Penerapan: Jaman sekarang juga ada banyak orang kristen yang tidak peduli apakah seseorang bertobat atau tidak. b) Mereka meminta Yesus meninggalkan daerah mereka (ay 37). 1. Sebetulnya ada alasan-alasan yang menyebabkan mereka tidak mengusir Yesus. • dari kata-kata ‘maka takutlah mereka’ (ay 35b) dan kata ‘meminta’ (ay 37), dan ‘sangat ketakutan’ (ay 37) menunjukkan bahwa mereka yakin bahwa Yesus memang adalah hamba Tuhan / nabi! • Kesembuhan orang yang dirasuk setan itu sebetulnya menguntungkan mereka karena mereka bebas dari ketakutan yang selama ini ada pada mereka terhadap orang yang kerasukan setan itu. Leon Morris (Tyndale) mengutip kata-kata Farrar: “the freeing of the neighbourhood from the peril and terror of this wild maniac was a greater benefit to the whole city than the loss of this herd” (= pembebasan lingkungan itu dari bahaya dan rasa takut dari orang gila yang liar ini merupakan keuntungan yang lebih besar bagi seluruh kota dari pada kehilangan / kerugian babi-babi ini) - hal 156. Bdk. Mat 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu”. 2. Tetapi toh seluruh penduduk meminta Yesus untuk pergi (ay 37a). • Ini jelas disebabkan karena kerugian babi-babi yang mereka alami. • Mengapa seluruh penduduk itu meminta Yesus meninggalkan mereka? Mungkin karena mereka semua memelihara babi. • Ini jelas menunjukkan bahwa mereka lebih mementingkan harta / babi mereka dari pada kesembuhan / keselamatan orang yang dirasuk itu, maupun dari pada keselamatan mereka sendiri. Norval Geldenhuys (NICNT): “it is clear that they attached far more value to their earthly possession than to the salvation of the possessed man and their own salvation as well” (= adalah jelas bahwa mereka memberikan nilai yang jauh lebih besar pada milik / harta duniawi mereka dari pada kepada keselamatan dari orang-orang yang kerasukan itu dan juga pada keselamatan mereka sendiri) - hal 256. Calvin: “Thus at the present day, so long as men believe that the kingdom of God is opposed to their interest, ... they are prepossessed by a depraved and carnal fear, and have no relish for his grace” (= Demikianlah pada masa ini, selama manusia percaya bahwa kerajaan Allah bertentangan dengan kepentingan mereka, ... mereka sudah dikuasai oleh rasa takut yang bejad dan bersifat daging, dan tidak mempunyai kesukaan untuk kasih karuniaNya) - hal 435. Calvin: “It is a mark of shameful insensibility in those men, that the loss of their swine gives them more alarm than the salvation of their soul would give them joy” (= Merupakan suatu tanda ketidak-berperasaan yang memalukan dalam orang-orang ini, bahwa kehilangan babi-babi mereka memberikan mereka rasa takut yang lebih besar dari pada keselamatan jiwa mereka memberikan mereka sukacita) - hal 435. Pulpit Commentary: “They felt they could not keep both the Saviour and their swine, and of the two they preferred their swine” (= Mereka merasa bahwa mereka tidak bisa memegang sang Juruselamat dan babi mereka, dan dari kedua hal itu mereka lebih memilih babi mereka) - hal 208. Ini tidak berbeda dengan pemuda kaya dalam Mat 19:21-22 - “(21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya”. J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya yang berjudul Awake My Heart, tgl 1 Maret, memberikan suatu cerita sebagai berikut: “There was a young man in Lancashire who used to be anxious about salvation as he heard the preachers in the local church. He had determined, however, that when he grew up he would somehow become owner of a cotton mill; and not even salvation must interfere with that. For years he worked inordinately, until, in his forties, he owned a big mill and much money. Then he became ill and lay dying. He died frantically muttering, ‘Over there ... Jesus ... saying something ... but ... I cannot hear for the noise of the mill’” (= Ada seorang muda di Lancashire yang menguatirkan keselamatannya pada saat ia mendengar pengkhotbah-pengkhotbah di gereja lokal. Tetapi ia telah memutuskan bahwa kalau ia dewasa ia akan menjadi pemilik dari pemintalan kapas; dan bahkan keselamatan tidak boleh mencampuri hal itu. Selama bertahun-tahun ia bekerja bukan main banyaknya, sampai pada usia empatpuluhan ia memiliki pemintalan kapas yang besar dan banyak uang. Lalu ia jatuh sakit dan terbaring dalam keadaan sekarat. Ia mati dengan sangat ketakutan sambil berkomat-kamit: ‘Di sana ... Yesus ... berkata sesuatu ... tetapi ... saya tidak bisa mendengarnya karena suara bising pemintalan kapas’). J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh tahunannya ‘Awake My Heart’, tgl 9 Maret memberikan puisi sebagai berikut: “Rabbi, begone! Thy powers Bring loss to us and ours. Our ways are not as Thine. Thou lovest men, we, swine. Oh, get you hence, Omnipotence, And take this fool of Thine! His soul? What care we for his soul? What good to us that Thou hast made him whole, Since we have lost our swine? And Christ went sadly, He had wrought for them a sign Of love, and hope, and tenderness divine; They wanted - swine! Christ stands without our door and gently knocks; But if our gold, or swine, the entrance blocks, He forces no man’s hold - He will depart, And leaves us to the meanness of our heart” (= Rabi / Guru, enyahlah! KuasaMu Membawa kerugian / kehilangan kepada kami dan milik kami Jalan kami tidaklah seperti jalanMu Engkau mengasihi manusia, kami mengasihi babi. O, pergilah dari sini, Yang mahakuasa. Dan bawalah orang tolol milikMu ini! Jiwanya? Apa peduli kami tentang jiwanya? Apa untungnya bagi kami bahwa Engkau telah membuatnya utuh, Karena kami telah kehilangan babi kami? Dan Kristus pergi dengan sedih, Ia telah membuat tanda untuk mereka Tentang kasih, dan pengharapan, dan kelembutan ilahi; Mereka menginginkan - babi! Kristus berdiri di luar pintu kita dan mengetuk dengan lembut; Tetapi jika emas kita, atau babi, menutup jalan masuk, Ia tidak memaksa penolakan manusia - Ia akan pergi, Dan meninggalkan kita pada kepicikan / kejahatan hati kita). Pulpit Commentary: “Are there not many whose secret heart protests, ‘Let us alone, Lord God! Let us make money as best we can; eat, drink, and enjoy ourselves. Away with the spiritual - with Church, with God! Give us our swine, and let heaven go!’” (= Bukankah banyak orang yang hatinya memprotes secara diam-diam: ‘Biarkan kami sendiri, Tuhan Allah! Biarkan kami mencari uang sebaik kami bisa; makan, minum, dan menikmati diri kami sendiri. Enyah dengan hal-hal rohani - dengan Gereja, dengan Allah! Berikanlah kami babi kami, dan biarlah surga enyah!’) - hal 215. c) Yesus meninggalkan tempat itu (ay 37b). Pulpit Commentary: “The chance, as far as the Gadarene district was concerned, was gone for ever. Jesus probably returned thither no more. Within forty years this district was the scene of one of the terrible calamities of the great Roman war. The sack of Gadara, and the desolation and ruin which was the hapless lot of this once wealthy but evil-livingly district, is one of the many melancholy chapters of the hopeless Jewish revolt ... A modern traveller, Dr. Thomson, remarks, singularly enough, that the old district of Gadara at the present day is infested with wild, fierce hogs: ‘Everywhere,’ he writes, ‘the land is ploughed up by wild hogs in search of roots on which they live’” (= Kesempatan bagi daerah Gadara hilang selama-lamanya. Mungkin Yesus tidak pernah kembali ke sana lagi. Dalam 40 tahun daerah ini merupakan pemandangan dari salah satu bencana-bencana yang hebat dari perang Romawi yang besar. Penjarahan Gadara, dan perusakan dan reruntuhan yang merupakan nasib sial dari daerah yang dulunya kaya tetapi hidup secara berdosa ini, merupakan satu dari banyak babak yang menyedihkan dari pemberontakan Yahudi yang tidak ada harapan ... Seorang pelancong modern, Dr. Thomson, mengatakan secara cukup luar biasa bahwa daerah kuno Gadara pada saat ini ditempati dengan babi-babi yang liar dan garang: ‘Di mana-mana’ tulisnya, ‘tanah itu dibajak oleh babi-babi liar yang mencari akar-akar dengan mana mereka hidup’) - hal 208. 2) Reaksi orang yang telah disembuhkan itu. a) Ia ingin menyertai Yesus. Ay 38a: “Dan orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu meminta supaya ia diperkenankan menyertaiNya”. b) Yesus melarangnya dan menyuruhnya melakukan hal yang lain. Ay 38b-39: “(38b) Tetapi Yesus menyuruh dia pergi, kataNya: (39) ‘Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.’ Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya”. 1. Setiap orang mempunyai panggilan dari Tuhan yang berbeda. Maria Magdalena juga dilepaskan dari setan tetapi ia diijinkan mengikuti Yesus secara jasmani (Luk 8:1-2), tetapi orang ini disuruh tinggal untuk memberitakan Injil! Marta disalahkan karena melayani sehingga tidak bersekutu dengan Dia (Luk 10:38-42), tetapi orang ini disuruh melayani sehingga tidak bisa bersama Dia secara jasmani. 2. Bahwa ‘doa’ orang ini ditolak (ay 38), sedangkan ‘doa’ setan dikabulkan (ay 32b), dan demikian juga ‘doa’ dari seluruh penduduk Gadara / Gerasa (ay 37b), bukanlah bukti bahwa Yesus lebih mengasihi setan dan orang-orang yang mengusirNya itu. 3. Yesus menyuruh orang itu memberitakan apa yang telah ia alami dan orang itu melakukannya. a. Bagian ini menunjukkan keilahian Yesus. • Mark 5:19 - “Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: ‘Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!’”. • Luk 8:39 - “‘Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.’”. Apa yang Yesus perintahkan itu sesuai dengan Maz 66:16 - “Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukanNya terhadap diriku”. Tetapi apa yang lalu terjadi? • Mark 5:20 - “Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran”. • Luk 8:39b - “Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya.” Jelas bahwa Yesus dianggap sebagai ‘Tuhan’ (TDB: ‘Yehuwa’) dan ‘Allah’. Pulpit Commentary: “It is noteworthy how the Master referred the great act of deliverance to God. But to the restored, Jesus was at once his Deliverer and his God” (= Patut diperhatikan bagaimana sang Tuhan / Guru mengarahkan tindakan pembebasan yang besar kepada Allah. Tetapi bagi orang yang dipulihkan itu, Yesus adalah sekaligus Pembebasnya dan Allahnya) - hal 209. Leon Morris (Tyndale): “Luke will want us to catch the allusion that what Jesus had done God had done” (= Lukas menghendaki kita menangkap penunjukkan tidak langsung bahwa apa yang Yesus lakukan, Allah telah lakukan) - hal 157. b. Mengapa di sini orang itu boleh memberitakan apa yang Yesus lakukan, sedangkan dalam banyak kasus lain tidak boleh? Mungkin karena daerah ini adalah daerah non Yahudi, dan karena itu tidak ada problem dengan pemberitaan itu. Tetapi di daerah orang-orang Yahudi, bisa menjadi problem. c. Orang itu memberitakan ‘Injil’! Orang yang betul-betul merasakan berkat dari Tuhan / kasih dari Tuhan, pasti akan memberitakan Injil! Calvin: “in magnifying his grace, we testify our gratitude” (= Dalam membesarkan kasih karuniaNya, kita menyaksikan rasa terima kasih kita) - hal 436. C. H. Spurgeon: “If you can tell such a story, do not keep it to yourself. If Jesus has done great things for thee, be ever ready to speak of it, till all men shall know what Christ can do. ... If you have been valiant against the truth, be valiant for the truth. If you were not lukewarm when you served Satan, be not lukewarm now that you have come to serve Christ” (= Jika engkau bisa menceritakan cerita seperti itu, jangan menyimpannya bagi dirimu sendiri. Jika Yesus telah melakukan hal-hal yang besar untukmu, siaplah selalu untuk membicarakannya, sampai semua orang mengetahui apa yang Kristus bisa lakukan. ... Jika engkau pernah berani menentang kebenaran, beranilah untuk kebenaran. Jika dulu engkau tidak suam-suam kuku pada waktu engkau melayani Setan, janganlah sekarang suam-suam kuku pada waktu engkau telah datang untuk melayani Kristus) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 275-276. Penerapan: Saudara mungkin tidak pernah dilepaskan dari kerasukan seperti dalam cerita ini, tetapi kalau saudara betul-betul sudah diselamatkan, dan tahu bahwa tadinya saudara menuju ke neraka dan sekarang menuju ke surga, maka seharusnya saudara juga merasakan betapa besar kasih Tuhan kepada saudara, dan seharusnya saudara juga memberitakan kasih Tuhan! Penutup. Norval Geldenhuys (NICNT): “it is heartening to be brought by this story to a fresh realisation that Christ Jesus is the Conqueror of all evil spirits. ... where God still permits them to make assaults upon the faithful, this is only to test and refine us, and He never gives them free play. Ere long an end will be put for ever to their activities, when He comes in power and glory to establish His everlasting and heavenly kingdom upon the new earth” (= merupakan sesuatu yang membesarkan hati untuk dibawa oleh cerita ini kepada suatu kesadaran yang segar bahwa Kristus Yesus adalah sang Penakluk dari semua roh-roh jahat. ... dimana Allah mengijinkan mereka untuk menyerang orang-orang yang setia, ini hanya untuk menguji dan memurnikan kita, dan Ia tidak pernah memberi mereka kebebasan. Tidak lama lagi aktivitas mereka akan diakhiri, pada waktu Ia datang dalam kuasa dan kemuliaan untuk meegakkan kerajaanNya yang kekal dan surgawi di atas bumi yang baru) Pasal 9:1-50. Penyelesaian Pelayanan di Galilea. Pasal 9:51-19:27. Pelayanan di Yudea dan Perea 12:49. Arti melemparkan api ? bagi mereka yang memandang Yesus sebagai Mesias, seseorang yang diurapi oleh Allah, maka kata-kata ini akan merupakan kejutan yang membawa kemurungan. Mereka memandang Mesias itu sebagai penakluk dan zaman mesianis sebagai zaman keemasan penghakiman. Dengan demikian Yesus memandang kedatanganNya sebagai saat penghakiman. Orang-orang Yahudi dengan teguh percaya bahwa Allah akan menghakimi bangsa-bangsa lain Ayat 50, bunyinya: Aku harus menerima baptisan. Dalam bahasa Yunani kata kerja baptizein berarti menyelam. Dalam bentuk pasifnya diselamkan. Seringkali kata ini dipakai secara kiasan, misalnya: a. Untuk sebuah kapal yang menyelam diantara gelombang-gelombang. b. Untuk orang yang tenggelam dalam minuman dank arena itu menjadi peminum c. Untuk seorang sarjana yang tenggelam oleh pertanyaan-pertanyaan ujian d. Untuk orang yang tenggelam dalam pengalaman yang dahsyat dan mengerikan-lalu orang itu akan berkata, “segala gelombang dan ombak menindi aku.” Itulah yang dikatan Yesus, bahwa Ia mempunyai pengalaman yang dahsyats 19:28-24:29. Pelayanan di Yerusalem. Hal ini menerangkan kesengsaraan dan kemenangan. 24:50-53. Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga Kesimpulan Dalam injil Lukas telah membuktikan secara histories bahwa kabar kesukaan yaitu Injil, memang merupakan fakta yang dapat dipercaya. Telah terbukti bahwa Kristus benar Juru selamat. Hidup-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya membuktikannya. Jelas bahwa kekristenan bukanlah kelangsungan dari agama Yahudi. Memang benar kekristena lahir di bumi agama Yahudi. Akan tetapi misi yang sebenarnya sangat berbeda. Kenyataan bahwa para pemimpin Yahudi membenci dan akhirnya membunuh. Dan akhirnya, Lukas melihat dengan jelas bahwa kenaikan Yesus ke Sorga hanyalah suatua pemulaan. Penyampaian injil kepada orang kafir baru dimulai. Realisasi penuh dari misi ini akan mencapai puncaknya yang nyata pada masa-masa yang mengikutinya, yaitu pada masa yang diutarakan oleh kitab Kisah Para Rasul. Itulah sebabnya Injil Lukas tidak dapat dipisahkan dengan Kisah Para Rasul. KISAH PARA RASUL Kitab ini mulai dimana Injil Lukas (cerita yg terdahulu mengenai Kis. 1:1) berakhir, dengan penampilan Yesus sesudah kebangkitan-Nya, dan dilanjutkan dengan mencatat kenaikan-Nya, datangnya Roh Kudus, serta berkembangnya gereja Yerusalem (1-5). Kemudian kitab ini, menguraikan tentang berseraknya orang Yahudi yang berbahasa Yunani sesudah penghukuman mati atas pemimpin mereka Stefanus, pengabaran Injil ke daerah-daerah sejauh Antiokhia di utara dan permulaan penginjilan terhadap non Yahudi di kota itu. Dalam hubungan dengan cerita ini, disampaikan berita pertobatan Paulus dan pengabaran injil yang dilakaukan Petrus di lapangan Saron yang titik puncaknya pertobatan keluarga non Yahudi yang pertama di Kaisarea. Judul kitab yang kelima dalam Injil ini adalah Kisah Para Rasul, karena mencatat tentang kisah/ sejarah pelayanan Rasul-rasul. Dalam bahasa Yunani Praxis atau acts sering juga disebut lebih lengkap the Acts of the Apostles diterjemahkan kisah para rasul. Lukas mewawancarai Rasul-rasul seperti : Petrus, Yohanes, dan lain-lain yang adalah saksi kunci di Yerusalem. Kis. 1-12, mencatat kisah pelayanan Petrus. Sedangkan, pasal 13-28, Lukas mencatat dan menempatkan diri sebagai saksi mata, oleh karena Paulus telah menjadi teman seperjalanan yang dekat. Disamping wawancara dan saksi mata tersebut, sebagai seorang ahli Lukas, juga mempergunakan dokumen-dokumen tulisan penting sebagaimana tercantum dalam Kis. 15:23-29 dan 23:26-30. Asal dan Tujuan Injil Lukas disebut tulisan Lukas yang pertama dialamatkan pada Theofilus (Luk. 1:1), sedangkan Kisah Para Rasul adalah tulisan yang kedua, yang juga dialamatkan kepada Theofilus (Kis. 1:1). Karena itu, jelas bagi kita bahwa secara: 1. Historis : Kisah Para Rasul dialamatkan kepada seorang pejabat yang berlatar belakang non Yahudi 2. Aplikatis : Kisah Para Rasul dialamatkan pada semua orang yang dipimpin oleh Theofilus dan semua orang yang berkondisi seperti Theofilus atau non Yahudi/kafir, agar beroleh keselamatan. Theofilus mewakili orang-orang yang diperintahkan dan orang-orang yang tidak atau yang belum percaya pada Kristus. Seluruh karya dikerjakan agar seorang Teofilus, dapat memperoleh laporan yang teratur dan dapat dipercaya mengenai perkembangnya agama Kristen walaupun ia sudah memiliki beberapa informasi mengenai ke Antiokhia dan dari sana ke Roma. Tanggal Penulisan Tanggalnya tidak dinyatakan dengan tepat; Kis memang tidak ditulis lebih dulu daripada peristiwa-peristiwa terakhir yang dicatatnya, yakni penahanan Paulus selama 2 tahundi Roma (Kis. 28:30), yang mungkin meliputi tahun 60 M, tapi berapa tahun sesudah itu Kis ditulis. Dugaan paling kuat sekitar tahun 61-62M. Lukas atas inspirasi Roh Kudus mengakhiri tulisannya dalam Kisah Para Rasul pada pokok : rasul Paulus berada di Roma menantikan masa kesengsaraannya, namun tetap dalam kondisi melayani dan membimbing banyak orang kepada Tuhan Yesus. Paulus mengontrak sebuah rumah yang dijaga prajurit (Kis. 28:16), selama dua tahun (Kis. 28:30). Paulus naik banding pada Kaisar oleh karena itu, ia berada di Roma. Namun saat itu Lukas belum sempat menulis bahwa Paulus berdiridihadapan Kaisar untuk naik banding. Lukas tidak menulis tentang penyiksaan dibawah Kaisar Nero (64 AD) atau kematian Paulus (68 AD), maupun pengrusakan Yerusalem (70 AD). Bukan dilatarbelakangi bahwa Lukas segan menulis atau ingin menyembuyikan peristiwa-peristiwa penting tersebut, melainkan peristiwa tersebut belum terjadi saat menyelesaikan dokumennya. Inti Berita Inti berita yang paling kuat dalam dokumen ini adalah: Kristus Yang Telah Bangkit. Kitab PL, sejarah kebangkitan, kesaksian-kesaksian para Rasul dan demontrasi pekerjaan Roh Kudus adalah saksi bahwa Yesus adalah Tuhan dan yang diurapi (Mesias). Example: Khotbah Petrus dalam Kis. 2:22-36 ; 10:34-43) mengatakan, “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barang siapa percaya pada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya” “Dan keselamatan tidak ada didalam siapapun juga selain didalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini, tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang oleh-Nya kita dapat diselamatkan (Kis. 4:12) Selain itu, Kisah Para Rasul adalah buku yang diwarnai dengan transisi-transisi, misalnya: Transisi sejarah : Dari Injil kepada surat-surat PB Transisi Agama : dari yudaisme kepada ke-Kristenan Trans. Perhitungan Ilahi : dari Taurat kepada Anugerah Transsisi Umat Allah : dari bangsa Yahudi kepada orang-orang Yahudi dan bangsa kafir Transisi program Allah : dari kerajaan kepada Gereja Ayat kunci Kisah Para Rasul 1:8 Kata “Kuasa” dalam bahasa Yunani dunamis yaitu kekuatan supernatural yang terus menerus. (bnd. Yoh. 1:12 dan Ef. 6:10). Dalam Kitab ini, dapat ditemukan tiga kegerakan penginjilan yang besar, seperti: 1. Menjadi saksi di Yerusalem (1:1-8:4) 2. Menjadi saksi di Yudea dan Samaria (8:5-12:25) 3. Menjadi saksi di ujung bumi (13-28) Hal ini, hanya dapat terealisasi oleh karena hadirnya Roh Kudus dalam diri yang memberitakan dan yang menerima berita. 2:1-40. Pentakosta e. mengapa harus di Yerusalem mereka menantikan turunyan Roh Kudus? f. Apa yang terjadi pada peristiwa itu? g. Apa makna rohani bagi Anda melalui peristiwa dasyat ini? 2:41-47. Cara Hidup Jemaat Pertama Apa pola pelayanan jemaat mula-mula? 1. 2. 6:8-7:60. Stefanus Mengapa ia dirajam/dibunuh? 9:1-31. Pertobatan Saul
INJIL YOHANES Pendahuluan Symbol “burung elang” dianggap menunjuk pada penulis Injil Yohanes. Burung elang adalah burung yang bisa menatap matahari tanpa merasa silau. Seperti burung elang itu Yohanes adalah penulis PB yang bisa secara tajam dan jelas memandang serta mengungkapkan rahasia kekal, kebenaran-kebenaran abadi dan pikiran Tuhan. Banyak orang membaca Injil Yohanes dan merasa lebih dekat dengan Tuhan ketimbang mereka membaca kitab-kitab yang lainnya. Injil yang Tersendiri Untuk mengetahui bahwa Injil Yohanes memang tersendiri dan berbeda dengan kitab Injil yang lainnya, kita cukup hanya dengan membacanya sekilas pintas. Injil ini, tidak memuat cerita-cerita tentang kelahiran, pembaptisan, dan pencobaan yang dialami Yesus. Kitab ini tidak berbicara apa-apa tentang perjamuan terakhir, tentang taman Getsemani, dan tentang kenaikan Yesus ke Sorga. Tidak pula bercerita tentang penyembuhan orang sakit dirasuk setan. Dan yang mungkin paling mengherankan ialah bahwa kitab ini sama sekali tidak memuat cerita-cerita perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus. Injil synotik menjelaskan pusat pelayanan Yesus adalah di Galilea, dan Yesus baru pergi sesudah itu ke Yerusalem dalam minggu terakhir dari hidup-Nya. Sedangkan di dalam Injil Yohanes pusat pelayanan Yesus adalah Yerusalem dan Yudea. Hanya kadang-kadang saja Yesus ke Galilea (Yoh. 2:1-13; 4:35-5:1; 6:1-7:14). Injil Yohanes diceritakan, bahwa Yesus beraa di Yerusalem untuk: 1. Merayakan Paskah yang jatuh bersamaan waktu dengan upacara pembersihan Bait Allah (2:13) 2. Untuk perayaan lain (5:1) 3. Hari Pondok Daun (7:2,10) 4. Hari pentahbisan Bait Allah musim dingin (10:22) Hal-hal yang hanya terdapat di dalam kitab Injil Yohanes antara lain: 1. Pesta perkawinan di Kana (2:1-11) 2. Perkunjungan Nikodemus kepada Yesus (3:1-15) 3. Perempuan Samaria (4) 4. Lazarus dibangkitkan (11) 5. Yesus membasuh kaki pada murid-Nya (13:1-17) 6. Ajaran Yesus tentang Roh Kudus, Sang penghibur (14-17) 7. Tomas yang berbicara (11:16; 14:5; 20:24-29) 8. Andreas yang diperhadapkan dengan pengenalan diri sendiri (1:40, 41; 6:8-9;12:22) 9. sifat-sifat Filipus (6:5-7; 14:8,9) 10. Protes Yudas yang keliru pada peristiwa Betania (12:4,5). Penulis Tidak dapat diraguhkan bahwa Yohanes salah satu murid yang dikasih Tuhan Yesus sebagai penulis kitab Injil Yohanes. Papias, seorang uskup Hierapolis (70-145M) yang sangat gemar mengumpulkan data sejarah PB memberikan keterangan bahwa Yohanes adalah penulisnya. Tahun dan Tempat penulisan Tempat penulisan Injil Yohanes di Efesus sekitar 90-100M. Sangat mungkin tiga kitab Injil lainnya telah sampai ketangan semua orang termasuk Yohanes. Pada waktu itu ada dua pokok yang muncul dalam situasi kekristenan yaitu: pertama kekristenan yang telah tersebar luas ke dunia non Yahudi. Gereja tidak lagi hanya di kalangan ke-Yahudi-an. Kedua dari kalangan non Yahudi (Hellenis) gereja menjadi sangat non Yahudi. Karena itu, perlu penjelasan ulang tentang kekristenan Munculnya Bidat-bidat Kenyataan yang terjadi waktu itu ialah munculnya bidat-bidat. Waktu itu gereja sudah merupakan organisasi. Sedikit-dikitnya ada dua bidat yang mau ditentang oleh penulis kitab Yohanes. a. Sekelompok orang Kristen, khususnya Kristen asal Yahudi, yang mau memberikan tempat yang tinggi terhadap Yohanes pembaptis. Bagi mereka Yohanes pembaptis adalah penerus para nabi dan berbicara dengan suara kenabian. b. Gnostisisme. Ajaran dasar dari Gnostisisme adalah bahwa benda pada dasarnya adalah jahat dan bahwa roh dasarnya baik. Pengikut ajaran ini, berpendapat bahwa Allah tidak dapat menyentuh benda karena Allah tidak menciptakan benda. Apa yang dilakukan Allah adalah mengeluarkan serangkaian pancaran dari diri-Nya sendiri. Cerinthus, salah seorang pemimpin gnostik, mengatakan, bahwa dunia ini tidak diciptakan oleh Allah, melainkan oleh suatu kekuatan yang jauh terpisah dari Allah dan terpisah dari yang kuasa. Kepercayaan para pengikut gnostik tentang Yesus adalah: 1. Yesus hanya salah satu pancaran yang keluar dari Allah. Dan Ia tidak Ilahi 2. Yesus tidak mempunyai tubuh nyata. Tubuh nyata adalah benda, sehingga Yesus semacam hantu yang tanpa daging dan darah. Yesus tidak pernah meninggalkan bekas kaki karena tidak mempunyai gaya berat maupun wujud 3. Yesus hanya menerima Roh Allah sejak pembaptisan-Nya dan Roh meninggalkan Yesus di salib karena tidak roh tidak pernah bisa menderita. Tujuan Penulisan Apa tujuan penulisan Injil Yohanes ini? 1. Yohanes menulis tentang tanda-tanda mujizat yang menyatakan kehidupan rohani yang sangat penting supaya pembaca mengalami hubungan pribadi dengan Yesus, Anak Allah dan mereka memiliki hidup yang kekal. 2. Yohanes dengan sengaja mengoreksi pandangan bidat-bidat yang muncul saat itu dan ia mengajarkan kebenaran hakiki tentang kebenaran sejati di dalam pribadi Yesus Kristus. Tujuan utama penulisan Injil Yohanes tertulis dalam Yoh 20:30-31, yaitu supaya orang percaya bahwa Yesus adalah Mesias / Kristus dan Anak Allah, dan oleh iman kepada Yesus mereka beroleh hidup yang kekal! Ada 2 penafsiran tentang penterjemahan dari Yoh 20:30-31 ini: • That you may believe (= supaya kamu percaya). Penafsiran pertama ini mengatakan bahwa tujuan rasul Yohanes ialah: supaya orang yang belum percaya kepada Kristus menjadi percaya. • That you may continue to believe (= supaya kamu tetap / terus percaya). Penafsiran kedua ini mengatakan bahwa tujuan Injil Yohanes adalah untuk menjaga supaya orang yang sudah percaya kepada Yesus tidak menjadi sesat, tetapi tetap percaya kepada Yesus. Pada saat itu memang ada beberapa ajaran sesat yang menolak keilahian Yesus, yang berusaha menyesatkan orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus: SINTESA INJIL YOHANES KEHIDUPAN YESUS, ANAK ALLAH Pelayanan kepada Masyarakat Pelayanan Pribadi Tiga Tahun Beberapa Hari Tanda-tanda Mujizat Penyataan Diri (Pengajaran) 1. Air jadi anggur 2 1. Rumah Bapa 14 2. Penyembuhan anak seorang pegawai istana 4 2. Pokok anggur dan rantingnya 15 3. Orang sakit disembuhkan 5 3. Janji Yesus 16 4. Memberi makan 5000 orang 6 4. Doa Yesus Imam besar 17 5. Berjalan diatas air 6 5. Kebangkitan 20 6. Penyembuhan orang buta 9 6. Penampakan sesudah kebangkitan 21 7. Lazarus dibangkitkan 11 7. Jala yang penuh dengan ikan 21 Sang Firman (Yoh. 1:1-18) Permulaan Injil Yohanes mempunyai makna yang sangat penting di dalamnya sehingga hampir harus mempelajarinya ayat demi ayat. Yohaneslah yang mempunyai pikiran bahwa Yesus tidak lain dan tidak bukan adalah Firman yang kreatif, yang memberi hidup dan terang, dan bahwa Yesus adalah kekuatan Allah yang menciptakan dunia dan datang ke dunia dalam bentuk jasmaniah manusia. en arche en ho logos Pada mulanya adalah Firman (itu) kai ho logos en pros ton theun dan Firman (itu) ada bersama-sama Allah (itu) Theos en ho logos Firman (itu) adalah Allah (ilahi) Yohanes mengatakan bahwa Firman itu adalah Allah. Perkataan ini agak sulit dimengerti. Kesulitan itu makin nyata oleh karena bahasa Yunani yang dipakai oleh Yohanes mempunyai cara tersendiri untuk menyatakan sesuatu. Dalam rumus Yunani kata benda selalu didahului kata sandang ho kalau orang Yunani berbicara tentang Allah, ia tidak hanya mengucapkan theos tapi selalu ho theos. Sebaliknya kalau ada kata benda yang muncul tanpa kata sandang, maka kata benda tersebut lebih berarti kata sifat dari pada kata benda. Bukan ho theos tapi theos kalau ho theos maka Firman itu identik dengan Allah. Konteks ini, Yohanes mengatakan Firman itu adalah theos sehingga artinya mempunyai keberadaan, esensi, kualitas dan karakter seperti Allah. Yesus begitu sempurna seperti Allah dalam pikiran, hati, dan keberadaan-Nya. Firman itu adalah Allah. Logos artinya firman, buah pikiran. Orang Yahudi terbiasa dengan firman (Kej. 1:3) Orang Yunani sangat terbiasa dengan berpikir dan buah-buah pikiran. Yang mengatur dunia dan alam secara teratur adalah Logos yaitu buah pikiran Allah. Yang memberi manusia mampu berpikir dan menalar ialah logos yaitu pikiran Allah yang tinggal di dalam diri manusia. Yohanes mengetahui konsep Yunani. Dengan konsep itu, ia berpikir tentang Yesus. Yohanes membawa pikiran Yunani bahwa pikiran Allah itu datang ke dunia di dalam diri manusia Yesus. Yesus adalah yang bertindak dalam bentuk manusia. Dua konsep dunia bagi orang Yunani, yaitu: 1. Dunia “antara kita hidup.” Ini bagus tapi hanya bayang-bayang, tiruan, bukan kenyataan. 2. Dunia “nyata.” Kenyataan-kenyataan yang besar ada untuk selamanya. Yesus adalah kenyataan itu sendiri, yang datang ke dunia. Kata Yunani “nyata” alethinos erat hubungan dengan kata alethe yang berarti benar dan aletheia yaitu kebenaran. Alkitab terjh. Baru menterjemahkan kata “alethinos” dengan kata ”sesungguhnya” Yohanes 1:9. jadi Yesus adalah terang yang sesungguhnya. (Yoh. 6:32) Yesus adalah roti yang benar (15:1) Yesus pokok anggur yang benar Dalam kitab Yohanes ada 7 predikat Yesus, yaitu sebagai berikut: 1. Aku adalah roti hidup (Yoh. 6:35) 2. Aku adalah terang dunia (8:12) 3. Aku adalah pintu ke domba-domba (10:7) 4. Aku adalah gembala yang baik (10:11) 5. Aku adalah kebangkitan dan hidup (11:25) 6. Aku adalah jalan dan kebenaran dan hidup (14:6) 7. Aku adalah pokok anggur yang sejati (15:1,5) Yohanes 1:4 Hidup dan Terang Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia Di dalam menyusun suatu karya musik, seorang komponis sering kali memulainya dengan terlebih dahulu menyatakan thema-thema yang akan dijabarkannya didalam karya tersebut. Itulah juga yang dilakukan oleh Yohanes di dalam Injilnya. Hidup dan Terang, dua kata yang pokok dan besar, merupakan sebagian dari pokok penulisan kitab Injil keempat ini. Injil ini, memulai dan berakhir dengan ke-hidup-an. Pada permulaan kitab ini, kita membaca bahwa Yesus adalah kehidupan, dan pada akhir kitab ini kit abaca bahwa tujuan Yohanes menulis Injilnya ialah agar manusia boleh percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (20:31). Kata hidup terus menerus ada di bibir Yesus. Yesus merasa iba dan menyesal, bahwa manusia tidak mau dating supaya manusia mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (10:10). Ia mengatakan bahwa Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup (14:6). Kata benda hidup (zoe) dipakai lebih dari tigapuluh kali dan kata kerja hidup dan mempunyai hidup (zen) lebih dari limabelas kali. Kalau begitu, apakah yang Yohanes maksudkan dengan hidup? 1. Hidup adalah lawan dari kehancuran, kutuk dan mati. Allah mengirim Anak-Nya…(3:16). Yesus satu-satunya yang membuat hidup ini jadi berharga, mati hanya suatu pendahuluan dari kehidupan yang penuh. 2. Pemberi hidup adalah Allah sendiri meskipun Yesus yang membawanya. Karena itu, Yohanes selalu mengatakan Allah yang hidup (6:40). 3. Hidup yang kekal. Aionios dari kata kekal artinya hidup yang berlangsung terus 4. Percaya kepada Yesus Kristus. Kata kerja percaya (pisteuein) (3:36; 6:47; 5:24). Terang Yesus adalah terang manusia. Tugas Yohanes pembaptis adalah menunjukkan terang itu, Kristus adalah terangnya (8:12; 9:5) terang ini bias ada dalam diri manusia (11:10). Ide tentang terang seperti yang ditelusuuri dibawah ini: 1. Terang yang dibawa Yesus adalah terang yang mengusir kekacau-balauan (1:5) 2. Terang yang sanggup menerangi atau mengungkap hal-hal yang tidak kelihatan (3:19,20) 3. Terang yang membimbing (12:46) 1:5. Skotia, Skotos (Kegelapan). Kegelapan bersifat jahat terhadap terang. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan meskipun kegelapan berusaha keras untuk memadamkan tetapi tidak bias. Orang berdosa mengasihi kegelapan dan membenci terang. Perbuatan jahat takut akan terang (3:19, 20). Kemarahan Yesus. 2:12-16 Mengapa Yesus bertindak seperti itu? Kemarahan Yesus merupakan hal yang sangat menakutkan. Gambaran tentang Yesus memegang cemeti atau cambuk adalah hal yang mennimbulkan ketakutan. Kita harus melihat apa yang menyebabkan Yesus sangat marah di halaman Bait Allah. Paskah adalah pesta yang terbesar diantara pesta-pesta orang Yahudi. Setiap orang Yahudi yang bertempat tinggal dengan jarak 20 km dari Yerusalem harus mengikuti perayaan Paskah di Yerusalem. Tetapi yang datang bukan hanya orang Yahudi di Palestina. Ada juga pajak yang harus dibayar oleh setiap orang Yahudi yang berumur 19 tahun ke atas. Pajak itu adalah pajak Bait Allah. Pembayaran itu sangat diperlukan agar korban-korban dan upacara ritual harian di Bait Allah tetap dilaksanakan. Besar pajak itu adalah setengah shekel. Pada waktu itu upah pekerja sehari kira-kira Rp.50, dan setengah shekel sama dengan Rp.75, jadi pajak itu hamper sam dengan upah kerja dua hari. Uang shekel adalah uang Yahudi, dan dapat dipakai sebagai pemberian untuk Bait Allah. Para peziarah yang berdatangan ternyata mereka mengambil laba sebanyak satu ma’ah, kira-kira Rp.12, untuk setiap ½ shekel bagi penukaran yang agak besar. Yesus menjadi marah karena para peziarah yang kurang mampu dirampok melalui nilai tukar yang berlebihan. Disamping penukaran uang ada juga penjualan lembu, kambing domba dan merpati. Para peziarah dipaksa untuk mebeli binatang korban yang dijual di halaman Bait Allah kalau mereka ingin mempersembahkan korban. Sekali lagi ini suatu ketidakadilan social yang sangat menyolok. Yesus mengasihi Bapa/Allah tetapi juga Ia mengasihi manusia sebagai anak-Nya. Karena itu segala ketidakadilan Yesus selalu menentang. Yesus bertindak demikian karena Ia mengetahui dan melihat : 1. Rumah Allah dinajiskan. Rumah Allah terdapat ibadah dan hormat. 2. segala hewan dan binatang sama sekali tidak mempunyai makna yang pokok Yohanes 3:16 KASIH ALLAH 1. Ayat ini mengatakan, bahwa prakarsa bagi semua tindakan keselamatan ada pada Allah 2. Sumber utama keberadaan Allah adalah kasih 3. Yang dikasihi Allah adalah dunia, dan bukan bangsa, orang-orang baik, orang yang mengasihi-Nya, tetapi dunia ini. Artinya Allah mengasihi orang yang tidak dapat dikasihi dan tidak dapat mengasihi. Yohanes 5:24-37a Ay 24-29: 1) Ay 24-25: a) Kata-kata ‘mendengar perkataanKu’ dan ‘percaya kepada Dia yang mengutus Aku’ kedengarannya agak aneh. Mungkin lebih cocok kalau Yesus berkata ‘mendengar perkataanKu’ dan ‘percaya kepadaKu’. Tetapi sebetulnya kata-kata Yesus ini tidak aneh / salah, karena kata-kataNya ini lagi-lagi menunjukkan kesatuan Bapa dengan Anak / Yesus. Ada juga yang beranggapan bahwa ‘mendengar’ di sini, sama seperti dalam ay 25, harus diartikan ‘percaya’, atau ‘mendengar dan per¬caya’. Yang jelas bagian ini tidak boleh diartikan sekan-akan terhadap Yesus kita hanya perlu mendengar, tidak perlu percaya, sedangkan terhadap Bapa kita harus percaya. Perlu diingat bahwa kita tidak bisa hanya percaya kepada Bapa, tetapi tidak kepada Yesus (bdk. ay 23 14:1). b) ‘ia mempunyai hidup yang kekal’. Tidak dikatakan: ‘ia akan mempunyai hidup yang kekal’. Jadi, hidup kekal / keselamatan kita dapatkan pada saat kita percaya! Bdk. Luk 19:9. c) Baik dalam ay 24 maupun dalam ay 25, kata ‘maut / mati’ dan ‘hidup’ harus diartikan secara rohani. Adanya kata-kata ‘saatnya akan tiba dan sudah tiba’ dalam ay 25 tidak memungkinkan untuk menafsirkan bahwa bagian ini menunjuk pada kebangkitan jasmani pada akhir jaman. 2) Ay 26-27: a) Ay 26a menunjukkan bahwa Allah Bapa itu self-existent (= ada dengan sendirinya, tidak mendapatkan keberadaannya dari pihak lain), dan ay 26b menunjukkan bahwa Allah Anak itu self-existent (Catatan: ini tentu tidak menunjuk kepada kemanusiaan Yesus, tetapi kepada keilahian Yesus). b) Calvin menafsirkan bahwa kata ‘kuasa’ dalam ay 27 ini berarti ‘otoritas’. Jadi, ay 27 menunjukkan bahwa Bapa memberikan otoritas kepada Yesus untuk melakukan penghakiman pada akhir jaman. Dengan demikian, ay 27 mengulang ay 22-23, karena dalam ay 27 ini kembali dinyatakan bahwa Allah menyerahkan penghakiman akhir jaman kepada Yesus. Tetapi alasan penyerahan itu berbeda. Kalau dalam ay 22-23 dikatakan bahwa Bapa menyerahkan penghakiman itu kepada Anak supaya orang menghormati Anak, maka dalam ay 27 ini dikatakan bahwa Bapa menyerahkan penghakiman itu kepada Anak, karena Ia adalah Anak Manusia. Apa artinya bagian ini? Ada macam-macam arti / penafsiran: • Istilah ‘Anak Manusia’ menunjuk kepada ‘Mesias’. Jadi, penghakiman akhir jaman diserahkan kepada Yesus, karena Ia adalah Mesias. • Istilah ‘Anak Manusia’ menunjuk kepada ‘manusia’. Jadi, penghakiman akhir jaman diserahkan kepada Yesus, karena Yesus adalah Allah yang sudah menjadi manusia, dan karena itu Ia pernah merasakan beratnya pencobaan, sehingga Ia bisa lebih bersimpati kepada manusia yang Ia hakimi. 3) Ay 28-29: a) Calvin mengatakan bahwa kata-kata ‘di dalam kuburan’ (ay 28) merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya) yang menunjuk kepada semua orang yang sudah mati. Dengan demikian bagian ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan orang yang tidak dikubur (misalnya: dibakar, atau hancur karena ledakan bom) tidak akan dibangkitkan. b) Calvin menganggap bahwa ‘suaraNya’ (ay 28b) sama dengan ‘suara sangkakala’ / ‘bunyi nafiri’ (1Kor 15:52 1Tes 4:16). c) Ay 29 tidak boleh diartikan sekan-akan Yesus mengajarkan doktrin Salvation by works (= keselamatan melalui perbuatan baik), karena ini akan bertentangan dengan ayat-ayat seperti Ef 2:8-9 Gal 2:16,21 Ro 3:27-28! Yesus mengatakan bahwa penghakiman ini didasarkan atas perbuatan baik, karena memang ‘dari buahnyalah orang mengenal pohonnya’ (Mat 7:16). Ciri dari orang percaya adalah perbuatan baik; ciri dari orang yang tidak percaya adalah perbuatan jahat (Tit 1:15). Perbuatan seseorang menunjukkan apakah ia beriman atau tidak. d) Kata-kata ‘bangkit untuk hidup yang kekal’ dan ‘bangkit untuk dihukum’ dalam ay 29, menunjukkan bahwa manusia akan masuk ke surga atau neraka dengan tubuhnya (bukan hanya jiwa / rohnya)! e) Ay 29, khususnya ay 29b, yang mengatakan bahwa ‘mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum’, merupakan ayat yang ampuh untuk menghadapi: • ajaran Saksi Yehovah, yang mengatakan bahwa orang jahat akan dimusnahkan, tetapi tidak dihukum. • ajaran Universalisme, yang mengatakan bahwa semua orang akan masuk surga / selamat, tak peduli agama apapun yang ia anut, tak peduli apakah ia percaya Yesus atau tidak, dan tak peduli apakah hidupnya baik atau jahat. Waspadalah terhadap ajaran ini, karena jaman ini banyak nabi-nabi palsu dari kalangan Liberal (dalam gereja-gereja Protestan) yang mempercayai dan mengajarkan ajaran ini. Ay 30-37a: 1) Ay 30: a) ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri’. Ini artinya sama dengan ay 19a. b) Sekalipun ay 30 mirip dengan ay 19, tetapi: • Ay 30 menekankan ‘Yesus mendengar Bapa’, sedangkan ay 19 mene-kankan ‘Yesus melihat Bapa’. Tetapi sebetulnya 2 kata tersebut tidak perlu dibedakan. • Ay 19 menekankan ‘kesatuan dalam pekerjaan’ antara Yesus dan Bapa, sedangkan ay 30 menekankan ‘kesatuan dalam menghakimi’ (ay 30a) dan ‘kesatuan dalam kehendak’ (ay 30b) antara Yesus dan Bapa. 2) Ay 31: Kata-kata Yesus disini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Bdk. Yoh 8:12-14 yang menunjukkan bahwa sekalipun Yesus bersaksi tentang diriNya sendiri, kesaksianNya tetap benar. Disini Kristus berbicara sesuai dengan pandangan umum: kalau seseo¬rang bersaksi tentang dirinya sendiri, maka hal itu tidak bisa diterima. Bdk. Ul 19:15. Ada juga yang mengartikan kata-kata ini sebagai berikut: kalau Aku, dan hanya Aku sendiri (tanpa didukung oleh Bapa), memberikan kesak¬sian tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar. Arti yang ini lagi-lagi menekankan kesatuan antara Yesus dengan Bapa, sehingga dalam memberikan kesaksianpun Mereka selalu bersama-sama, dan arti ini sesuai dengan seluruh kontex, yang menekankan kesatuan Bapa dengan Anak / Yesus. 3) Ay 32,37a: Supaya kesaksiannya tentang diriNya sendiri bisa dipercaya, Yesus lalu mengatakan akan adanya ‘saksi yang lain’. Siapa yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu? a) ‘Saksi yang lain’ ini (ay 32) tidak menunjuk kepada Yohanes Pem¬baptis. Kalau saudara membaca ay 32-35, maka ada kemungkinan saudara menyangka bahwa yang Yesus maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu adalah Yohanes Pembaptis, yang Ia bicarakan dalam ay 33,35. Tetapi ini salah, karena: • Kata-kata Yesus dalam ay 34a, yang berbunyi: ‘Aku tidak memerlu¬kan kesaksian dari manusia’, tidak memungkinkan bahwa Yohanes Pem-baptislah yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu. • Ay 32 (tentang ‘saksi yang lain’) ada dalam bentuk present tense. Tetapi ay 33,35 (tentang Yohanes Pembaptis) ada dalam bentuk perfect tense dan past tense. Untuk itu perhatikan terjemahan NIV di bawah ini: Ay 32: ‘testifies’ ® present tense. Ay 33: ‘has testified’ ® perfect tense. Ay 35: ‘John was a lamp that burned and gave light’ ® past tense. Perbedaan tenses antara ay 32 (tentang ‘saksi yang lain’) dan ay 33,35 (tentang Yohanes Pembaptis), tidak memungkinkan bahwa Yohanes Pembaptis adalah ‘saksi yang lain’ itu. • Ay 31 menunjukkan Yesus sebagai saksi, dan ay 32 berbicara tentang ‘saksi yang lain’. Perlu saudara ketahui bahwa dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang berarti ‘yang lain’ (= another), yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. W.E. Vine dalam An Expository Dictionary of New Testament Words mengatakan sebagai berikut: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang sama; HETER¬OS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang berbeda). Illustrasi: Saat ini saya mempunyai satu gelas Aqua. Kalau saya menginginkan satu gelas Aqua ‘yang lain’, yang persis sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya harus menggunakan ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman ‘yang lain’ yang berbeda jenis dengan Aqua, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS, bukan ALLOS. Dalam ay 32 ini kata yang digunakan bukannya HETEROS tetapi ALLOS. Kalau ‘saksi yang lain’ ini diterapkan kepada Yohanes Pembaptis, maka kita harus mengambil kesimpulan bahwa Yesus dan Yohanes Pembaptis mempunyai kwalitet yang sama, dan ini jelas salah! b) ‘Saksi yang lain’ menunjuk kepada Bapa (ay 37a). • Jadi sebetulnya ay 32 bersambung ke ay 37a, sedangkan ay 33-36 seakan-akan ada dalam tanda kurung. • Bahwa Bapa memang adalah ‘saksi yang lain’ yang dimaksud oleh Yesus, didukung secara sangat meyakinkan oleh Yoh 8:17-18. • Bahwa ay 31 menunjukkan Yesus sebagai saksi, dan ay 32,37a menunjukkan Bapa sebagai ‘saksi yang lain’, dimana untuk ‘yang lain’ digunakan kata bahasa Yunani ALLOS, menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet yang sama dengan Bapa, atau bahwa Yesus itu sejenis dengan Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah sendiri! • Bapa bersaksi tentang Yesus. Ada orang yang berpendapat bahwa Bapa bersaksi tentang Yesus pada peristiwa baptisan Yesus, dimana Bapa berseru dari surga: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan’ (Mat 3:17). Tetapi saya berpendapat bahwa ‘Bapa bersaksi tentang Yesus’ ini tidak menunjuk pada peristiwa dalam Mat 3:17, tetapi pada Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama, karena kontex menuntut penafsiran ini (bdk. ay 39-40 yang berbicara tentang Kitab Suci / Firman Tuhan). Jadi, melalui FirmanNya dalam Perjanjian Lama, Bapa menjadi ‘saksi yang lain’ tentang Kristus. 4) Ay 33-35: a) Dalam ay 33 Yesus menunjukkan betapa tidak masuk akalnya tindakan orang-orang Yahudi itu. Mereka mengirim utusan kepada Yohanes Pembaptis (Yoh 1:19-28), seakan-akan mereka rindu untuk mengetahui kebenaran. Tetapi pada saat Yohanes Pembaptis memberikan kesak¬siannya tentang kebenaran / Kristus, mereka menolak kesaksian itu. Kalau begitu, untuk apa mereka mengirim utusan untuk bertanya? Ini menunjukkan bahwa mereka sebetulnya bukan mencari kebenaran. Mereka hanya mau menerima kebenaran yang cocok dengan pemikiran mereka. Penerapan: • janganlah saudara menjadi orang yang menyensor kebenaran / Firman Tuhan! Apakah Firman Tuhan itu menyenangkan atau tidak, saudara harus tunduk padanya! • ada orang yang kalau bertanya pada seorang hamba Tuhan sebetulnya hanya mau mengecheck apakah pandangan hamba Tuhan itu sama dengan pandangannya atau tidak. Kalau tidak sesuai, tidak peduli betapapun hebat dasar Kitab Suci yang diberikan oleh hamba Tuhan itu, ia tetap tak mau menerima pandangan tersebut. Jangan menjadi orang seperti ini, karena orang seperti ini jelas bukanlah orang yang menjunjung tinggi ototritas Kitab Suci / Firman Tuhan dalam hidupnya! b) Ay 34a: ‘memerlukan’. NIV/NASB/RSV/KJV: receive (= menerima). Ada yang mengartikan ‘memerlukan,’ ada yang mengartikan ‘bersan¬dar’. Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa: • Yesus menganggap kesaksian Yohanes Pembaptis itu salah (ini bertentangan dengan ay 33b dimana Ia berkata bahwa Yohanes Pembaptis ‘telah bersaksi tentang kebenaran’). • Yesus tidak mau kita bersaksi untuk Dia [ini bertentangan dengan Kis 1:8 dimana Ia memerintahkan murid-muridNya (dan juga kita) untuk menjadi saksi]. Firman Allah Yang Hidup (Living Bible) menterjemahkan ay 34 sebagai berikut: “Tetapi kesaksian yang paling benar bukanlah dari manusia, walaupun Aku telah mengingatkan kalian akan kesaksian Yohanes Pembaptis, supaya kalian percaya kepadaKu dan diselamat¬kan”. c) Ay 34b: Sekalipun Yesus tidak mau bersandar pada kesaksian Yohanes, tetapi Ia tetap mengingatkan mereka akan hal itu, supaya orang-orang Yahudi itu diselamatkan. Ini menunjukkan bahwa Yesus berdebat dengan orang-orang Yahudi itu dengan tujuan untuk menyelamatkan mereka. Penerapan: Kalau saudara berdebat, apa alasan / motivasi saudara? • supaya menang debat, demi kesombongan saudara? • karena jengkel terhadap orang itu? • karena malu kalau kalah? • untuk menunjukkan kehebatan pengetahuan Kitab Suci saudara? d) Ay 35: ‘menikmati’. NIV: enjoy (= menikmati). NASB/KJV/RSV/Lit: rejoice (= bersukacita). Mereka bersukacita karena kebenaran yang diberitakan Yohanes Pembaptis, tetapi ini hanya berlangsung sebentar saja! Bandingkan dengan Mark 6:20 yang menunjukkan bahwa Herodespun senang mendengarkan Yohanes Pembaptis. Juga bandingkan dengan Mat 13:20-21, yang menunjukkan bahwa orang yang termasuk ‘golongan tanah berbatu’ itu mula-mula menerima firman dengan gembira, tetapi semua itu hanya tahan sebentar saja. Penerapan: Jangan mau bergembira karena Firman Tuhan hanya untuk sementara saja. Kalau dahulu saudara berkobar-kobar dalam mencari dan belajar Firman Tuhan, sedangkan sekarang saudara mulai merasa suam dalam hal itu, waspadalah terhadap peringatan Yesus dalam Mat 19:30 - ‘banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir’! 5) Ay 36: Yesus berkata bahwa pekerjaanNya lebih penting dari kesaksian Yo¬hanes Pembaptis. Yang dimaksud dengan ‘pekerjaan’ di sini adalah mujijat-mujijat yang Yesus lakukan (Seorang penafsir menambahkan bahwa salib dan kebangkitan Yesus juga termasuk disini). Yesus tetap berbeda dengan rasul / nabi yang manapun dalam melakukan mujijat, karena mujijat-mujijat yang Ia lakukan jauh lebih banyak dan jauh lebih hebat (bdk. 15:24 - ‘seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain.’) Yohanes 12:9-19 Ay 9-11: 1) Ay 9: banyak orang datang bukan hanya karena Yesus, tetapi juga untuk melihat Lazarus yang telah bangkit dari antara orang mati. Pulpit Commentary: “It was curiosity rather than conscience that led to the desire to see Lazarus as well as Jesus. Curiosity, however, is lawful and right when it leads to a serious inquiry into the facts” (= Adalah rasa ingin tahu dan bukannya suara hati yang memimpin pada keinginan untuk melihat Lazarus maupun Yesus. Tetapi rasa ingin tahu adalah sah dan benar kalau itu membawa pada penyelidikan yang serius kedalam fakta). 2) Ay 10-11: a) Bagi para imam / orang Saduki, kebangkitan Lazarus adalah serangan ganda: 1. Kebangkitan Lazarus menyebabkan orang banyak meninggalkan mereka dan pergi kepada Yesus. Pulpit Commentary: “Nothing so enrages the enemies of Christ as the enlargement of his kingdom” (= Tidak ada yang begitu membuat marah musuh-musuh Kristus seperti perluasan kerajaanNya). 2. Kebangkitan Lazarus menyerang doktrin orang Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan orang mati. b) Mereka mau membunuh Lazarus juga (ay 10). • Pulpit Commentary: “What ought to breed faith bred in them murder. The reason which led others to believe in Jesus, led them to hate and oppose him” (= Apa yang seharusnya membiakkan iman ternyata membiakkan pembunuhan dalam diri mereka. Alasan yang memimpin orang-orang lain untuk percaya kepada Yesus, membawa mereka untuk memusuhi dan menentangNya). • Mereka mau menghilangkan bukti, seperti dalam film dimana gangster membunuh saksi yang akan bersaksi menentang mereka di pengadilan. Juga mereka mau menekan / menghancurkan kebenaran (bahwa ada kebangkitan dari antara orang mati) karena kebenaran itu mengancam mereka. • Bandingkan ini dengan Yoh 11:49-50 dimana Kayafas berkata bahwa lebih baik membunuh satu orang (yaitu Yesus) dari pada seluruh bangsa binasa. Sekarang ternyata bahwa membunuh satu orang belum cukup, mereka harus membunuh 2 orang, yaitu Yesus dan Lazarus. Pulpit Commentary: “The sacrifice of one life often leads to the sacrifice of more” (= Pengorbanan satu nyawa sering membawa pada pengorbanan lebih banyak lagi). Ini menunjukkan bahwa dosa bertumbuh, dosa yang satu menarik kepada dosa yang lain. Barnes’ Notes: “When men are determined not to believe the gospel, there is no end to the crimes to which they are driven” (= Pada waktu manusia bertekad / bertekun untuk tidak percaya pada Injil, tidak ada akhir dari kejahatan-kejahatan kemana mereka didorong). • Adam Clarke: “How blind were these men not to perceive that he who had raised him, after he had been dead for four days, could raise him again though they had slain him a thousand times” (= Betapa butanya orang-orang ini sehingga tidak mengerti bahwa Ia yang telah membangkitkannya, setelah ia mati selama 4 hari, bisa membangkitkannya lagi sekalipun mereka membunuhnya seribu kali). • Pulpit Commentary: “They had nothing personally against Lazarus; but thought that they could not so effectively strike Jesus as through him. He became the target of their hatred. This is not the first time, and certainly not the last, Jesus is persecuted in his followers, and his followers persecuted on his account” (= Mereka tidak mempunyai persoalan pribadi dengan Lazarus; tetapi berpikir bahwa mereka tidak bisa menyerang Yesus secara begitu effektif seperti melalui dia. Ia menjadi sasaran kemarahan mereka. Ini bukan kali yang pertama, dan jelas bukan kali yang terakhir, Yesus dianiaya dalam diri pengikut-pengikutNya, dan para pengikutNya dianiaya karena Dia). Semua orang yang memberi kesaksian mendukung Injil bisa mendapat nasib seperti Lazarus, yaitu mau dibunuh tanpa salah. Relakah saudara mengalami ini demi Yesus? Bdk. Yoh 16:2 Yoh 12:25. Ay 12-19: 1) Ay 12: a) Yesus masuk ke Yerusalem. Ini adalah peristiwa yang penting karena: • pada saat itu orang banyak menyanjung Yesus. Ini mendesak tokoh-tokoh Yahudi untuk membunuh Yesus. • dalam peristiwa ini Yesus menyatakan diri sebagai Mesias (bdk. Zakh 9:9). b) ‘orang banyak yang datang merayakan pesta’. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menyambut Yesus dalam ay 13 adalah mereka yang datang dari luar Yerusalem. Seharusnya Yerusalem adalah tempat dimana orang-orangnya yang paling antusias menerima Kristus, tetapi ternyata tidak. Calvin: “this fault has prevailed in almost every age, that the more nearly and the more familiarly God approached to men, the more daringly did men despise God” (= kesalahan ini terjadi di hampir setiap jaman, bahwa makin dekat dan makin akrab Allah itu mendekati manusia, makin berani manusia menghina Allah). 2) Ay 13: a) ‘Hosana’. Hosana seharusnya adalah HOSHIANA, artinya adalah ‘Save now!’ (= selamatkanlah sekarang). Ada juga yang mengartikan ‘Save, I beseech you’ (= selamatkanlah, aku mohon kepadaMu). Kata Hosana merupakan suatu permohonan kepada Yahweh oleh seorang penyembah, yang yakin bahwa saat penyelamatan / pembebasan sudah tiba. b) Ay 13 dikutip / diambil dari Maz 118:25-26. Ini merupakan pengakuan terhadap Yesus sebagai Mesias, karena Maz 118 dari mana kata-kata ini dikutip merupakan Mazmur tentang Mesias. Sekalipun orang banyak itu mempercayai Yesus sebagai Mesias, tetapi mereka mempercayaiNya sebagai Mesias duniawi. Ini terlihat dari: • Penggunaan daun palem (ay 13) yang adalah simbol kemenangan. Bdk. 1Makabe 13:51 - “Pada tanggal dua puluh tiga bulan kedua tahun seratus tujuh puluh satu maka Simon memasuki puri itu dengan kidung dan daun palem, diiringi dengan kecapi dan dandi, sambil menyanyikan madah dan gita. Sebab musuh besar Israel sudah digempur”. Catatan: kalau saya menggunakan kitab Makabe yang termasuk dalam kitab-kitab Apocrypha / Deutrokanonika, itu tidak berarti saya mempercayainya sebagai Firman Allah. Saya hanya mempercayainya sebagai kitab kuno, melalui mana kita bisa belajar tentang tradisi / kebudayaan saat itu. • ay 13 akhir - mereka menyatakan Yesus sebagai ‘raja Israel’. • Luk 19:37 - mereka menyatakan Yesus sebagai pelaku mujijat. c) ‘Datang dalam nama Tuhan’ (ay 13), artinya datang dengan otoritas Tuhan. d) Ay 13 ini dan ayat-ayat paralelnya, yaitu Mat 21:9 Mark 11:9-10 Luk 19:38 berbeda satu dengan yang lain, karena perlu diingat bahwa dalam suatu kumpulan orang, teriakan-teriakan yang muncul bisa banyak. Disamping itu keempat penulis Injil sering menulis hanya sebagian saja. e) Mengomentari orang banyak yang memuji Kristus dalam ay 13, Calvin berkata sebagai berikut: “We cannot bless Christ without cursing the Pope and the sacrilegious tyranny which he has raised up against the Son of God” (= Kita tidak bisa memuji Kristus tanpa mengutuk Paus dan kelaliman yang melanggar kesucian yang ia bangkitkan menentang Anak Allah). Kata-kata Calvin ini bertentangan dengan sikap banyak orang kristen jaman ini, yang senang memuji Kristus / Tuhan, tetapi pada waktu ada orang mengutuk ajaran sesat / nabi palsu, mereka justru membela para nabi palsu itu dengan berkata: ‘Jangan menghakimi!’. Ingat bahwa Paulus juga mengutuk para nabi palsu (Gal 1:6-9). 3) Ay 14-15: a) Yesus naik keledai (ay 14). Ada banyak orang yang menganggap bahwa keledai menunjukkan ketidakmuliaan. Pulpit Commentary: “The ass is as despised in the East as in the West” (= di Timur keledai sama dihina / direndahkannya seperti di Barat). Calvin: “When he describes Christ as riding on an ass, the meaning is, that his kingdom will have nothing in common with the pump, splendour, wealth, and power of the world” (= Pada waktu ia menggambarkan Kristus naik keledai, artinya adalah bahwa kerajaanNya tidak akan mempunyai persamaan dengan hiasan, kemegahan, kekayaan, dan kuasa dari dunia). Tetapi William Barclay, yang didukung oleh beberapa penafsir lain, memberikan pandangan yang berbeda. Ia berkata: “We must not misunderstand this picture. With us the ass is lowly and despised; but in the East it was a noble animal. Jair, the Judge, had thirty sons who rode on asses’ colts (Judges 10:4). Ahithopel rode upon an ass (2Samuel 17:23). Mephibosheth, the royal prince, the son of Saul, came to David riding upon an ass (2Samuel 19:26). The point is that a king came riding upon a horse when he was bent on war; he came riding upon an ass when he was coming in peace. This action of Jesus is a sign that he was not the warrior figure men dreamed of, but the Prince of Peace” [= Kita tidak boleh salah mengerti gambaran ini. Bagi kita keledai itu rendah dan dihina; tetapi di Timur keledai adalah tunggangan yang mulia. Yair, si hakim, mempunyai 30 anak yang menunggang keledai (Hakim-hakim 10:4). Ahitofel menunggang keledai (2Sam 17:23). Mefiboset, pangeran kerajaan, anak Saul, datang kepada Daud menunggang keledai (2Samuel 19:26). Intinya adalah bahwa seorang raja datang menunggang kuda kalau ia mau berperang; ia datang menunggang keledai kalau ia datang dalam damai. Tindakan Yesus ini merupakan suatu tanda bahwa Ia bukanlah tokoh pejuang yang dimimpikan oleh manusia, tetapi Pangeran / Raja Damai]. Jadi penekanannya adalah bahwa keledai tunggangan pada masa damai, sedangkan kuda adalah tunggangan untuk perang (bdk. Kel 14:9 Maz 33:17 Maz 76:2-7 Amsal 21:31 Yer 8:6 Yer 51:21 Zakh 10:3). Jadi, dengan masuk Yerusalem naik keledai Yesus menunjukkan Mesias macam apa Dia itu. Ia bukan Mesias duniawi yang akan memimpin Israel dalam perang untuk mengalahkan penjajah. Ia datang sebagai Raja Damai! b) Ay 15: “Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang duduk di atas seekor anak keledai”. Bdk. Zakh 9:9-10 yang berbunyi sebagai berikut: “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi”. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: • Dalam Zakh 9:9-10 terlihat bahwa ‘Yesus naik keledai’ dihubungkan dengan ‘pelenyapan kereta dan kuda’, dan keduanya dihubungkan dengan ‘damai’. Ini mendukung pandangan William Barclay di atas. • Ay 15 mengatakan ‘jangan takut!’, tetapi Zakh 9:9 menyuruh bersorak-sorak, yang menandakan adanya sukacita. Memang ada hubungan erat antara ‘membuang takut’ dan ‘sukacita yang sejati’! Hanya jika kita sudah mempunyai keselamatan / perdamaian dengan Allah sehingga tidak lagi takut akan hukuman Allah, baru kita bisa memiliki sukacita yang sejati! Catatan: kata-kata ‘ia adil dan jaya’ dalam Zakh 9:9 versi Kitab Suci Indonesia itu salah terjemahan. NIV: righteous and having salvation (= benar dan mempunyai keselamatan). NASB: He is just and endowed with salvation (= Ia adil / benar dan diberkati dengan keselamatan). KJV: ‘He is just and having salvation’ (= Ia adil / benar dan mempunyai keselamatan). Jadi, Raja Damai itu datang dengan membawa keselamatan, dan ini menyebabkan kita harus bersukacita. • Zakh 9:10 menubuatkan Yesus sebagai Raja Damai (bdk. Yes 9:5), yang akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa, bukan hanya kepada bangsa Yahudi. 4) Ay 16: Yang tidak dimengerti oleh murid-murid bukan keMesiasan Yesus, tetapi sifat dari kerajaanNya. Setelah Yesus naik ke surga dan Roh Kudus turun baru mereka mengerti hal ini dengan benar. Ada 2 komentar tentang bagian ini: • Calvin: “... we are blind, unless the word of God go before our steps, and it is not even enough that the word of God shine on us, if the Spirit do not also enlighten our eyes, which otherwise would be blind amidst the clearest light” (= ... kita buta, kecuali firman Allah berjalan di depan langkah kita, dan bahkan tidak cukup firman Allah bersinar atas kita, jika Roh tidak mencerahi mata kita, yang tanpa pencerahan akan buta di tengah cahaya yang paling terang). Penerapan: Selain selalu menggunakan Kitab Suci, kita juga harus selalu berdoa supaya Tuhan memberikan kita terang untuk mengerti kebenaran. • Adam Clarke: “Indeed it is only in the light of the new covenant, that the old is to be fully understood” (= Memang hanya dalam terang dari perjanjian baru barulah perjanjian lama bisa dimengerti sepenuhnya). 5) Ay 17-19: Melihat usaha mereka gagal, para musuh Yesus ini mengeluarkan kata-kata dalam ay 19 yang tujuannya untuk melecut mereka untuk lebih tekun dan lebih keras berusaha. Calvin: “And if the enemies of God persevere so obstinately in what is evil, we ought to be far more steady in a just undertaking” (= Dan jika musuh-musuh Allah bertekun dengan begitu tegar tengkuk dalam hal yang jahat, kita harus jauh lebih mantap / tetap dalam usaha / perbuatan yang benar). Yohanes 21:15-19 Ay 15: “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”. 1) “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’”. a) ‘Simon, anak Yohanes’. KJV: ‘Simon, son of Jonas’ (= Simon, anak Yonas). NIV: ‘Simon, son of John’ (= Simon, anak Yohanes). Bdk. Mat 16:17 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”. Di sini, dan juga dalam Yoh 1:42, ia disebut ‘Simon anak Yohanes’, tetapi dalam Mat 16:17 ia disebut ‘Simon bin Yunus’. Apakah bagian-bagian ini bertentangan / kontradiksi? Sebetulnya tidak, karena dalam Mat 16:17 itu kata yang diterjemahkan ‘bin Yunus’ adalah BARIONA, dimana kata BAR berarti ‘bin’ (= anak dari), sedangkan kata IONA merupakan singkatan dari nama ‘Yohanes’, ayah Simon. Jadi, kata ‘Yunus’ itu sebetulnya salah terjemahan. b) ‘apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini’. NIV/NASB: ‘more than these’ (= lebih dari ini). Kata ‘these’ ini bisa menunjuk kepada ikan-ikan dan pekerjaan menjala ikan, atau kepada para murid yang lain. Jadi pertanyaan ini mempunyai 3 kemungkinan arti: 1. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari perahu, jala, seluruh pekerjaan memancing ini? 2. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi murid-muridKu yang lain? 3. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada murid-murid yang lain mengasihi Aku? Matthew Henry: “Those do not love Christ aright that do not love him better than the best friend they have in the world, and make it to appear whenever they stand in comparison or in competition. Or, ‘more than thou lovest these things, these boats and nets - more than all the pleasure of fishing, which some make a recreation of - more than the gain of fishing, which others make a calling of.’ Those only love Christ indeed that love him better than all the delights of sense and all the profits of this world. ... So Dr. Whitby” (= Mereka tidak mengasihi Kristus dengan benar jika mereka tidak mengasihi Dia lebih dari teman terbaik yang mereka punyai di dunia ini, dan membuatnya tampak / kelihatan pada waktu kedua hal itu diperbandingkan atau dipertandingkan. Atau, ‘lebih dari engkau mengasihi hal-hal ini, perahu dan jala ini - lebih dari semua kesenangan memancing / menjala, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai rekreasi - lebih dari keuntungan dari memancing / menjala, yang sebagian orang membuatnya sebagai pekerjaan’. Memang mereka hanya mengasihi Kristus jika mereka mengasihi Dia lebih dari semua kesenangan dan semua keuntungan dunia ini. ... Demikianlah Dr. Whitby). Tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa arti ketigalah yang dimaksudkan, mengingat bahwa dulu ia menganggap diri lebih dari yang lain (Mat 26:33). Sekarang ia tidak lagi berani bersikap demikian, karena ia hanya menjawab tanpa membandingkan kasihnya dengan kasih dari murid-murid yang lain: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’. Barnes’ Notes: “The word ‘these’ may be in the neuter gender, and refer to ‘these things’ - his boat, his fishing utensils, and his employments; or it may be in the masculine, and refer to the apostles. In the former sense it would mean, ‘Lovest thou me more than thou lovest these objects? Art thou now willing, from love to me, to forsake all these, and go and preach my gospel to the nations of the earth?’ In the other sense, which is probably the true sense, it would mean, ‘Lovest thou me more than these other apostles love me?’ In this question Jesus refers to the profession of superior attachment to him which Peter had made before his death - Matt. 26:33” (= Kata ‘these’ bisa ada dalam jenis kelamin netral, dan menunjuk kepada ‘hal-hal ini’ - perahunya, peralatan memancingnya, dan pekerjaannya; atau kata itu bisa ada dalam jenis kelamin laki-laki, dan menunjuk kepada rasul-rasul. Dalam arti yang pertama artinya adalah: ‘Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi benda-benda ini? Apakah engkau mau, dari kasih kepadaKu, untuk meninggalkan semua ini, dan pergi dan memberitakan InjilKu kepada bangsa-bangsa di bumi?’. Dalam arti yang satunya, yang mungkin merupakan arti yang benar, itu berarti: ‘Apakah engkau mengasihiKu lebih dari pada rasul-rasul yang lain ini mengasihiKu?’. Dalam pertanyaan ini Yesus menunjuk pada pengakuan kasih yang lebih tinggi kepadaNya yang Petrus buat sebelum kematianNya - Mat 26:33). Bdk. Mat 26:33 - “Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’”. Wycliffe Bible Commentary: “Some understand ‘these’ to refer to the paraphernalia of fishing. If this were so, Peter could have answered without any evasion and without the use of a different word for ‘love’ than Jesus used. The very fact that Jesus probed Peter’s love in the presence of his brethren suggests that the others were involved. Peter had boasted that he would remain loyal even if the others did not (Mk 14:29)” [= Sebagian orang menganggap bahwa kata ‘these’ menunjuk kepada perlengkapan memancing / menjala. Seandainya ini yang dimaksudkan, Petrus bisa menjawab tanpa menghindar dan tanpa menggunakan kata yang berbeda untuk ‘mengasihi’ dari pada kata yang digunakan oleh Yesus. Fakta bahwa Yesus memeriksa / menyelidiki kasih Petrus di depan saudara-saudaranya menunjukkan bahwa mereka terlibat. Petrus pernah membanggakan bahwa ia akan tetap setia sekalipun yang lain tidak (Mark 14:29)]. Mark 14:29 - “Kata Petrus kepadaNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.’”. Ada 2 hal yang perlu dijelaskan dari kata-kata penafsir ini: • Yang ia maksudkan dengan ‘menghindar’ adalah bahwa dalam jawabannya Petrus menghindari perbandingan. Jadi, ia tidak mengatakan, ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau lebih dari mereka’. Penghindaran ini pasti tidak dibutuhkan seandainya Yesus memang membandingkan kasih Petrus kepadaNya dengan kasih Petrus pada pekerjaan memancing. • Kata Yunani untuk ‘mengasihi’ yang digunakan oleh Yesus pada waktu bertanya, adalah AGAPAO, sedangkan kata Yunani yang digunakan oleh Petrus pada waktu menjawab adalah PHILEO. Ada penafsir-penafsir yang membedakan kedua kata ini dan mengatakan bahwa AGAPAO adalah jenis kasih yang lebih tinggi dari PHILEO, dan mereka berkata bahwa Petrus tak berani menggunakan kata AGAPAO. Penafsir di atas ini juga berpandangan demikian, dan ia menggunakan hal ini sebagai argumentasi. Seandainya Yesus bertanya dalam arti no 1. maka Petrus tak perlu menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan kata yang digunakan oleh Yesus. 2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”. a) Petrus tak berani membandingkan kasihnya kepada Yesus dengan kasih dari murid-murid yang lain kepada Yesus. Barnes’ Notes: “Peter now made no pretensions to love superior to his brethren. His sad denial had convinced him of the folly of that claim; but still he could appeal to the Searcher of the heart, and say that he knew that he loved him. Here is the expression of a humbled soul - soul made sensible of its weakness and need of strength, yet with evidence of true attachment to the Saviour. It is not the most confident pretensions that constitute the highest proof of love to Christ; and the happiest and best state of feeling is when we can with humility, yet with confidence, look to the Lord Jesus and say, ‘Thou knowest that I love thee.’” (= Sekarang Petrus tidak menganggap kasihnya lebih tinggi dari kasih saudara-saudaranya. Penyangkalannya yang menyedihkan telah meyakinkan dia tentang kebodohan dari claim tersebut; tetapi ia tetap dapat naik banding kepada Penyelidik hati, dan berkata bahwa Ia tahu bahwa ia mengasihiNya. Inilah ungkapan dari suatu jiwa yang telah direndahkan - jiwa yang menjadi sadar tentang kelemahannya dan kebutuhannya akan kekuatan, tetapi dengan bukti dari kasih yang sejati kepada sang Juruselamat. Bukan anggapan yang paling yakin yang merupakan bukti tertinggi dari kasih kepada Kristus; dan keadaan perasaan yang paling berbahagia dan terbaik adalah pada waktu kita bisa dengan rendah hati, tetapi dengan yakin, memandang kepada Tuhan Yesus dan berkata: ‘Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau’.). b) Untuk kata ‘mengasihi’ Petrus menggunakan kata Yunani PHILEO yang berbeda dengan kata ‘mengasihi’ yang Yesus gunakan pada waktu bertanya (AGAPAO). Banyak penafsir yang sangat membedakan kata AGAPAO (kata bendanya AGAPE), dengan kata PHILEO (kata bendanya PHILIA). A. T. Robertson: “Peter makes no claim here to superior love and passes by the ‘more than these’ and does not even use Christ’s word AGAPAOO for high and devoted love, but the humbler word FILEOO for love as a friend” (= Di sini Petrus tidak membuat claim tentang kasih yang lebih tinggi dan melewati ‘lebih dari ini’ dan bahkan tidak menggunakan kata dari Kristus AGAPAO untuk kasih yang tinggi dan penuh dedikasi, tetapi kata yang lebih rendah hati PHILEO untuk kasih sebagai seorang sahabat). A. T. Robertson: “These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved” (= Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan). Tetapi ada juga penafsir-penafsir, seperti Leon Morris (hal 871-873), F. F. Bruce (hal 405), dan penafsir dari Word Biblical Commentary, yang menganggap bahwa kedua kata ini tak terlalu berbeda artinya, mengingat: 1. Dalam LXX kedua kata itu digunakan secara interchangeable (dapat dibolak-balik). Contoh: dalam Kej 37:3 kasih Yakub kepada Yusuf digambarkan menggunakan kata AGAPAO, tetapi dalam Kej 37:4 hal yang sama digambarkan dengan kata PHILEO. Kej 37:3-4 - “(3) Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. (4) Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah”. 2. Kata AGAPAO tidak harus menunjuk kepada kasih Allah / kasih yang lebih tinggi dan sebagainya. Kata itu hanya menunjuk pada kasih yang lebih tinggi kalau kontextnya jelas menunjukkan hal itu. Dalam 2Tim 4:10 ‘kasih Demas kepada dunia’ digambarkan dengan kata AGAPAO, dan ini tidak mungkin menunjuk kepada kasih yang lebih tinggi / kasih Allah dan sebagainya. 2Tim 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”. 3. Yohanes sendiri menggunakan kedua kata itu secara interchangeable (dapat dibolak-balik) untuk menggambarkan: a. Dirinya sendiri sebagai ‘murid yang dikasihi Yesus’; dalam Yoh 13:23; 19:26; 21:7,20 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 20:2 ia menggunakan PHILEO. Leon Morris (NICNT): “Barrett reminds us that the Beloved Disciple is several times called o[n h]gapa and once o[n e]filei (20:2) and proceeds, ‘it is highly improbable that there were two ‘beloved disciples’, one loved in a rather better way than the other” [= Barrett mengingatkan kita bahwa Murid yang dikasihi beberapa kali disebut o[n h]gapa / HON EGAPA dan satu kali o[n e]filei / HON EPHILEI (20:2) dan melanjutkan: ‘adalah sangat tidak mungkin bahwa di sana ada 2 murid yang dikasihi, yang satu dikasihi dengan cara yang lebih baik dari pada yang lain] - hal 873 (footnote). b. Kasih Bapa kepada Anak; dalam Yoh 3:35 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 5:20 ia menggunakan PHILEO. Yoh 3:35 - “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya”. Yoh 5:20 - “Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran”. c. Kasih Allah kepada manusia; dalam Yoh 3:16 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 16:27 ia menggunakan PHILEO: Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Yoh 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”. d. Kasih Yesus kepada manusia; dalam Yoh 11:3 ia menggunakan PHILEO, sedangkan dalam Yoh 11:5 ia menggunakan AGAPAO: Yoh 11:3,5 - “(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.’ ... (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus”. e. Kasih manusia kepada manusia; dalam Yoh 13:34 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 15:19 ia menggunakan PHILEO: Yoh 13:34 - “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”. Yoh 15:19 - “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”. Catatan: yang ini rasanya kurang cocok, karena Yoh 15:19 mempersoalkan kasih dari orang-orang dunia. f. Kasih manusia kepada Yesus; dalam Yoh 8:42 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 16:27 ia menggunakan PHILEO: Yoh 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”. Yoh 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”. Sebagai tambahan argumentasi, perhatikan komentar F. F. Bruce dan Word Biblical Commentary di bawah ini. F. F. Bruce: “Stylistically, this interchange between the Lord and his disciple is interesting because of the use of synonyms. Two words for ‘love’ are used (agapao and phileo), two words for tending the flock (bosko and poimaino), two for the flock itself (arnia and probatia) and two for ‘know’ (oida and ginosko). This interplay of synonyms is a feature of the writer’s Greek; it can hardly represent a comparable variation of vocabulary in the language which Jesus and Peter probably spoke” [= Dalam hal gaya, percakapan antara Tuhan dan muridNya ini menarik karena penggunaan sinonim / kata-kata yang sama artinya. Dua kata untuk ‘mengasihi’ digunakan (AGAPAO dan PHILEO), dua kata untuk ‘menggembalakan’ kawanan domba (BOSKO dan POIMAINO), dua kata untuk ‘kawanan domba’ itu sendiri (ARNIA dan PROBATIA) dan dua kata untuk ‘tahu’ (OIDA dan GINOSKO). Sinonim-sinonim yang saling mempengaruhi ini merupakan suatu ciri / keistimewaan dari bahasa Yunani sang penulis; itu tidak bisa menunjukkan variasi perbendaharaan kata yang sama dalam bahasa yang mungkin digunakan oleh Yesus dan Petrus] - hal 404. Bagian yang saya garis bawahi itu mungkin berarti bahwa dalam pembicaraan asli antara Yesus dan Petrus, yang mungkin dilakukan dalam bahasa Aramaic, tidak akan ada penggunaan sinonim-sinonim seperti yang digunakan oleh Yohanes pada waktu menuliskannya dalam bahasa Yunani. Hal yang kurang lebih sama dinyatakan oleh Word Biblical Commentary, yang berkata sebagai berikut: “Bernard examined the use of the two verbs in the Fourth Gospel and concluded that whatever distinction they may have had elsewhere, in the Gospel they are synonymous. Both terms are used of God’s love for man (3:16; 16:27), of the Father’s love for the Son (3:35; 5:20), of Jesus’ love for men (11:5; 11:3), of the love of men for men (13:34; 15:19), and of the love of men for Jesus (8:42; 16:27). ... So also in vv 15–17, apart from the use of the two verbs for love, we find two verbs used for the shepherd’s care for his sheep, ... and two or even three nouns for the sheep, ... It is difficult to believe that the author intended any distinction of meaning in these varied verbs and nouns; the same applies to the two verbs for love” [= Bernard memeriksa penggunaan dari kedua kata kerja dalam Injil keempat dan menyimpulkan bahwa apapun perbedaan yang dipunyai oleh kedua kata kerja itu di tempat lain, dalam Injil ini kedua kata kerja itu sinonim. Kedua istilah itu digunakan untuk kasih Allah kepada manusia (3:16; 16:27), untuk kasih Bapa kepada Anak (3:35; 5:20), untuk kasih Yesus kepada manusia (11:5; 11:3), untuk kasih manusia kepada manusia (13:34; 15:19), dan untuk kasih manusia kepada Yesus (8:42; 16:27). ... Demikian juga dalam ay 15-17, terpisah dari penggunaan dari dua kata kerja untuk kasih, kita mendapatkan dua kata kerja digunakan untuk pemeliharaan / perhatian gembala kepada domba-dombanya, ... dan dua atau bahkan tiga kata benda untuk domba, ... Adalah sukar untuk percaya bahwa sang pengarang memaksudkan perbedaan arti apapun dalam kata-kata kerja dan kata-kata benda yang bervariasi ini; dan hal yang sama berlaku terhadap kedua kata kerja untuk ‘mengasihi’]. Saya berpendapat argumentasi ini kuat sekali. Pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘menggembalakan’, dan 2 kata benda untuk ‘domba’, dan 2 kata kerja untuk ‘tahu / mengetahui’, rasanya kita tidak mungkin menafsirkan adanya perbedaan arti antara kata-kata tersebut (sekalipun memang ada penafsir-penafsir yang melakukan pembedaan seperti itu). Jadi, pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘mengasihi’ kita juga tidak boleh menafsirkan adanya perbedaan arti dari kedua kata tersebut. William Hendriksen (hal 494-500, footnote) memberikan penjelasan yang sangat banyak, mendalam, dan mendetail dalam persoalan ini, dan ia menyimpulkan bahwa ada sedikit perbedaan antara AGAPAO dan PHILEO tersebut. 3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”. a) ‘domba-dombaKu’. 1. Perhatikan kata ‘Ku’. Pulpit Commentary: “Let the pastor ever remember that the sheep are not his own, but Christ’s. Although he is the shepherd, the provider, and the feeder, yet he is not the owner. Their owner is Christ” (= Hendaklah setiap pendeta selalu ingat bahwa domba-domba itu bukanlah miliknya sendiri, tetapi milik Kristus. Sekalipun ia adalah gembala, penyedia / pemelihara, dan pemberi makan, tetapi ia bukanlah pemilik. Pemilik mereka adalah Kristus) - hal 525. Orang kristen bukan domba milik pendeta, tetapi domba milik Kristus. Jadi kata-kata ‘pendeta itu mencuri domba-dombaku’ yang sering diucapkan oleh banyak pendeta, merupakan sesuatu yang ngawur! Banyak pendeta yang buka gereja seperti buka warung, karena mereka menganggap pendeta / gereja lain (yang benar) sebagai saingan, bukan sebagai rekan sekerja. Mereka tak peduli kalau ada tempat ibadah agama lain yang dibuka, atau kalau ada night club, bar dsb, yang dibuka, tetapi mereka marah kalau ada gereja baru dibuka di dekat gereja mereka. Pendeta-pendeta seperti ini perlu mencamkan bagian ini! Mereka bukan pemilik domba. Kristuslah pemilik domba. Kalau domba pindah gereja dari gereja mereka ke gereja lain, tetapi tetap ikut Kristus, itu sebetulnya bukan masalah. 2. Kata ‘domba’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ARNIA. A. T. Robertson: “ARNIA is a diminutive of ARNOS (lamb)” [= Kata ARNIA adalah bentuk lebih kecil dari kata ARNOS (domba kecil)] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321. Jadi, kata yang diterjemahkan ‘domba’ di sini secara hurufiah berarti ‘lambs’ (= anak-anak domba / domba-domba kecil). Pulpit Commentary menekankan perbedaan ini dan menekankan perlunya memperhatikan dan memberi makan petobat-petobat baru dan anak-anak kecil dalam gereja. Tetapi saya sangat meragukan apakah perbedaan itu harus ditekankan seperti ini. b) Setelah menanyakan tentang kasih Petrus kepadaNya, baru Kristus menyuruh dia untuk menggembalakan domba-dombaNya. Ini menunjukkan bahwa: 1. Kasih kepada Kristus mempunyai konsekwensi. Barclay: “We must note what love brought Peter. (a) It brought him a task. ‘If you love me,’ Jesus said, ‘then give your life to shepherding the sheep and the lambs of my flock.’ We can prove that we love Jesus only by loving others. Love is the greatest privilege in the world, but it brings the greatest responsibility. (b) It brought Peter a cross. ... Love always involves responsibility, and it always involves sacrifice. We do not really love Christ unless we are prepared to face his task and take up his Cross” [= Kita harus memperhatikan apa yang dibawa oleh kasih itu kepada Petrus. (a) Kasih itu membawa suatu tugas kepadanya. ‘Jika engkau mengasihi Aku’, kata Yesus, ‘maka berikanlah hidupmu untuk menggembalakan domba-domba dan anak-anak domba dari kawanan dombaKu’. Kita bisa membuktikan bahwa kita mengasihi Kristus, hanya dengan kita mengasihi orang-orang lain. Kasih merupakan hak terbesar dalam dunia ini, tetapi itu membawa tanggung jawab yang terbesar. (b) Kasih itu membawa salib kepada Petrus. ... Kasih selalu melibatkan tanggung jawab, dan kasih selalu melibatkan pengorbanan. Kita tidak sungguh-sungguh mengasihi Kristus kecuali kita siap untuk menghadapi tugasNya dan memikul salibNya] - hal 286. 2. Kasih kepada Kristus merupakan syarat mutlak bagi seorang gembala / pendeta. Leon Morris (NICNT): “the one thing about which Jesus questions Peter prior to commissioning him to tend the flock is love. This is the basic qualification for Christian service. Other qualities may be desirable but love is completely indispensable (cf. 1Cor. 13:1-3)” [= satu hal tentang mana Yesus menanyai Petrus sebelum menugaskannya untuk mengurus / merawat / memelihara kawanan domba adalah kasih. Ini merupakan persyaratan dasar untuk pelayanan Kristen. Kwalitet-kwalitet yang lain bisa diinginkan / diperlukan tetapi kasih merupakan sesuatu yang sepenuhnya diperlukan secara mutlak (bdk. 1Kor 13:1-3)] - hal 875. Catatan: kasih yang dibicarakan di sini adalah kasih kepada Yesus, sedangkan kasih yang dibicarakan dalam 1Kor 13 sebetulnya merupakan kasih kepada sesama (ini terlihat dengan jelas kalau saudara membaca 1Kor 13:4-7). Jadi sebetulnya tidak cocok kalau di sini digunakan 1Kor 13:1-3. Tetapi pada sisi yang lain, memang kasih kepada Allah / Yesus berhubungan dengan kasih kepada sesama. Calvin: “By these words Christ means that no man can faithfully serve the Church, and employ himself in feeding the flock, if he do not look higher than to men. First, the office of feeding is in itself laborious and troublesome; since nothing is more difficult than to keep men under the yoke of God, among whom there are many who are weak, others who are wanton and unsteady, others who are dull and sluggish, and others who are slow and unteachable. Satan now brings forward as many causes of offence as he can, that he may destroy or weaken the courage of a good pastor. In addition to this, we must take into account the ingratitude of many and other causes of disgust. No man, therefore, will steadily persevere in the discharge of this office, unless the love of Christ shall reign in his heart, in such manner that forgetful of himself and devoting entirely to Christ, he overcomes every obstacle” (= Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa tidak ada orang yang bisa dengan setia melayani Gereja, dan bekerja dalam pemberian makan kawanan domba, jika ia tidak melihat lebih tinggi dari pada kepada manusia. Pertama, tugas pemberian makan itu sendiri sulit / membutuhkan banyak tenaga dan menyusahkan; karena tidak ada yang lebih sukar dari pada menjaga / memelihara / menahan manusia di bawah kuk dari Allah, diantara mana ada banyak yang lemah, dan yang lain yang ceroboh / sembarangan dan tidak stabil / mudah terombang-ambing, dan yang lain lagi yang bodoh dan tak bersemangat, dan yang lain lagi yang lamban dan tak bisa diajar. Setan mengajukan hal-hal yang menyakitkan hati / menyandungi sebanyak yang ia bisa, supaya ia bisa menghancurkan atau melemahkan keberanian / keteguhan hati / semangat dari seorang gembala / pendeta yang baik. Sebagai tambahan terhadap hal ini, kita harus memperhitungkan sikap tidak tahu terima kasih dari banyak orang dan penyebab-penyebab ketidak-senangan yang lain. Karena itu, tidak ada orang yang akan bertekun secara stabil dalam pelaksanaan tugas ini, kecuali kasih kepada Kristus bertakhta dalam hatinya, dengan cara sedemikian rupa sehingga dengan melupakan dirinya sendiri dan sepenuhnya membaktikan diri kepada Kristus, ia mengatasi setiap rintangan) - hal 288. Sekalipun hal ini terutama berlaku untuk pendeta / gembala, tetapi saya percaya ini juga berlaku untuk guru-guru Sekolah Minggu, dan pelayan-pelayan Tuhan yang lain. Ingat juga bahwa sebetulnya setiap orang kristen mempunyai tugas penggembalaan, yaitu tugas untuk mengarahkan dan mendorong dan bahkan mengajar orang-orang kristen lain di sekitarnya ke arah yang benar. Sedangkan bagi orang-orang yang menyesatkan, Yesus memberikan ancaman yang mengerikan bagi mereka. Bdk. Mat 18:6 - “‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”. Kata ‘barangsiapa’ ini jelas mencakup semua orang. Dan ‘menyesatkan’ bisa dilakukan dengan: • mengajarkan ajaran sesat. • tidak ‘menjaga mimbar’ dari ajaran sesat dan nabi-nabi palsu. • tindakan kita yang berdosa, yang menjadi batu sandungan bagi orang-orang sehingga tersesat. • dengan membiarkan saja seseorang yang sedang tersesat. Matthew Henry: “Before Christ would commit his sheep to his care, he asked him, Lovest thou me? Christ has such a tender regard to his flock that he will not trust it with any but those that love him, and therefore will love all that are his for his sake” (= Sebelum Kristus menyerahkan domba-dombaNya kepada pemeliharaannya, Ia menanyainya, Apakah engkau mengasihi Aku? Kristus mempunyai perhatian / perasaan yang begitu lembut kepada kawanan dombaNya sehingga Ia tidak akan mempercayakannya kepada siapapun kecuali mereka yang mengasihi Dia, dan karena itu akan mengasihi semua yang adalah milikNya demi Dia). Mungkin saudara bertanya: ‘Lalu mengapa ada nabi-nabi palsu yang diikuti banyak orang? Mengapa Kristus membiarkan domba-dombaNya berada dalam bimbingan nabi-nabi palsu?’. Saya menjawab: ‘Mereka bukan domba-domba. Kalau mereka mengikuti nabi palsu, mereka adalah kambing-kambing’. Mereka tidak mencari kebenaran, sehingga Kristus membiarkan mereka untuk disesatkan. 3. Kristus tetap adalah Gembala yang sesungguhnya dari gereja / orang-orang kristen. Calvin: “Christ is the only ‘Pastor’ or ‘Shepherd’ of the Church. ... But because he employs the agency of men in preaching doctrine, he conveys to them also his own name, or, at least, shares it with them. Those men, therefore, are reckoned to be ‘Pastors’ in the sight of God, who governs the Church by the ministry of the word under Christ, who is their Head” (= Kristus adalah satu-satunya ‘Pendeta’ atau ‘Gembala’ dari Gereja. ... Tetapi karena Ia menggunakan perantara manusia dalam memberitakan ajaranNya, Ia juga memberikan kedudukanNya sendiri kepada mereka, atau sedikitnya, membaginya dengan mereka. Karena itu, orang-orang itu dianggap sebagai ‘Pendeta-pendeta’ dalam pandangan Allah, yaitu mereka yang memerintah Gereja oleh pelayanan firman di bawah Kristus, yang adalah Kepala mereka) - hal 289-290. Bandingkan dengan: • 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”. • 1Pet 5:4 - “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu”. KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the Chief Shepherd’ (= Gembala Kepala). 4. Pelayanan yang dilakukan oleh pendeta / gembala hanya akan berbuah dalam diri orang-orang pilihan. Tetapi perlu diingat 2 hal ini: • kita tidak bisa membedakan orang pilihan dan orang-orang non pilihan, dan karena itu kita harus melayani semua orang. • Tuhan bisa mempertobatkan seseorang yang kelihatan sebagai binatang buas sehingga menjadi domba. Calvin: “Christ does not give to Peter and others the office of feeding all sorts of persons, but only his sheep or his lambs. He elsewhere describes who they are whom he reckons to belong to his flock. My sheep, says he, hear my voice, and follow me; they hear not the voice of a stranger, (John 10:5,27.) True, faithful teachers ought to endeavour to gather all to Christ; and as they cannot distinguishes between sheep and wild beasts, they ought to try by all methods if they can tame those who resemble wolves rather than sheep. But after having put forth their utmost efforts, their labour will be of no avail to any but the elect sheep” [= Kristus tidak memberi Petrus dan yang lain tugas memberi makan semua jenis manusia, tetapi hanya domba-domba dan anak-anak dombaNya. Di tempat lain Ia menggambarkan siapa yang Ia anggap termasuk dalam kawanan dombaNya. Domba-dombaKu, kataNya, mendengar suaraKu, dan mengikut Aku; mereka tidak mendengar / mengikuti suara dari orang asing, (Yoh 10:5,27). Guru-guru yang sejati dan setia harus berusaha untuk mengumpulkan semua kepada Kristus; dan karena mereka tidak bisa membedakan antara domba dan binatang liar, mereka harus mencoba dengan semua metode jika mereka bisa menjinakkan mereka yang lebih menyerupai serigala dari pada domba. Tetapi setelah mengusahakan usaha mereka yang sepenuhnya, jerih payah mereka akan sia-sia bagi siapapun kecuali bagi domba-domba pilihan] - hal 291. Calvin: “Again, we are taught by this passage, that none can be fed to salvation by the doctrine of the Gospel but those who are mild and teachable; for it is not without reason that Christ compares his disciples to lambs and sheep; but it must also be observed that the Spirit of God tames those who by nature were bears or lions” (= Lagi-lagi, kita diajar oleh text ini, bahwa tidak seorangpun bisa diberi makan kepada keselamatan oleh ajaran dari Injil kecuali mereka yang lembut dan bisa diajar; karena bukan tanpa alasan bahwa Kristus membandingkan murid-muridNya dengan anak-anak domba dan domba-domba; tetapi juga harus diperhatikan bahwa Roh Allah menjinakkan mereka yang secara alamiah adalah beruang-beruang dan singa-singa) - hal 219. 5. Penafsiran Gereja Roma Katolik tentang text ini dan serangan terhadapnya. Gereja Roma Katolik menganggap bagian ini sebagai dasar untuk mendukung kepausan mereka. Mereka berkata bahwa kepada Petrus, dan bukan kepada yang lain, hal ini diucapkan oleh Yesus. Calvin mengatakan bahwa hal ini diucapkan oleh Yesus kepada Petrus, untuk mengembalikan Petrus pada kerasulan. Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 x, dan itu sebetulnya menjadikan ia tidak layak untuk tetap menjadi rasul. Tetapi Kristus ingin mengembalikan Petrus kepada jabatannya, atau mempertahankan Petrus dalam jabatannya. Karena itu maka Yesus juga bertanya 3 x kepada dia: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’. Calvin menambahkan: “Besides, nothing was given to Peter by these words, that is not also given to all the ministers of the Gospel” (= Disamping itu, tidak ada yang diberikan kepada Petrus oleh kata-kata ini, yang tidak juga diberikan kepada semua pelayan-pelayan dari Injil) - hal 290. Calvin: “In vain, therefore, do the Papists maintains that he holds the highest rank, because he alone is specially addressed; and, granting that some special honour was conferred on him, how, I ask, will they prove from this that he has been elevated to the primacy? Though he were the chief among the apostles, does it thence follow that he was the universal bishop of the whole world? To this it must be added, that all that Peter received does not belong to the Pope any more than to Mahomet; for on what ground does he claim to be Peter’s heir, and what man of sound understanding will admit that Christ here bestows on him any hereditary right? Yet he wishes to be reckoned Peter’s successor: I wish he were so. None of us hinders him from loving Christ, and from taking care to feed his flock; but to take no concern about loving Christ, and to throw aside the office of feeding, and then to boast of being Peter’s successor, is excessively foolish and absurd” [= Karena itu, secara sia-sia para pengikut Paus mempertahankan bahwa ia (Petrus) memegang kedudukan tertinggi, karena hanya kepadanya hal ini ditujukan secara khusus; dan, andaikata memang suatu kehormatan khusus diberikan kepadanya, bagaimana, saya bertanya, mereka akan membuktikan dari hal ini bahwa ia telah ditinggikan kepada kedudukan tertinggi? Andaikatapun ia adalah kepala dari rasul-rasul, apakah itu membuktikan bahwa ia adalah uskup universal dari seluruh dunia? Kepada hal ini harus ditambahkan, bahwa semua yang diterima Petrus tidak merupakan milik dari Paus sama seperti itu tidak merupakan milik dari Mohammad; karena atas dasar apa ia mengclaim untuk menjadi pewaris Petrus, dan orang mana dengan pengertian yang sehat mau mengakui bahwa di sini Kristus memberikan kepadanya hak pewaris? Tetapi ia ingin dianggap sebagai pengganti Petrus: saya ingin ia memang demikian. Tidak seorangpun dari kita menghalanginya untuk mengasihi Kristus, dan dari perhatian untuk memberi makan kawanan dombaNya; tetapi kalau ia tidak peduli tentang mengasihi Kristus, dan mengesampingkan tugas memberi makan, dan lalu membanggakan diri sebagai pengganti Petrus, itu merupakan sesuatu yang sangat tolol dan menggelikan] - hal 290-291. Ada yang Calvin katakan memang benar. Text ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa Petrus dijadikan penguasa Gereja yang tertinggi di seluruh dunia. Dan para paus itu sama sekali tak mempunyai dasar untuk mengatakan bahwa mereka adalah pengganti Petrus. Lebih-lebih, mereka sama sekali tidak mengasihi Kristus, dan mereka tidak memberi makan domba-domba Kristus, karena mereka mengajarkan penyesatan, membuang Injil dari ajaran mereka, mengajarkan Injil yang berbeda, dan sebagainya. Word Biblical Commentary: “In 1 Pet 2:25 Jesus is said to be ‘the Shepherd and Bishop of your souls’; in context this denotes Jesus as the one who gave his life for the sheep and cares for them in the present. In the hortatory part of the letter (5:2) Peter as ‘a fellow elder’ (= bishop, pastor) appeals to the elders: ‘Shepherd the flock of God that is among you’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), so virtually citing the words of the risen Lord to him, ‘Shepherd my sheep’ (poivmaine ta; provbatav mou). By way of expounding his meaning he adds, ‘Watch over it (ejpiskopou`nte"), not because you have to, but willingly … not acting as lords over God’s people (tw`n klhvrwn), but becoming examples to the flock’ (1 Pet 5:3). A similar charge by Paul to the elders of Ephesus is recorded in Acts 20:28: ‘Keep watch over yourselves and over all the flock (poivmnion) of which the Holy Spirit has made you guardians (ejpiskovpou") to shepherd the Church of the Lord’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Both passages speak in the same manner as the risen Lord spoke to Peter on restoring him to fellowship and to the service of pastor. The verbs are the same, poimaivnw or variants of it; the scope of the ministry is the same - ‘my lambs, my sheep … the flock of God, the Church of the Lord.’ There is no formal difference of meaning in the language by which the risen Lord confirmed Peter in his calling to be a shepherd of his sheep from that by which Peter and Paul exhorted the pastor-elders to fulfill their calling as shepherds of the flock of God in 1 Pet 5:1–3 and Acts 20:28” [= Dalam 1Pet 2:25 Yesus dikatakan sebagai ‘Gembala dan Uskup dari jiwamu’ (KJV): dalam kontextnya ini menunjukkan Yesus sebagai seseorang yang telah memberikan nyawaNya untuk domba-domba dan memperhatikan / memelihara mereka pada saat ini. Dalam bagian yang menguatkan / memberi nasehat dari suratnya (5:2) Petrus sebagai ‘sesama penatua’ (= uskup, pendeta / gembala) meminta kepada para penatua: ‘Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), dengan begitu benar mengutip kata-kata Tuhan yang bangkit kepadanya, ‘Gembalakanlah domba-dombaKu’ (poivmaine ta; provbatav mou). Untuk menjelaskan maksudnya ia menambahkan: ‘Berjaga-jagalah atasnya (ejpiskopou`nte"), jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela ... tidak bertindak sebagai tuan atas umat Allah (tw`n klhvrwn), tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba itu’ (1Pet 5:3). Suatu tugas yang serupa yang diberikan oleh Paulus kepada para penatua dari Efesus dicatat dalam Kis 20:28: ‘Jagalah dirimu sendiri dan seluruh kawanan (poivmnion), terhadap siapa Roh Kudus telah membuat engkau penjaga-penjaga / penilik-penilik (ejpiskovpou") untuk menggembalakan Gereja Tuhan’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Kedua text berbicara dengan cara yang sama seperti Tuhan yang bangkit berbicara kepada Petrus pada waktu memulihkan dia kepada persekutuan dan kepada pelayanan gembala. Kata-kata kerjanya sama, poimaivnw atau variasinya; bidang / jangkauannya sama - ‘anak-anak dombaKu, domba-dombaKu ... kawanan domba Allah, Gereja Tuhan’. Tidak ada perbedaan arti yang hakiki dalam bahasa / kata-kata dengan mana Tuhan yang bangkit meneguhkan Petrus dalam panggilannya sebagai seorang gembala dari domba-dombaNya dari bahasa / kata-kata dengan mana Petrus dan Paulus mendesak pendeta-tua-tua untuk menggenapi panggilan mereka sebagai gembala-gembala dari kawanan domba Allah dalam 1Pet 5:1-3 dan Kis 20:28]. Catatan: • Bagian yang saya garis bawahi itu merupakan bagian yang diperdebatkan keasliannya; ada manuscripts yang tidak mempunyai kata itu. Tetapi kelihatannya kebanyakan penafsir menerima bagian ini. • 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”. Di sini Kristus disebut sebagai ‘gembala’ dan ‘pemelihara’ jiwa. Untuk kata ‘gembala’ tidak ada problem, tetapi kata ‘pemelihara’ sebetulnya kurang tepat terjemahannya. KJV: ‘Bishop’ (= Uskup). RSV/NASB: ‘Guardian’ (= Penjaga). NIV: ‘Overseer’ (= Pengawas / penilik). • Untuk Kis 20:28, memang ada 2 macam manuscripts; ada yang menuliskan ‘gereja Tuhan’ dan ada yang menuliskan ‘Gereja Allah’. Tetapi boleh dikatakan semua versi mengambil ‘gereja Allah’. Tetapi dalam pembahasan di sini, hal ini tak berpengaruh. • 1Pet 5:1-3 - “(1) Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. (2) Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (3) Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”. • Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”. • Maksud dari penafsir ini adalah: kata-kata yang digunakan oleh Yesus kepada Petrus dalam Yoh 21:15-17 ini tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Petrus dalam memberikan nasehat kepada para penatua dalam 1Pet 5:1-3, dan juga tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Paulus dalam menasehati tua-tua Efesus dalam Kis 20:28. Karena itu jelas bahwa pengucapan kata-kata seperti itu kepada Petrus dalam Yoh 21:15-17 ini tidak menunjukkan bahwa ia diangkat menjadi penguasa tertinggi gereja universal. Ay 16: “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”. 1) “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’”. Di sini Yesus membuang perbandingan (kata-kata ‘more than these’ / ‘lebih dari ini’), tetapi Ia tetap menggunakan kata ‘mengasihi’ yang sama dengan yang Ia gunakan dalam ay 15, yaitu AGAPAO. 2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”. Di sini Petrus tetap menggunakan kata PHILEO, bukan AGAPAO. 3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”. Kata Yunani yang diterjemahkan ‘domba’ di sini berbeda dengan kata Yunani yang digunakan dalam ay 15. Kalau dalam ay 15 digunakan kata Yunani ARNIA, maka dalam ay 16 ini digunakan kata Yunani PROBATIA. A. T. Robertson mengatakan (hal 321) bahwa kata ARNIA merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani ARNOS (= sheep / domba), sedangkan kata PROBATIA ini merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani PROBATON (= sheep / domba). Jadi, terjemahan hurufiah di sini seharusnya tetap sama dengan pada ay 15, yaitu ‘lamb’ (= anak domba / domba kecil). Dalam ay 17, juga digunakan kata Yunani yang sama dengan dalam ay 16 ini. Tetapi A. T. Robertson juga mengatakan (hal 321) bahwa dalam ay 16 dan ay 17 ada banyak manuscripts yang menuliskan PROBATA (= sheep / domba-domba), bukan PROBATIA (= lambs / domba-domba kecil) Leon Morris (NICNT): “The word rendered ‘sheep’ in ARV is actually a diminutive and strictly speaking means ‘lambs’ ... But it is so often used without diminutive force that it is impossible to quarrel with the translation ‘sheep’. However, it is equally impossible to maintain that there is a change of meaning” [= Kata yang diterjemahkan ‘sheep’ (= domba) dalam ARV sebetulnya merupakan suatu kata yang menunjuk pada sesuatu yang lebih kecil, dan secara ketat berarti ‘lamb’ (= anak domba / domba kecil) ... Tetapi kata itu begitu sering digunakan tanpa arti yang menunjukkan ‘lebih kecil’ sehingga adalah tidak mungkin untuk bertengkar mengenai terjemahan ‘sheep’ / ‘domba’. Bagaimanapun, adalah sama tidak mungkinnya untuk mempertahankan bahwa di sana ada perubahan arti] - hal 874. Ay 17: “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”. 1) “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’”. a) Pada kali yang ke 3 ini Yesus menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan yang Ia gunakan pada kali pertama dan kedua. Sekarang Ia menggunakan PHILEO. Orang-orang yang menganggap AGAPAO lebih tinggi dari PHILEO, mengatakan tadi Yesus mempertanyakan kasih yang lebih tinggi, tetapi sekarang, kasih yang lebih rendahpun dipertanyakan. A. T. Robertson: “This time Jesus picks up the word FILEOO used by Peter and challenges that. These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved. Peter was cut to the heart ... because Jesus challenges this very verb, and no doubt the third question vividly reminds him of the three denials in the early morning by the fire” (= Kali ini Yesus mengambil kata PHILEO yang digunakan oleh Petrus dan mempertanyakannya. Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan. Petrus tertusuk hatinya ... karena Yesus mempertanyakan kata kerja ini, dan tak diragukan pertanyaan yang ketiga secara jelas / menyolok mengingatkan dia tentang tiga penyangkalan pada pagi hari dekat api unggun) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321. Tetapi di atas telah saya bahas alasan untuk menolak perbedaan arti dari PHILEO dan AGAPAO di sini. b) Adanya 3 x pertanyaan ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ jelas menunjuk kepada 3 x penyangkalan yang dilakukan oleh Petrus. Pulpit Commentary: “There is no positive reference to the denial and fall of Peter; but the implication and suggestion cannot be hidden, ... The circumstance that Peter was ‘grieved’ because the Lord put this question to him a third time makes the reference very little less than explicit” (= Tidak ada hubungan positif / explicit dengan penyangkalan dan kejatuhan Petrus, tetapi maksud / pengertian dan kesannya tidak bisa disembunyikan, ... Keadaan dimana Petrus menjadi sedih karena Tuhan mengajukan pertanyaan kepadanya untuk ke 3 x nya membuat hubungan yang sedikit lebih rendah dari explicit) - hal 505. c) Adanya 3 x pertanyaan yang serupa menunjukkan kerasnya ujian / testing yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus dalam persoalan kasih Petrus kepadaNya. Pulpit Commentary: “It was proper that Peter’s love should be severely tried. ... He denied Christ thrice, and thrice was the question of love put to him. A damaged vessel must be well examined and repaired before being sent to sea again” (= Adalah benar bahwa kasih Petrus diuji dengan keras. ... Ia menyangkal Kristus 3 x, dan 3 x pertanyaan tentang kasih diajukan kepadanya. Suatu kapal yang rusak harus diperiksa dan diperbaiki dengan baik sebelum dikirim ke laut lagi) - hal 524. Calvin: “Peter undoubtedly did not perceive the object which Christ had in view, in putting the same question so frequently; and therefore he thinks that he is indirectly accused, as if he had not answered with sincerity. ... Peter was not yet sufficiently aware how deeply the love of Christ must be engraven on the hearts of those who have to struggle against innumerable difficulties. ... Those who are to undertake the charge of governing the Church are also taught, in his person, not to examine themselves slightly, but to make a thorough scrutiny what zeal they possess, that they may not shrink or faint in the middle of their course” (= Petrus tak diragukan tidak mengerti tujuan yang dipunyai oleh Kristus dengan mengajukan pertanyaan yang sama begitu sering; dan karena itu ia mengira bahwa ia dituduh secara tidak langsung, seakan-akan ia tidak menjawab dengan tulus. ... Petrus belum sadar betapa dalamnya kasih kepada Kristus harus diukirkan pada hati mereka yang harus bergumul dengan kesukaran-kesukaran yang tak terhitung banyaknya. ... Mereka yang harus mengerjakan tugas / tanggung jawab tentang memerintah Gereja juga diajar, dalam dirinya, bukan untuk memeriksa diri mereka sendiri dengan sepintas, tetapi untuk membuat penelitian dengan cermat dan seksama tentang semangat apa / bagaimana yang mereka punyai, supaya mereka tidak berbalik karena takut atau menjadi lemah di tengah-tengah perjalanan mereka) - hal 291-292. 2) “Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”. a) Kata-kata Petrus ini menunjukkan bahwa Petrus mengakui kemaha-tahuan Yesus (perhatikan kata-kata ‘segala sesuatu’) dan itu menunjukkan bahwa ia mengakui Yesus sebagai Allah sendiri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa Yesus tidak menegur Petrus, dan secara implicit membenarkan kata-kata tersebut. b) Kalau pada waktu menjawab pertanyaan pertama dan kedua, Petrus mengawali dengan kata-kata ‘Benar Tuhan’, maka di sini ia membuang kata-kata itu, dan ia hanya mengandalkan kemaha-tahuan Yesus. Matthew Henry: “Peter was sure that Christ knew all things, and particularly that he knew the heart, and was a discerner of the thoughts and intents of it, Jn 16:30. ... Peter was satisfied of this, that Christ, who knew all things, knew the sincerity of his love to him, and would be ready to attest it in his favour. It is a terror to a hypocrite to think that Christ knows all things; for the divine omniscience will be a witness against him. But it is a comfort to a sincere Christian that he has that to appeal to” (= Petrus yakin bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu, dan secara khusus bahwa Ia mengetahui hati, dan merupakan seorang yang melihat / membedakan pikiran dan maksudnya, Yoh 16:30. ... Petrus puas dengan hal ini, dan Kristus, yang mengetahui segala sesuatu, mengetahui ketulusan dari kasihnya kepadaNya, dan akan siap untuk menyokongnya untuk kepentingannya. Merupakan sesuatu yang menakutkan bagi orang yang munafik untuk memikirkan bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu; karena kemaha-tahuan ilahi akan menjadi saksi terhadap dia. Tetapi merupakan suatu penghiburan bagi seorang Kristen yang tulus bahwa ia mempunyai hal itu kepada mana ia bisa naik banding). 3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”. a) Tuhan tetap mau memakai anakNya yang jatuh ke dalam dosa, asal ia menyesali dosanya dan bertobat darinya. Kejatuhan Petrus yang begitu dalam bukan alasan untuk tidak melayani Kristus lagi. Kristus tetap mau memakai dia. Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang penuh dosa, dan bisa jatuh dalam dosa-dosa yang hebat. Asal mereka menyesali dosa-dosa itu dan bertobat darinya, tidak ada alasan mengapa mereka tidak harus melayani lagi. Hal ini perlu direnungkan, dicamkan, dan diterapkan pada waktu: • saudara sendiri jatuh ke dalam dosa yang hebat, dan setan berbisik kepada saudara bahwa saudara tak layak lagi untuk menjadi pelayan Tuhan. • saudara melihat orang kristen lain jatuh ke dalam dosa. Pada saat seperti ini: * jangan menganggap orang kristen tersebut tak layak lagi melayani Tuhan. * hiburkan dan kuatkan orang kristen tersebut untuk mau kembali ke dalam pelayanan. Catatan: tentu semua hal di atas ini berlaku kalau orangnya menyesali dosanya dan bertobat darinya. b) Kata yang diterjemahkan ‘gembalakanlah’ dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang arti hurufiahnya adalah ‘feed’ (= berilah makan), sedangkan dalam ay 16 digunakan kata POIMAINE, yang secara hurufiah berarti ‘tend’ (= uruslah / peliharalah / rawatlah) atau ‘shepherd’ (= gembalakanlah). Di atas telah kita pelajari bahwa mungkin sekali perbedaan ini hanya merupakan suatu variasi penggunaan kata, sehingga perbedaannya tak perlu ditekankan. Tetapi banyak penafsir yang menekankan perbedaan arti dari kedua kata ini. Matthew Henry: “the charge he gives him concerning them is to feed them. The word used in v. 15, 17, is BOSKE, which strictly signifies to give them food; but the word used in v. 16 is POIMAINE, which signifies more largely to do all the offices of a shepherd to them: ‘Feed the lambs with that which is proper for them, and the sheep likewise with food convenient. The lost sheep of the house of Israel, seek and feed them, and the other sheep also which are not of this fold.’” (= tugas / tanggung jawab yang Ia berikan kepadanya mengenai mereka adalah untuk memberi makan mereka. Kata yang digunakan dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang secara ketat berarti memberi mereka makan; tetapi kata yang digunakan dalam ay 16 adalah POIMAINE, yang mempunyai arti yang lebih luas untuk melakukan semua tugas dari seorang gembala kepada mereka: ‘Berilah makan anak-anak domba dengan apa yang layak / benar untuk mereka, dan domba-domba juga dengan makanan yang sesuai. Domba-domba yang hilang dari keluarga Israel, carilah mereka dan berilah mereka makan, dan juga domba-domba lain yang bukan dari kawanan ini). Barnes’ Notes tentang ay 15: “The word here rendered ‘feed’ means the care afforded by furnishing nutriment for the flock. In the next verse (v. 16) there is a change in the Greek, and the word rendered ‘feed’ denotes rather the care, guidance, and protection which a shepherd extends to his flock. By the use of both these words, it is supposed that our Saviour intended that a shepherd was both to offer the proper food for his flock and to govern it; or, as we express it, to exercise the office of a pastor” [= Kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ berarti perhatian / pemeliharaan yang diberikan dengan memberi makan untuk kawanan domba itu. Dalam ayat selanjutnya (ay 16) ada perubahan dalam bahasa Yunaninya, dan kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ lebih menunjuk pada pemeliharaan, bimbingan dan perlindungan yang diberikan oleh seorang gembala kepada kawanan dombanya. Oleh penggunaan kedua kata ini, dianggap bahwa Juruselamat kita memaksudkan bahwa seorang gembala harus memberikan makanan untuk kawanan dombanya dan memerintahnya (govern); atau, seperti kami menyatakannya, melaksanakan tugas seorang pendeta / gembala]. c) Dalam urusan memberi makan domba ini Spurgeon memberi komentar yang menarik. John Stott: “As Spurgeon once commented, Christ said, ‘Feed my sheep ... Feed my lambs.’ Some preachers, however, put the food so high that neither lambs nor sheep can reach it. They seem to have read the text, ‘Feed my giraffes.’” (= Seperti Spurgeon pernah memberi komentar, Kristus berkata, ‘Berilah makan domba-dombaKu ... Berilah makan anak-anak dombaKu’. Tetapi sebagian pengkhotbah, meletakkan makanan itu begitu tinggi sehingga baik anak domba maupun domba tidak bisa mencapainya. Kelihatannya mereka telah membaca text ini ‘Berilah makan jerapah-jerapahKu’.) - ‘Between Two Worlds’, hal 147. Kata-kata ini mungkin menarik dan perlu diperhatikan oleh setiap pengajar Firman Tuhan, tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata ini tak terlalu cocok dengan kontextnya. Ay 18-19: “(18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ (19) Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”. 1) “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,”. Ini menunjukkan kehidupan yang bisa semaunya sendiri. Barnes’ Notes: “The Jews, in walking or running, girded their outer garments around them, that they might not be impeded. ... The expression here denotes freedom. He did as he pleased - he girded himself or not - he went or remained, as he chose” (= Orang-orang Yahudi, pada waktu berjalan atau berlari, mengikat jubah luar mereka di sekeliling pinggang mereka, supaya mereka tidak dirintangi. ... Ungkapan di sini menunjukkan kebebasan / kemerdekaan. Ia melakukan seperti yang ia senangi - ia mengikat pinggangnya sendiri atau tidak - ia pergi atau tinggal, seperti yang ia pilih / inginkan). 2) “tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’”. a) Ini menunjukkan bahwa dulu berbeda dengan sekarang. Dulu ia bebas, tetapi setelah ini semuanya berbeda. Matthew Henry: “he compares this with his former liberty. ‘Time was when thou knewest not any of these hardships, thou girdest thyself, and walkedst whither thou wouldest.’ Where trouble comes we are apt to aggravate it with this, that it has been otherwise; and to fret the more at the grievances of restraint, sickness, and poverty, because we have known the sweets of liberty, health, and plenty, Job 29:2 .... But we may turn it the other way, and reason thus with ourselves: ‘How many years of prosperity have I enjoyed more than I deserved and improved? And, having received good, shall I not receive evil also?’” (= ia membandingkan ini dengan kebebasannya dahulu. ‘Dulu ada saat dimana engkau tidak mengenal yang manapun dari kesukaran-kesukaran ini, engkau mengikat pinggangmu sendiri, dan berjalan / pergi kemana engkau mau’. Dimana kesukaran datang, kita condong memperburuknya dengan ini, seandainya halnya tidak demikian; dan makin bersungut-sungut terhadap keadaan yang tidak enak dari pembatasan, penyakit, dan kemiskinan, karena kita telah mengenal manisnya kebebasan, kesehatan, dan kelimpahan, Ayub 29:2 ... Tetapi kita bisa membalikkannya dan berargumentasi demikian dengan diri kita sendiri: ‘berapa banyak tahun kemakmuran telah aku nikmati lebih dari yang aku layak dapatkan dan manfaatkan? Dan setelah menerima yang baik, tidakkah saya mau menerima yang buruk juga?’). Bdk. Ayub 29:2 - “‘Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku”. b) Calvin menganggap bahwa kalimat ini hanya menunjukkan kematian dengan kekerasan. Calvin: “Many think that this denotes the manner of death which Peter was to die, meaning that he was hanged, with his arms stretched out; but I consider the word ‘gird’ as simply denoting all the outward actions by which a man regulates himself and his whole life. ‘Thou girdest thyself;’ that is, ‘thou wast accustomed to wear such raiment as thou choosest, but this liberty of choosing thy dress will be taken from thee.’” (= Banyak orang mengira bahwa ini menunjuk cara kematian yang harus dialami Petrus, artinya ia harus digantung, dengan tangan terentang; tetapi saya menganggap kata ‘mengikat pinggang’ hanya menunjukkan semua tindakan luar / lahiriah dengan mana seseorang mengatur dirinya sendiri dan seluruh kehidupannya. ‘Engkau mengikat pinggangmu sendiri’; artinya, ‘engkau terbiasa mengenakan pakaian yang engkau pilih, tetapi kebebasan memilih pakaian ini akan diambil darimu’) - hal 293-294. Calvin: “As to the manner in which Peter was put to death, it is better to remain ignorant of it than to place confidence in doubtful fables” (= Berkenaan dengan cara dalam mana Petrus akan dibunuh, adalah lebih baik untuk tetap tidak tahu tentangnya dari pada meletakkan keyakinan pada dongeng-dongeng yang meragukan) - hal 294. Calvin: “‘And will lead thee whither thou wouldst not.’ The meaning is, that Peter did not die a natural death, bu by violence and by the sword.” (= ‘Dan akan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki’. Artinya adalah bahwa Petrus tidak mati secara alamiah, tetapi dengan kekerasan dan oleh pedang) - hal 294. Calvin: “as Satan continually makes new and various attacks, all who undertake the office of feeding must be prepared for death; as they certainly have to do not only with sheep, but also with wolves” (= karena setan secara terus menerus membuat serangan-serangan yang baru dan bervariasi, semua yang mengerjakan tugas memberi makan harus dipersiapkan untuk mati; karena mereka pasti tidak harus menangani hanya domba tetapi juga serigala) - hal 292. c) Kebanyakan penafsir yang mengatakan bahwa istilah ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ ini menunjuk kepada penyaliban, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kalau itu menunjuk kepada penyaliban, maka itu akan dituliskan setelah kata ‘mengikat’, dan bukan sebelumnya. Tetapi orang-orang yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada penyaliban mengatakan bahwa ini didahulukan, dengan tujuan untuk menekankan. William Hendriksen: “it is interesting to note that the expression ‘to stretch out the hands’ is often used by Greek authors and by the early fathers to indicate crucifixion” (= merupakan sesuatu yang menarik untuk memperhatikan bahwa ungkapan ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ sering digunakan oleh pengarang-pengarang Yunani dan oleh bapa-bapa gereja mula-mula untuk menunjuk pada penyaliban) - hal 490. Saya sendiri menganggap bahwa kalimat ini memang merupakan nubuat bahwa Petrus akan mati melalui salib. d) Kebanyakan penafsir percaya bahwa Petrus mati disalib, tetapi ada pro dan kontra tentang kematian Petrus dengan disalib secara terbalik. Adam Clarke: “Ancient writers state that, about thirty-four years after this, Peter was crucified; and that he deemed it so glorious a thing to die for Christ that he begged to be crucified with his head downwards, not considering himself worthy to die in the same posture in which his Lord did” (= Penulis-penulis kuno menyatakan bahwa kira-kira 34 tahun setelah ini, Petrus disalibkan; dan bahwa ia menganggap mati untuk Kristus sebagai sesuatu yang begitu mulia sehingga ia meminta untuk disalibkan dengan kepala di bawah, karena menganggap dirinya sendiri tidak layak mati dengan postur yang sama seperti Tuhannya mati). F. F. Bruce: “By the time the Gospel was written, Peter had glorified God in martyrdom.Knowing what form Peter’s martyrdom took, the Evangelist could see a precise reference to it in the words of Jesus, such as could not have been seen at the time. ... The stretching out of his hands would then be understood in retrospect to be their stretching out on the cross-beam of the cross. (We need not take too seriously the later embellishment, found in the apocryphal Acts of Peter and in Eusebius, according to which he was crucified head downwards at his own insistence.)” [= Pada saat Injil ini ditulis, Petrus telah memuliakan Allah dalam kematian syahid. Mengetahui bentuk kematian syahid Petrus, sang Penginjil (Yohanes) bisa melihat hubungan yang persis dengannya dalam kata-kata Yesus, yang tidak bisa terlihat pada saat itu. ... Jadi, perentangan tangannya dimengerti dalam suatu peninjauan kembali, sebagai perentangannya pada kayu horizontal dari salib. (Kita tidak perlu menerima dengan terlalu serius pembubuhan belakangan, yang ditemukan dalam kitab Apocrypha Kisah Petrus dan dalam tulisan Eusebius, menurut mana ia disalibkan dengan kepala di bawah atas desakannya sendiri.)] - hal 406. Catatan: kata-kata ‘pada saat itu’ yang saya garis bawahi itu kelihatannya menunjuk pada saat Yesus mengucapkan kata-kata tersebut. Jadi pada saat itu orang tak mengerti maksud kata-kata Yesus itu, tetapi pada saat Injil Yohanes ditulis, orang mengertinya, karena pada saat itu nubuat ini sudah tergenapi. 3) “Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah”. a) Ini menunjukkan bahwa cara kematian seseorang ditentukan oleh Tuhan. Pulpit Commentary: “The Lord determines the manner of Peter’s death. It was to be a death of violence. He was to become a martyr of the Christian faith” (= Tuhan menentukan cara kematian Petrus. Itu akan merupakan kematian oleh kekerasan. Ia harus menjadi martir dari iman Kristen) - hal 515. Matthew Henry: “That it is not only appointed to all once to die, but it is appointed to each what death he shall die, whether natural or violent, slow or sudden, easy or painful. When Paul speaks of so great a death, he intimates that there are degrees of death; there is one way into the world, but many ways out, and God has determined which way we should go” (= Bukan hanya bahwa setiap orang ditetapkan untuk mati satu kali, tetapi juga ditetapkan bagi masing-masing orang kematian yang bagaimana yang akan ia jalani, apakah alamiah atau dengan kekerasan, perlahan-lahan atau mendadak, mudah / enak atau menyakitkan. Pada waktu Paulus berbicara tentang ‘kematian yang begitu besar’, ia mengisyaratkan bahwa ada tingkat-tingkat kematian; ada satu jalan untuk masuk ke dalam dunia ini, tetapi banyak jalan keluar / meninggalkannya, dan Allah telah menentukan jalan yang harus kita jalani). Catatan: bagian yang saya garis bawahi diambil dari 2Kor 1:10 - “Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepadaNya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi”. KJV: ‘Who delivered us from so great a death, and doth deliver: in whom we trust that he will yet deliver us’ (= Yang telah melepaskan kami dari kematian yang begitu besar, dan terus melepaskan: dalam siapa kami percaya bahwa Ia akan melepaskan kami lagi). William Hendriksen: “whatever happens in our lives has been wisely ordained by the Lord, just as the very manner of Peter’s glorious death had been foreseen and predicted” (= apapun yang terjadi dalam kehidupan kita telah secara bijaksana ditentukan oleh Tuhan, sama seperti cara kematian Petrus yang mulia telah dilihat lebih dulu dan diramalkan) - hal 475. b) Pengakuan kasih kepada Tuhan mempunyai konsekwensi menggembalakan domba (ay 15-17), dan kedua hal itu mempunyai konsekwensi untuk mati bagi Dia (ay 18-19). Bdk. Yoh 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”. George Hutcheson: “Love to Christ must be evidenced, not only by active doing of duty, but by suffering also unto death, if we be called unto it; ... therefore is this prediction joined with the former injunction as another proof of Peter’s love to Christ” (= Kasih kepada Kristus harus dibuktikan, bukan hanya dengan tindakan kewajiban yang aktif, tetapi juga dengan penderitaan sampai mati, jika kita dipanggil untuk itu; ... karena itu ramalan ini digabungkan dengan perintah yang di depan sebagai bukti lain dari kasih Petrus kepada Kristus) - hal 435. c) Bagi Petrus, ini merupakan kasih karunia, karena ia diberi kesempatan untuk mati bagi Tuhan, yang tadinya telah gagal ia lakukan, pada waktu ia menyangkal Yesus 3 x. Darby: “But the grace of the loving Savior did not stop here. Peter might still feel the sorrow of having missed such an opportunity of confessing the Lord at the critical moment. Jesus assures him that if he had failed in doing so of his own will, he should be allowed to do it by the will of God; ... It should be given him by the will of God to die for the Lord, as he had formerly declared himself ready to do in his own strength. Now also that Peter was humbled and brought entirely under grace - that he knew he had no strength - that he felt his dependence on the Lord, his utter inefficiency if he trusted to his own power - now, I repeat, the Lord calls Peter to follow Him; which he had pretended to do, when the Lord had told him he could not. It was this that his heart desired. ... what he had pretended to do and could not, he would now do - follow Christ to prison and to death” (= Tetapi kasih karunia dari Juruselamat yang penuh kasih itu tidak berhenti di sini. Petrus mungkin masih merasakan kesedihan karena gagal dalam kesempatan untuk mengakui Tuhan pada saat yang kritis. Yesus meyakinkan dia bahwa jika ia telah gagal dalam melakukan hal itu dari kehendaknya sendiri, ia harus diijinkan untuk melakukannya oleh kehendak Allah; ... Ia akan diijinkan untuk mati bagi Tuhan, seperti yang dulu ia nyatakan sendiri siap ia lakukan dengan kekuatannya sendiri. Sekarang Petrus telah dibuat jadi rendah hati dan dibawa sepenuhnya ke bawah kasih karunia - sehingga ia tahu ia tidak mempunyai kekuatan - sehingga ia merasakan ketergantungannya kepada Tuhan, ketidak-efisienannya jika ia mempercayai kekuatannya sendiri - sekarang, saya ulangi, Tuhan memanggil Petrus untuk mengikuti Dia; yang tadinya ia kira bisa ia lakukan, pada waktu Tuhan memberitahunya bahwa ia tidak bisa. Inilah yang diinginkan hatinya. ... apa yang tadinya ia kira bisa lakukan dan ternyata tidak bisa ia lakukan, akan ia lakukan sekarang - mengikuti Kristus ke penjara dan kematian). d) Baik kehidupan kita, maupun kematian kita, harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan. Bdk. Ro 14:7-9 - “(7) Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. (8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup”. John Wesley: “It is not only by acting, but chiefly by suffering, that the saints glorify God” (= Bukan hanya dengan bertindak, tetapi terutama dengan menderita, orang-orang kudus memuliakan Allah). Pulpit Commentary: “The consequences which flowed from the early martyrdom have been generally acknowledged. It is proverbial that ‘the blood of martyrs is the seed of the Church.’ Even persecutors have been touched by the exhibition of constancy, fortitude, and expectation of glory which they have witnessed on the part of sufferers” (= Konsekwensi yang mengalir dari kematian syahid pada abad-abad awal telah diakui secara umum. Merupakan suatu pepatah bahwa ‘darah dari para martir merupakan benih dari Gereja’. Bahkan para penganiaya telah tersentuh oleh pertunjukan dari keteguhan / kesetiaan, ketabahan, dan pengharapan kemuliaan yang telah mereka saksikan pada para penderita) - hal 520. Pulpit Commentary: “God is the Giver of life; and death, according to the scriptural teaching, comes by sin. In life God is glorified. Yet, as Christianity transmutes dross into gold, it is credible that even death may tend to the Divine glory. ... The Christian, in order to glorify God in death, must first glorify him in life. ... The end crowns the work. He who lives well, dies well” (= Allah adalah sang Pemberi kehidupan; dan kematian, menurut ajaran Kitab Suci, datang karena dosa. Dalam kehidupan Allah dipermuliakan. Tetapi, karena kekristenan mengubah barang buangan menjadi emas, adalah dapat dipercaya bahwa bahkan kematian bisa membawa pada kemuliaan Ilahi. ... Orang kristen, untuk bisa memuliakan Allah dalam kematian, harus lebih dulu memuliakan Dia dalam kehidupan. ... Akhir(nya) memahkotai pekerjaan. Ia yang hidup dengan baik, mati dengan baik) - hal 520. e) Dalam kehidupan kita, segala sesuatu harus kita lakukan untuk kemuliaan Allah, yang memang seharusnya merupakan tujuan yang sebenarnya dari kehidupan setiap orang. Banyak orang menanyakan pertanyaan ini: apa gunanya aku dilahirkan di dalam dunia ini? Jawabnya: untuk memuliakan Allah. Jadi, kalau seseorang tidak hidup dengan tujuan ini, ia sedang salah jalan, dan hidup di dalam dosa. 1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”. Bdk. Zakh 7:6 - “Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?”. Bdk. Ro 14:15,20,21 - “(15) Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia. ... (20) Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung! (21) Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu”. Kontext dari 1Kor 10:31 adalah persoalan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, tetapi jelas bahwa ini juga berlaku untuk seadanya makan dan minum. Jadi, makan tanpa peduli orang lain, atau makan makanan yang merusak kesehatan diri sendiri, jelas merupakan sesuatu yang salah. Sebaliknya makan makanan yang menyehatkan diri kita, supaya dengan kesehatan itu kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik, merupakan sesuatu yang benar. Ini bukan hanya berlaku untuk hal-hal remeh / sehari-hari seperti makan dan minum, tetapi juga berlaku untuk semua hal lain. Ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain’. Calvin: “he teaches that there is no part of our life, and no action so minute, that it ought not to be directed to the glory of God, and that we must take care that, even in eating and drinking, we may aim at the advancement of it” (= ia mengajar bahwa tidak ada bagian dalam kehidupan kita, dan tidak ada tindakan yang sekecil apapun yang tidak harus diarahkan untuk kemuliaan Allah, dan bahwa kita harus berawas-awas bahwa, bahkan dalam makan dan minum, kita bisa mengarahkannya pada kemajuan dari kemuliaan Allah itu) - hal 347. Keharusan melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah ini bisa dijadikan pedoman untuk menentukan boleh tidaknya kita melakukan hal-hal yang tidak diatur oleh Kitab Suci. Adam Clarke: “whether he eats or drinks of this or the other kind of aliments, or whatever else he may do, he must do it so as to bring glory to God. This is a sufficient rule to regulate every man’s conscience and practice in all indifferent things, where there are no express commands or prohibitions” (= apakah ia makan atau minum dari makanan ini atau jenis yang lain, atau hal lain apapun yang ia lakukan, ia harus melakukannya sebagai membawa kemuliaan bagi Allah. Ini merupakan peraturan yang cukup untuk mengatur hati nurani setiap manusia dan mempraktekkannya dalam semua hal-hal yang biasa, dimana di sana tidak ada perintah atau larangan yang jelas / explicit). Barnes’ Notes: “this rule is designed to be one of the chief directors of our lives. It is to guide all our conduct, and to constitute a ‘test’ by which to try our actions. Whatever can be done to advance the honor of God is right; whatever cannot be done with that end is wrong. Whatever plan a man can form that will have this end is a good plan; whatever cannot be made to have this tendency, and that cannot be commended, continued, and ended with a distinct and definite desire to promote His honor, is wrong, and should be immediately abandoned” (= peraturan ini direncanakan sebagai salah satu dari pengarah-pengarah utama dari kehidupan kita. Ini harus membimbing kita dalam semua tindak tanduk kita, dan merupakan suatu ‘ujian’ dengan mana kita menguji tindakan-tindakan kita. Apapun yang bisa dilakukan untuk memajukan kehormatan Allah adalah benar; apapun tidak bisa dilakukan dengan tujuan itu adalah salah. Rencana apapun yang bisa dibentuk seseorang yang mempunyai tujuan ini adalah rencana yang baik; apapun yang tidak bisa dibuat untuk mempunyai tujuan / arah ini, dan yang tidak bisa dianjurkan, dilanjutkan, dan diakhiri dengan keinginan yang jelas dan pasti untuk memajukan kehormatanNya, adalah salah, dan harus segera ditinggalkan). Hal-hal yang memang dilarang atau diperintahkan oleh Kitab Suci, tidak perlu dipersoalkan lagi. Itu harus ditaati. Tetapi bagaimana dengan hal-hal tidak diatur oleh Kitab Suci? Misalnya: 1. Bolehkah pacaran dengan si A? Maka tanyakan dan renungkan: kalau aku pacaran dengan si A, apakah semua ini akan membawa kemuliaan bagi Tuhan? 2. Aku harus kerja di A atau di B? Maka tanyakan / bandingkan: yang mana dari 2 pekerjaan ini yang memungkinkan aku belajar Firman Tuhan, melayani Tuhan, dsb? Adakah dari 2 pekerjaan ini yang mengharuskan aku berdosa, seperti bekerja pada hari Minggu, dsb? Perlu diperhatikan bahwa dalam menilai apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah, kita harus memikir secara mendalam, bukan hanya sepintas lalu. Misalnya: • kalau kita berpikir sepintas lalu, olah raga bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka olah raga itu menyehatkan, dan dengan kesehatan itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Jadi dalam hal ini motivasi / alasan yang menyebabkan seseorang itu berolah raga, perlu diteliti. • kalau kita berpikir sepintas lalu, istirahat / berlibur / piknik bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka semua hal-hal itu merelaxkan, dan alternatifnya (kalau seseorang tak pernah istirahat) menimbulkan stress, kelelahan, penyakit dsb, dan ini justru tidak memuliakan Allah atau merugikan bagi kemuliaan Allah. • kalau kita berpikir sepintas lalu, nonton TV atau bioskop bukanlah sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi perlu dipikirkan bahwa manusia membutuhkan hiburan / sesuatu yang merelaxkan, dan karena itu, selama tidak terlalu banyak, dan filmnya bukan film yang bersifat dosa, maka hal itu tidak bisa disalahkan. • kalau kita berpikir sepintas lalu, pesta bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka pesta itu bisa membangun persekutuan (tentu bukan seadanya pesta), dan itu bisa memuliakan Allah. Tetapi coba pikirkan: ¨ kalau saudara membeli mobil baru padahal sudah mempunyai beberapa, hanya karena saudara mempunyai hobby mobil, apakah itu bisa memuliakan Allah? Atau memuliakan diri saudara sendiri? ¨ juga kalau saudara membeli perhiasan, pakaian mewah yang sangat mahal, setiap saat ganti handphone, pesta pora yang berlebihan, dan sebagainya. Pikirkan, apakah pemborosan seperti itu bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah? Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah: kalaupun saudara melakukan hal-hal yang secara lahiriah kelihatannya rohani dan baik, tetapi kalau motivasi / alasannya bukan untuk memuliakan Allah, maka saudara tetap berdosa. Misalnya melayani karena terpaksa, memberi persembahan karena mengharapkan berkat Tuhan, pergi ke gereja sekedar sebagai kebiasaan atau untuk cari teman / pacar, dan sebagainya. 4) “Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”. Kata ‘ikutlah’ merupakan present imperative (= kata perintah bentuk present), dan menunjukkan suatu perintah untuk terus menerus ikut Yesus. Pada masa yang lalu Petrus tidak terus menerus ikut Yesus (pada saat menyangkalNya 3 x), tetapi mulai sekarang ia harus terus menerus ikut Yesus. Secara singkat dapat diperhatikan beberapa mujizat dan ceramah yang diperbuat Yesus, 2:1-12:50 Mujizat: 1. Air menjadi anggur, 2:1-11 2. Penyembuhan anak pegawai istana, 4:43-54 3. Penyembuhan orang lumpuh, 5:1-19 4. Memberi makan orang banyak, 6:1-15 5. Berjalan diatas air, 6:16-21 6. Penyembuhan orang buta sejak lahir, 9:1-41 7. Lazarus dibangkitkan 11:1-57 Ceramah: 1. Kelahiran baru, 3:1-36 2. Air hidup, 4:111-42 3. Kelahiran anak, 5:19-47 4. Roti hidup, 6:22-66 5. Roh yang memberi hidup, 7:1-8:1-11 6. Terang dunia, 8:12-59 7. Gembala yang baik, 10:1-42 Akhir pelayanan Yesus pada kalayak dapat diperhatikan dalam 12:1-50 a. Pengurapan di Betania 12:1-8 b. Memasuki kemenagan, 12:9-19 c. Saksi mengenai nubuatan Yesus, 12:20-36a d. Tantangan terakhir agar percaya, 12:44-50 Penyaliban, 18:1-19:42 A. Penangkapan, 18:1-12 B. Penyangkalan dan penganiayaan oleh Yahudi, 18:13-27 C. Penganiayaan oleh orang Roma, 18:28-19:16 D. Yesus disalibkan 19:17-42 Kebangkitan, 20:1-29 A. Kubur kosong, 20:1-10 B. Penampakan, 20:11-29 1. Kepada Maria 2. Kepada 10 orang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar