Jumat, 16 September 2016

DIKTAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN



PSIKOLOGI PENDIDIKAN
                                                                                                                  

BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

I.          Pengertian Psikologi
Secara etimologis “Psikologi” berasal dari bahasa Yunani: Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan “Ilmu Jiwa”.
Secara terminologi (menurut istilah pengetahuannya) Psikologi dapat diartikan pula “Ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang berhubungan dengan jiwa, hakekatnya, asal usulnya, proses bekerjanya dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.

            Jiwa                          Abstrak

Ilmu pengetahuan harus memiliki objek yang bisa diamati, dicatat dan diukur.
Tokoh J.B. Watson memandang bahwa psikologi sebagai “Ilmu yang mempelajari perilaku”.
Perilaku mudah diamati, dicatat dan diukur.
Empat karakteristik perilaku, yaitu :
  1. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati langsung.
  2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan. Perilaku yang kompleks seperti dalam prilaku sosial manusia. Ada prilaku yang sederhana seperti refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental-fisiologis yang lebih tinggi.
  3. Perilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang umum dikenal adalah: Kognitif, afektif dan psikomotorik, masing-masing merujuk pada yang sifatnya rasional, emosional, dan gerakan-gerakan fisik dalam berprilaku.
  4. Perilaku bisa disadari dan tidak disadari. Walau sebagian besar perilaku sehari-hari kita sadari, tetapi kadang-kadang kita bertanya pada diri sendiri mengapa kita berperilaku seperti itu.

II.          Aliran-aliran Psikologi
1.    Strukturalisme
            Aliran ini berpendapat bahwa apabila kita hendak mempelajari jiwa manusia, maka gejala kejiwaan harus distrukturkan ke dalam unsur-unsur kecil seperti pikiran, kesadaran, perasaan dan afeksi.
            Berasal dari hasil laboratorium Leibzig, yang dipelopori oleh Wilhelm Wundt.
            Melalui pendekatan eksperimental.
2.    Fungsionalisme
Dipelopori oleh Willian James.
Muncul sebagai protes terhadap strukturalisme.
Fungsionalisme menggali apa yang dilakukan oleh individu dan mengapa ia melakukannya.
Fungsionalisme memberikan kontribusi yang besar bagi dunia pendidikan. Tingkah laku manusia adaptif terhadap situasi yang baru.
3.    Aliran Asosiasi
Tokoh aliran ini Thomas Hobbes.
Menurutnya dalam diri manusia ada sejumlah sifat dasar yang dibawanya sejak lahir maupan diperoleh dari pengalaman.
(diskusi: bagaimana mengkonfrontasi pendapat Albert Einstin “tidak ada seorang lahir berilmu”)
4.    Behaviorisme
Tokoh aliran ini JB Watson.
Alam lingkungan yang dikondisikan untuk mempengaruhi tingkah laku manusia.
Sasaran dari studi aliran ini adalah tingkah laku manusia yang dapat diukur.
Menciptakan kondisi lingkungan yang sedemikian rupa agar individu dapat belajar ke arah yang di harapkan oleh pihak pelaksana.
5.    Psikoanalisa
Dipelopori oleh Sigmund Freud.
Menurutnya tiap manusia pada masa lalunya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan dan hal itu mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
Tiap individu memiliki sistem kepribadian Id, Ego dan Superego.
6.    Gestalt
Gestalt berarti bentuk.
Psikologi Gestalt mempelajari tentang jiwa manusia bukan secara struktur, serta tidak menurut fungsi, melainkan melihatnya secara keseluruhan.
7.    Humanistik
Terlalu menekankan pada kedaulatan manusia. Tokohnya Abraham Maslow.

III.       Pengertian Pendidikan
Pendidikan (education) berasal dari bahasa Latin educare dan educere. Educare berarti “merawat, memperlengkapi dengan gizi sehingga menjadi sehat dan kuat” dan educere  yang berarti “membimbing keluar dari…”.
Bahasa Yunani ( paedagogie ), pais yang berarti anak, dan again yang artinya membimbing.

Pengertian Pendidikan :
-          Proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup.
-          Proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terkontrol, sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
-          Jadi pendidikan dapat diartikan sbb :
“Pendidikan adalah suatu usaha atau suatu upaya yang secara sadar, terencana dan berkelanjutan dilakukan oleh seorang pendidik terhadap murid atau sekelompok murid melalui strategi dan pendekatan tertentu untuk memperlengkapi atau membimbingnya keluar dari suatu tahapan ke tahapan lain yang lebih baik; agar seluruh aspek kehidupan murid dapat mencapai perkembangan secara optimal sehingga mampu memerankan dirinya sebagai mahluk individu dan sosial ditengah-tengah masyarakat.”

IV.       Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi itu sendiri yang merupakan bentuk aplikasi dari prinsip-prinsip psikologi dalam dunia pendidikan.
Psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan individu di dalam situasi pendidikan.
       Psikologi Metafisika ( menyelidiki hakikat jiwa)
       Psikologi Empiri (gejala2 kejiwaan)
-          Psikologi Umum
-          Psikologi Khusus
1.      Psikologi Perkembangan
2.      Psikologi Kedokteran
3.      Psikologi Kriminal
4.      Psikologi Pendidikan
5.      Psikologi Sosial
6.      Psiko-teknik, dll.
Syarat Ilmu pengetahuan dalam Psikologi Pendidikan :
  1. Objek : tingkah laku individu dalam situasi pendidikan.
  2. Metode : introspeksi, observasi, eksperimen, tes, case study.
  3. Sistematis : aspek-aspek yang dibicara merupakan kesatuan yang bulat.


  V.    Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan memiliki cakupan yang cukup luas. Menurut Samuel Smith, 16 topik bahasan dalam Psikologi Pendidikan, yaitu :
1.    Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology)
2.    Hereditas atau karakter pembawaan sejak lahir (heredity)
3.    Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure)
4.    Perkembangan siswa (growth)
5.    Proses-proses tingkah laku (behaviour process)
6.    Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning)
7.    Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that conditioned learning)
8.    Hukum-hukum dan teori-teori belajar (lwas and theories of learning)
9.    Pengukuran (measurement)
10.  Transfer belajar (transfer of learning)
11.  Sudut pandang praktik mengenai pengukuran
12.  Ilmu statistika dasar (element of statistic)
13.  Kesehatan rohani (mental hygiene)
14.  Pembentukan watak (character education)
15.  Pengetahuan Psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah.
16.  Pengetahuan Psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar

Peranan Psikologi Pendidikan :
a)      Setiap pendidik harus memiliki tanggung jawab bahwa dirinya dalam melaksanakan tugas harus berbuat dengan cara yang sesuai dengan keadaan murid.
b)      Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha  untuk dapat memperlakukan murid dengan tepat.
c)      Oleh karena itu pengetahuan psikologis yang tepat mengenai murid dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik. Setiap orang pada suatu saat tentu akan melakukan tugas mendidik, baik disekolah, masyarakat maupun di gereja (minimal menjadi pendidik dalam keluarga)

Kegiatan pendidikan yang memerlukan prinsip-prinsip Psikologi :
a)      Seleksi penerimaan siswa baru
b)      Perencanaan pendidikan
c)      Penyusunan kurikulum
d)      Penelitian kependidikan
e)      Pemilihan materi pembelajaran
f)       Interaksi belajar mengajar
g)      Pelayanan bimbingan dan penyuluhan
h)      Metodologi mengajar
i)       Pengukuran dan evaluasi

Psikologi pendidikan berusaha untuk menemukan :
1.    Seberapa jauh faktor-faktor hereditas dan lingkungan itu memperbesar belajar.
2.    Sifat/hakikat belajar
3.    Hubungan yang ada antara tingkat kematangan dan kesiapan belajarnya
4.    Seignifikan pendidik atas perbedaan-perbedaan individu yang bersamaan dengan cepat dan lambatnya belajar.
5.    Perubahan-perubahan yang terjadi saat belajar.
6.    Hubungan prosedur belajar dengan hasil-hasil belajar.
7.    Teknik-teknik yang sangat efektif untuk menilai kemajuan belajar.
8.    Pengaruh yang relatif atas pendidikan formal individu bila dibandingkan dengan pengalaman belajar yang kebetulan atau informal.
9.    Nilai bagi sikap ilmiah dikalangan masyarakat sekolah terhadap pendidikan.
10.  Hambatan psikologis dari kondisi-konsisi sosiologis atas sikap si pelajar.



BAB II
Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Individu

      I.        Definisi Pertumbuhan & Perkembangan
Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan kuantitatif pda materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang kecil menjadi besar, dari yang sempit menjadi luas.
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang sermakain membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan melaui proses pertumbuhan, pematangan dan belajar.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tapi pasti, melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.

            Perbedaan Perkembangan dan Pertumbuhan
1.    Pertumbuhan (Tumbuh)
Tumbuh merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar.
Contohnya :
Batang tumbuhan yang tadinya 2 cm menjadi 5 cm
Bayi yang beratnya 5 kg berubah menjadi 6,5 kg
Berat tubuh kucing yang tadinya 4 kg menjadi 6 kg
Ketika kita akan mengukur pertumbuhan tumbuhan ada sebuah alat ukur khusus yang dinamakan auksanometer.
2.     Perkembangan (Berkembang)
Berkembang merupakan salah satu perubahan organisme ke arah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kualitatif.
Contoh :
Pematangan sel ovum dan sperma
®janin®bayi®anak2®dst
Pematangan hormon-hormon dalam tubuh


    II.        Tahap Perkembangan Pribadi Manusia
1.    Tahap Perkembangan Fisiologis ( menurut Freud)
·                     Fase Oral ( 0 – 1 tahun )
·                     Fase Anal ( 1 – 3 tahun )
·                     Fase Falik ( 3 – 5 tahun )
·                     Periode Laten ( 5 – 12 tahun )
·                     Periode Pubertas ( 12 – 20 tahun )
·                     Fase Genital ( 20 tahun ke atas)

2.    Tahap Perkembangan Psikologis ( menurut Jean Jacques Rousseau )
·      Masa Bayi ( 0-2 tahun )
·      Masa Kanak-kanak ( 2 – 12 tahun )
·      Masa Preadolesen ( 12 – 15 tahun )
·      Masa Adolesen ( 15 – 20 tahun )
·      Masa Pematangan Diri ( setelah 20 tahun )

3.    Tahap Perkembangan Secara Pedagogis ( menurut Hohn Amos Comenimus )
·      Tahap enam tahun pertama, tahap perkembangan fungsi penginderaan yang memingkinkan anak mulai mampu untuk mengenali lingkungannya.
·      Tahap enam tahun kedua, tahap perkembangan fungsi ingatan dan imaginasi individu memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal dan menganalisis lingkungannya.
·      Tahan enam tahun ketiga, tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan antarvariabel dalam lingkungannya.
·      Tahap enam tahun keempat, tahap kemampuan untuk mandiri, self direction & self control.
·      Tahap kematangan pribadi, tahap dimana intelek memimpin semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi (mengasihi Allah dan sesame manusia)

   III.        Perkembangan di pengaruhi hereditas dan Lingkungan
Faktor hereditas dan lingkungan sama-sama penting bagi perkembangan individu. Hereditas menumbuhkan fungsi-fungsi dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan lingkungan mengembangkan fungsi-fungsi dan kapasitas itu. Hereditas dan lingkungan saling berinteraksi mempengaruhi untuk menimbulkan proses pertumbuhan dan perkembangan. Kenyataan ini mengharuskan pendidik melakukan usaha-usaha :
1.    Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
2.    Memotivasi kegiatan anak untuk belajar
3.    Membimbing perkembangan anak kearah yang optimal.

Hubungan dan pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan individu :
a)    Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan fisik
H : tinggi, kerangka, bentuk dan struktur badan disebabkan oleh pertumbuhan potensi-potensi atau sifat dalam gen.
L : gizi dan vitamin

b)      Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan mental
H : bukti menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dengan berbagai kapasitas mental, dengan berbagai potensi music, melukis, menyanyi, dsb, dalam batas-batas tertentu tumbuh dan berkembang secara genetis.
L : Lingkungan yang baik dibutuhkan untuk mengembangkan kapasitas mental pada taraf yang diharapkan.

c)    Dalam bidang kesehatan mental dan emosi serta kepribadian
H : Manusia dilahirkan dengan struktur jasmaniah seperti system syaraf, kelenjar dan organ-organ yang menentukan stabilitas emosi dan kapasitas mental.
L : Apabila anak-anak yang berasal dari lingkungan rumah yang sehat dengan suasana yang penuh kasih sayang, maka besar kemungkina  anak-anak itu akan memiliki kesehatan mental dan emosi yang baik.

d)    Dalam hal sikap-sikap dan keyakinan
H : Posisi dan pandangan hidup sangat bergantung kepada kapasitas-kapasitas pribadi yang dalam batas tertentu adalah diwariskan.
L : Sikap, keyakinan dan nilai-nilai berkembang dari kultur dimana seseorang dilahirkan, yang kemudian dipengaruhi oleh ego, pribadi dan belajar. Karena itu, lingkungan ikut membentuk sikap-sikap, keyakinan dan nila-nilai pada individu.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1.    Faktor fisiologis
 Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam :
1.    Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.  
2.    Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.


2.   Faktor Psikologis
Faktor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi , minat, sikap, dan bakat.
2.1.  Kecerdasan /intelegensia siswa
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
  
2.2.  Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
a)  Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
b)  Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. 

2.3.   Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasakerikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1991). Secara sederhana,minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Untuk membagkitkan minat belajar, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
  
2.4.  Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.

2.5.  Bakat
Bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.



B. Factor-faktor eksternal
Factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1)  Lingkungan sosial
a.  Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.  Lingkungan social masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c.  Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
 
2)  Lingkungan non sosial.    
a.  Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b.  Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
c.  Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

KETRAMPILAN MENGELOLA KELAS

Definisi :
Ketrampilan mengelola kelas adalah ketrampilan pendidik untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan ketrampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

 I.       Tujuan dari pengelolaan kelas
Siswa :
1.   Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkahlakunya serta sadar akan mengendalikan dirinya.
2.   Membantu siswa mengerti akan arah tingkahlakunya sesuai dengan tatatertib kelas dan merasakan teguran pendidik sebagai suatu peringatan bukan kemarahan.
3.   Menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkahlaku yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas yang sedang berlangsung.
Pendidik
1.   Mengembangkan pengertian dan ketrampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
2.   Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensi di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
3.   Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguan.

   II.   Keterampilan Mengelola kelas
Keterampilan Mengelola kelas terbagi menjadi 2 jenis keterampilan :
2.1.  Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
1.   Menunjukkan Sikap Tangkap
a.   Memandang Secara Saksama
Memungkinkan pendidik meliput keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta menunjukkan kesiapan pendidik untuk memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.
b.   Memberikan Pernyataan   
Hal ini terkomunikasi kepada siswa melalui pernyataan pendidik bahwa ia telah siap untuk memulai kegiatan belajar serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus dihindari adalah menunjukkan dominasi pendidik dengan pernyataan atau komentar yang mengandung ancaman. Contoh : “Saya menunggu sampai kalian diam”.
c.   Gerak Mendekati
Hal ini menunjukkan kesiapan, minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa yang menghadapi kesulitan belajar, mengalami frustasi atau sedang marah. Gerak yang mendekati hendaknya dilakukan dengan wajar, bukan menakuti atau maksud lain.
d.   Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan
Teguran harus diberikan pada saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.

2.   Membagi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila pendidik membagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a.   Visual
Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu. Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang mengganggu.
b.   Verbal
Pendidik dapat memberikan komentar terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau dilaporkan oleh siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa pendidik menguasai kelas.

3.   Memusatkan Perhatian
Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahnkan apabila dari waktu kewaktu pendidik mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal ini dengan cara :
    1. Menyiagakan Siswa
Menciptakaan suasana yang menarik sebelum pendidik menyampaikan pertanyaan atau topic pelajarannya. Misalnya : “ coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini untuk membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.

    1. Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Komunikasi yang jelas dari pendidik mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan pusat perhatian siswa seperti : meminta untuk diperagakan hasil pekerjaan tugas.

4.   Menegur
Tidak semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah atau dihindari dengan baik, sehingga pendidik harus melakukan teguran secara verbal atau memperingatkan siswa. Teguran itu efektif jika :
a.  Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu
b.  Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkn serta mengandung penghinaan.
c.  Menghindari ocehan atau ejekan pendidik atau yang berkepanjangan
d.  Pendidik dan siswa lebih baik mengadakan kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya mengingatkan.

5.   Memberi Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara.
a.  Pendidik dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan” menangkapnya” ketika ia melakukan tingkhlaku yang wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tingkah yang tidak wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tindakan yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
b.  Pendidik daapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjdi teladan.

2.2.     Ketrampilan Yang Berhubungan Dengan Kondisi Belajar Optimal Setelah  Mendapat Gangguan.
Ketrampilan ini berhubungan dengan tanggapan pendidik terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud pendidik dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan tindakan optimal. Bukanlah kesalahan professional pendidik apabila tidak dapat menangani permasalahan anak didik dalam kelas berkenaan dengan itu pendidik dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas .
Strategi Yang Dapat Digunakan
1. Modifikasi Tingkah Laku
Pendidik hendaklah menganalisis tingkah anak didik yang mengalami masalah dan berusaha memodifikasi tingkahlaku tersebut. Dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
Ø  Dapat kerjasama dengan rekan kerja mengatasi masalah
Ø  Merinci dengan tepat tingka yang menimbulkan masalah
Ø  Memilih dengan teliti tingkah yang diperbaiki dengan mudah untuk diubah, tingkah yang paling menjengkelkan yang sering muncul.
Ø  Tepat memilih pemberian penguatan yang dapat digunakan untuk mempertahankan tingkah yang telah menjadi baik.
2. Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok
Ø  Memperlancar tugas, mengadakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
Ø  Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
3.   Menemukan dan memecahkan tingkahlaku yang menimbulkan masalah.
Pendidik dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkahlaku keliru yang muncul, pendidik harus mengetahui sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah tersebut. Serta berusaha mencari pemecahanya.


VARIASI GAYA MENGAJAR

1.      Pengertian Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu :
1) Variasi gaya mengajar
2) Variasi dalam menggunakan media
3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

2.      Tujuan Variasi Gaya Mengajar
1)    Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevensi terhadap proses belajar mengajar
Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat penting, karena dengan perhatian tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan tersebut akan tercapai bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan di kelas.
Dalam jumlah siswa yang banyak, biasanya sulit atau sukar untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhinya, misalnya ; faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, faktor gaya guru dalam mengajar yang tanpa ada variasinya, dan lain sebagainya. Jadi, masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan variasi gaya mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.


2)    Memberi kesempatan
Memberi kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting, karena tanpa motivasi seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Motivasi ada 2, yaitu : motivasi intrinsik (dari dirinya sendiri) dan motivasi ekstrinsik (dari luar dirinya sendiri).
Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa didalam dirinya ad motivasi intrinsik yakni kesadarannya sendiri untuk memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu lebih banyak terhadap materi yang diberikan guru. Dalam pertemuan dikelas ada juga siswa yang tidak ada motivasi dalam dirinya (Intrinsik), masalah inilah yang sering dihadapi guru. Guru selalu dihadapkan masalah motivasi yakni motivasi ekstrinsik, yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Jadi siswa yang tidak ada motivasi didalam dirinya (intrinsik) memerlukan motivasi ekstrinsik untuk me;lakukan kegiatan belajar. Disinilah peranan guru lebih dituntut untuk memerankan motivasi, yaitu motivasi sebagai alat mendorong siswa untuk berbuat, sebagai alat untuk menentukan arah dan sebagai alat untuk menyeleksi kegiatan.
3)    Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan yang ada di kelas yakni adanya siswa atau siswi yang kurang senang terhadap dirinya. Sikap negatif ini bisa jadi disebabkan gaya guru mengajar yang kurang bervariasi, gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Konsekwensinya bidang studi yang dipegang guru tersebut menjadi tidak disenangi. Mungkin bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak acuh siswa ketika guru tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas.
Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santai dikelas tanpa memperdulikan tingkah laku siswa atau ank didiknya. Ini adalah jalan pengajaran yang sangat membosankan. Dalam hal ini guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan mengambil hati siswanya. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa juga ingin selalu dekat dengan dengan guru. Guru yang dirindukan siswa biasanya dikarenakan gaya mengajarnya dan pendekatannya sesuai dengan psikologis siswa. Variasi gaya mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.
4)    Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual/
Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Terutama keterampilan bervariasi, untuk mengembangkan keterampilan variasi mengajar ini, guru hendaklah menguasai penggunaan media, berbagai pendekatan dalam mengajar, berbagai metode mengajar. Dengan penguasaan tersebut, akan memudahkan guru melakukan pengembangan variasi mengajar dan memberi kemungkinan guru untuk memilih mana yang kebih tepat yang dapat menunjang tugasnya mengajar dikelas.
5)    Mendorong anak didik untuk belajar
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru, kewajiban menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang mana memerlukan lingkungan yang kondusif yakni lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.

3.      Manfaat Variasi Gaya Mengajar
Mengajar menuntut guru untuk bekerja demi keberhasilan anak didiknya, sehingga kemajuan murid menjadi titik perhatian guru.
Manfaat Variasi menurut JJ Hasibuan adalah :
a.   Memelihara dan meningkatkan siswa yang berkaitan dengan aspek belajar
b.   Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksploitasi.
c.   Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
d.   Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi keindahan belajar.
e.   Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berbagai tingkat kognitif.

Sebenarnya dari pendapat diatas, yakni mengenai manfaat variasi gaya mengajar adalah sama. Hanya saja bahasanya berbeda. Jadi, jika diambil intisarinya manfaat variasi gaya mengajar adalah :
a.   Meningkatkan, menimbulkan dan memelihara perhatian siswa terhadap aspek-aspek belajar yang relevan.
b.   Memberi kesempatan untuk meningkatkan dan berkembangnya bakat ingin tahu dan berfungsinya motivasi belajar.
c.   Memupuk dan membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup.
d.   Memberi pelayanan yang baik kepada siswa secara individual dalam menerima pelajaran agar mudah dan senang belajar.
e.   Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik diberbagai tingkat kognitif.
4.      Prinsip Penggunaan Variasi
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.
b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar.
c. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu :
1) Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa.
2) Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.

5.      Komponen-Komponen Variasi Gaya Mengajar
Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
  1. Variasi suara
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat.
Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang. Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang rendah (pelan).
  1. Pemusatan perhatian
Perhatian menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya.
  1. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu.
Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.
Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
  1. Kontak pandang
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :
1)      Melihat keluar ruang
2)      Melihat kearah langit-langit
3)      Melihat kearah lantai
4)      Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
5)      Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan sesuatu.
  1. Gerakan anggota badan atau mimic
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan tangan dan anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi. Orang akan lebih jelas dalam memahami sesuatu menggunakan indera pendengar dan disertai indera penglihatan atau mata, semakin banyak indera yang digunakan hasilnya semakin baik.
Tidak semua gerakan anggota badan itu baik dalam arti esuai, ada gerakan yang biasa dilakukan tapi perlu dihindari, seperti menggaruk-garuk badan, memegang celana tanpa alas an yang benar, menghapus atau menggosok hidung dan lain sebagainya. Jadi, suatu gerakan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan guru pada saat menerangkan materi, harus relevan dengan materi yang disampaikan dan itu tidak boleh terlalu berlebihan. Secukupnya saja, begitu juga dengan ekspresi wajah-wajah anda adalah alat komunikasi yang kuat.
  1. Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan.
Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.



6.      Model-Model Belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar ada tiga macam, yaitu :
a)  Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan "gambaran keseluruhan" (melakukan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Cirri-ciri pelajar visual :
1) Teratur, memperhatikan segala sesuatu
2) Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memorinya

Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar, warna, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan memori siswa terhadap bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang mudah mempengaruhi siswa ini adalah kontak pandang, perpindahan posisi dan eksperimen wajah.
b)  Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan mendengar. Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar.
Ciri-ciri siswa auditorial adalah :
1) Perhatiannya mudah terpecah
2) Berbicara dengan pola berirama
3) Belajar dengan cara mendengar
4) Berdialog secara internal dan eksternal
c) Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif adalah dengan melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung pada eksperimen (gerak).
Ciri-ciri siswa kinestetik adalah :
1) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca
2) Mengingat sambil melihat langsung
Disini guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa tubuh guru hendaknya bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar