PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
I.
Pengertian Psikologi
Secara etimologis
“Psikologi” berasal dari bahasa Yunani: Psyche dan logos.
Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal
dengan “Ilmu Jiwa”.
Secara terminologi (menurut istilah pengetahuannya) Psikologi dapat diartikan pula
“Ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang berhubungan dengan jiwa,
hakekatnya, asal usulnya, proses bekerjanya dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Ilmu pengetahuan harus memiliki objek
yang bisa diamati, dicatat dan diukur.
Tokoh J.B. Watson memandang bahwa
psikologi sebagai “Ilmu yang mempelajari perilaku”.
Perilaku mudah diamati, dicatat dan
diukur.
Empat karakteristik perilaku, yaitu :
- Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati langsung.
- Perilaku mengenal berbagai tingkatan. Perilaku yang kompleks seperti dalam prilaku sosial manusia. Ada prilaku yang sederhana seperti refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental-fisiologis yang lebih tinggi.
- Perilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang umum dikenal adalah: Kognitif, afektif dan psikomotorik, masing-masing merujuk pada yang sifatnya rasional, emosional, dan gerakan-gerakan fisik dalam berprilaku.
- Perilaku bisa disadari dan tidak disadari. Walau sebagian besar perilaku sehari-hari kita sadari, tetapi kadang-kadang kita bertanya pada diri sendiri mengapa kita berperilaku seperti itu.
II.
Aliran-aliran Psikologi
1.
Strukturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa apabila
kita hendak mempelajari jiwa manusia, maka gejala kejiwaan harus distrukturkan
ke dalam unsur-unsur kecil seperti pikiran, kesadaran, perasaan dan afeksi.
Berasal dari hasil laboratorium
Leibzig, yang dipelopori oleh Wilhelm Wundt.
Melalui pendekatan eksperimental.
2. Fungsionalisme
Dipelopori oleh Willian James.
Muncul sebagai protes terhadap
strukturalisme.
Fungsionalisme menggali apa yang
dilakukan oleh individu dan mengapa ia melakukannya.
Fungsionalisme memberikan kontribusi
yang besar bagi dunia pendidikan. Tingkah laku manusia adaptif terhadap situasi
yang baru.
3. Aliran
Asosiasi
Tokoh aliran ini Thomas Hobbes.
Menurutnya dalam diri manusia ada
sejumlah sifat dasar yang dibawanya sejak lahir maupan diperoleh dari
pengalaman.
(diskusi: bagaimana mengkonfrontasi
pendapat Albert Einstin “tidak ada seorang lahir berilmu”)
4. Behaviorisme
Tokoh aliran ini JB Watson.
Alam lingkungan yang dikondisikan
untuk mempengaruhi tingkah laku manusia.
Sasaran dari studi aliran ini adalah
tingkah laku manusia yang dapat diukur.
Menciptakan kondisi lingkungan yang
sedemikian rupa agar individu dapat belajar ke arah yang di harapkan oleh pihak
pelaksana.
5. Psikoanalisa
Dipelopori oleh Sigmund Freud.
Menurutnya tiap manusia
pada masa lalunya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan dan hal itu mempengaruhi
perkembangan kepribadiannya.
Tiap individu memiliki sistem
kepribadian Id, Ego dan Superego.
6. Gestalt
Gestalt berarti bentuk.
Psikologi Gestalt mempelajari tentang
jiwa manusia bukan secara struktur, serta tidak menurut fungsi, melainkan
melihatnya secara keseluruhan.
7. Humanistik
Terlalu menekankan pada kedaulatan manusia.
Tokohnya Abraham Maslow.
III. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan (education) berasal
dari bahasa Latin educare dan educere. Educare berarti
“merawat, memperlengkapi dengan gizi sehingga menjadi sehat dan kuat” dan educere
yang berarti “membimbing keluar
dari…”.
Bahasa Yunani ( paedagogie ), pais
yang berarti anak, dan again yang artinya membimbing.
Pengertian
Pendidikan :
-
Proses
dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku
lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup.
-
Proses
sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terkontrol,
sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimum.
-
Jadi
pendidikan dapat diartikan sbb :
“Pendidikan
adalah suatu usaha atau suatu upaya yang secara sadar, terencana dan berkelanjutan
dilakukan oleh seorang pendidik terhadap murid atau sekelompok murid melalui
strategi dan pendekatan tertentu untuk memperlengkapi atau membimbingnya keluar
dari suatu tahapan ke tahapan lain yang lebih baik; agar seluruh aspek
kehidupan murid dapat mencapai perkembangan secara optimal sehingga mampu
memerankan dirinya sebagai mahluk individu dan sosial ditengah-tengah
masyarakat.”
IV. Pengertian
Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah cabang
dari psikologi itu sendiri yang merupakan bentuk aplikasi dari prinsip-prinsip
psikologi dalam dunia pendidikan.
Psikologi pendidikan adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan individu di dalam situasi
pendidikan.
•
Psikologi
Metafisika ( menyelidiki hakikat jiwa)
•
Psikologi
Empiri (gejala2 kejiwaan)
-
Psikologi
Umum
-
Psikologi
Khusus
1.
Psikologi
Perkembangan
2.
Psikologi
Kedokteran
3.
Psikologi
Kriminal
4.
Psikologi
Pendidikan
5.
Psikologi
Sosial
6.
Psiko-teknik,
dll.
Syarat Ilmu pengetahuan dalam
Psikologi Pendidikan :
- Objek : tingkah laku individu dalam situasi pendidikan.
- Metode : introspeksi, observasi, eksperimen, tes, case study.
- Sistematis : aspek-aspek yang dibicara merupakan kesatuan yang bulat.
V.
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan memiliki cakupan yang cukup luas. Menurut Samuel Smith, 16 topik
bahasan dalam Psikologi Pendidikan, yaitu :
1.
Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology)
2.
Hereditas
atau karakter pembawaan sejak lahir (heredity)
3.
Lingkungan
yang bersifat fisik (physical structure)
4.
Perkembangan
siswa (growth)
5.
Proses-proses
tingkah laku (behaviour process)
6.
Hakikat
dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning)
7.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar (factors that conditioned learning)
8.
Hukum-hukum
dan teori-teori belajar (lwas and theories of learning)
9.
Pengukuran
(measurement)
10. Transfer belajar (transfer of
learning)
11. Sudut pandang praktik mengenai
pengukuran
12. Ilmu statistika dasar (element of
statistic)
13. Kesehatan rohani (mental hygiene)
14. Pembentukan watak (character education)
15. Pengetahuan Psikologi tentang mata
pelajaran sekolah menengah.
16. Pengetahuan Psikologi tentang mata
pelajaran sekolah dasar
Peranan
Psikologi Pendidikan :
a)
Setiap
pendidik harus memiliki tanggung jawab bahwa dirinya dalam melaksanakan tugas
harus berbuat dengan cara yang sesuai dengan keadaan murid.
b)
Psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
untuk dapat memperlakukan murid dengan tepat.
c)
Oleh
karena itu pengetahuan psikologis yang tepat mengenai murid dalam proses
pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik. Setiap orang
pada suatu saat tentu akan melakukan tugas mendidik, baik disekolah, masyarakat
maupun di gereja (minimal menjadi pendidik dalam keluarga)
Kegiatan pendidikan yang memerlukan
prinsip-prinsip Psikologi :
a)
Seleksi
penerimaan siswa baru
b)
Perencanaan
pendidikan
c)
Penyusunan
kurikulum
d)
Penelitian
kependidikan
e)
Pemilihan
materi pembelajaran
f)
Interaksi
belajar mengajar
g)
Pelayanan
bimbingan dan penyuluhan
h)
Metodologi
mengajar
i)
Pengukuran
dan evaluasi
Psikologi pendidikan berusaha untuk
menemukan :
1.
Seberapa
jauh faktor-faktor hereditas dan lingkungan itu memperbesar belajar.
2.
Sifat/hakikat
belajar
3.
Hubungan
yang ada antara tingkat kematangan dan kesiapan belajarnya
4.
Seignifikan
pendidik atas perbedaan-perbedaan individu yang bersamaan dengan cepat dan
lambatnya belajar.
5.
Perubahan-perubahan
yang terjadi saat belajar.
6.
Hubungan
prosedur belajar dengan hasil-hasil belajar.
7.
Teknik-teknik
yang sangat efektif untuk menilai kemajuan belajar.
8.
Pengaruh
yang relatif atas pendidikan formal individu bila dibandingkan dengan
pengalaman belajar yang kebetulan atau informal.
9.
Nilai
bagi sikap ilmiah dikalangan masyarakat sekolah terhadap pendidikan.
10. Hambatan psikologis dari
kondisi-konsisi sosiologis atas sikap si pelajar.
BAB II
Pengaruh Hereditas dan Lingkungan
Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Individu
I.
Definisi Pertumbuhan &
Perkembangan
Pertumbuhan
diartikan sebagai perubahan kuantitatif pda materiil sesuatu sebagai akibat
dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa
pembesaran atau pertambahan dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang kecil
menjadi besar, dari yang sempit menjadi luas.
Perkembangan
berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman. Perkembangan tidak terbatas pada
pengertian pertumbuhan yang sermakain membesar, melainkan didalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan
bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu
menuju ketahap kematangan melaui proses pertumbuhan, pematangan dan belajar.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri
kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ketahap
yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tapi
pasti, melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah
maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Perbedaan Perkembangan dan Pertumbuhan
1. Pertumbuhan
(Tumbuh)
Tumbuh merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar.
Tumbuh merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar.
Contohnya :
Batang tumbuhan yang tadinya 2 cm menjadi 5 cm
Bayi yang beratnya 5 kg berubah menjadi 6,5 kg
Berat tubuh kucing yang tadinya 4 kg menjadi 6 kg
Ketika kita akan mengukur pertumbuhan tumbuhan ada sebuah alat ukur khusus yang dinamakan auksanometer.
Batang tumbuhan yang tadinya 2 cm menjadi 5 cm
Bayi yang beratnya 5 kg berubah menjadi 6,5 kg
Berat tubuh kucing yang tadinya 4 kg menjadi 6 kg
Ketika kita akan mengukur pertumbuhan tumbuhan ada sebuah alat ukur khusus yang dinamakan auksanometer.
2. Perkembangan (Berkembang)
Berkembang merupakan salah satu perubahan organisme ke arah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kualitatif.
Berkembang merupakan salah satu perubahan organisme ke arah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kualitatif.
Contoh :
Pematangan sel ovum dan sperma ®janin®bayi®anak2®dst
Pematangan hormon-hormon dalam tubuh
Pematangan sel ovum dan sperma ®janin®bayi®anak2®dst
Pematangan hormon-hormon dalam tubuh
II.
Tahap Perkembangan Pribadi Manusia
1.
Tahap
Perkembangan Fisiologis ( menurut Freud)
·
Fase
Oral ( 0 – 1 tahun )
·
Fase
Anal ( 1 – 3 tahun )
·
Fase
Falik ( 3 – 5 tahun )
·
Periode
Laten ( 5 – 12 tahun )
·
Periode
Pubertas ( 12 – 20 tahun )
·
Fase
Genital ( 20 tahun ke atas)
2.
Tahap
Perkembangan Psikologis ( menurut Jean Jacques Rousseau )
·
Masa
Bayi ( 0-2 tahun )
·
Masa
Kanak-kanak ( 2 – 12 tahun )
·
Masa
Preadolesen ( 12 – 15 tahun )
·
Masa
Adolesen ( 15 – 20 tahun )
·
Masa
Pematangan Diri ( setelah 20 tahun )
3.
Tahap
Perkembangan Secara Pedagogis ( menurut Hohn Amos Comenimus )
·
Tahap
enam tahun pertama, tahap perkembangan fungsi penginderaan yang memingkinkan
anak mulai mampu untuk mengenali lingkungannya.
·
Tahap
enam tahun kedua, tahap perkembangan fungsi ingatan dan imaginasi individu memungkinkan
anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal dan
menganalisis lingkungannya.
·
Tahan
enam tahun ketiga, tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak
mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan antarvariabel
dalam lingkungannya.
·
Tahap
enam tahun keempat, tahap kemampuan untuk mandiri, self direction & self
control.
·
Tahap
kematangan pribadi, tahap dimana intelek memimpin semua aspek kepribadian
menuju kematangan pribadi (mengasihi Allah dan sesame manusia)
III.
Perkembangan di pengaruhi hereditas
dan Lingkungan
Faktor hereditas dan
lingkungan sama-sama penting bagi perkembangan individu. Hereditas menumbuhkan
fungsi-fungsi dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan lingkungan mengembangkan
fungsi-fungsi dan kapasitas itu. Hereditas dan lingkungan saling berinteraksi
mempengaruhi untuk menimbulkan proses pertumbuhan dan perkembangan. Kenyataan
ini mengharuskan pendidik melakukan usaha-usaha :
1.
Menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
2.
Memotivasi
kegiatan anak untuk belajar
3.
Membimbing
perkembangan anak kearah yang optimal.
Hubungan dan pengaruh hereditas dan
lingkungan terhadap perkembangan individu :
a)
Dalam
bidang pertumbuhan dan perkembangan fisik
H : tinggi, kerangka, bentuk dan
struktur badan disebabkan oleh pertumbuhan potensi-potensi atau sifat dalam
gen.
L : gizi dan vitamin
b)
Dalam
bidang pertumbuhan dan perkembangan mental
H
: bukti menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dengan berbagai kapasitas
mental, dengan berbagai potensi music, melukis, menyanyi, dsb, dalam
batas-batas tertentu tumbuh dan berkembang secara genetis.
L : Lingkungan yang baik dibutuhkan
untuk mengembangkan kapasitas mental pada taraf yang diharapkan.
c)
Dalam
bidang kesehatan mental dan emosi serta kepribadian
H : Manusia dilahirkan dengan struktur
jasmaniah seperti system syaraf, kelenjar dan organ-organ yang menentukan
stabilitas emosi dan kapasitas mental.
L : Apabila anak-anak yang berasal
dari lingkungan rumah yang sehat dengan suasana yang penuh kasih sayang, maka
besar kemungkina anak-anak itu akan
memiliki kesehatan mental dan emosi yang baik.
d)
Dalam
hal sikap-sikap dan keyakinan
H : Posisi dan pandangan hidup sangat
bergantung kepada kapasitas-kapasitas pribadi yang dalam batas tertentu adalah
diwariskan.
L : Sikap, keyakinan dan nilai-nilai
berkembang dari kultur dimana seseorang dilahirkan, yang kemudian dipengaruhi
oleh ego, pribadi dan belajar. Karena itu, lingkungan ikut membentuk
sikap-sikap, keyakinan dan nila-nilai pada individu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR
Kemampuan
belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar.
Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar.
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1. Faktor
fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam :
1. Pertama,
keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya,
kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses
belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
2. Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia
dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun
siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic,
mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
2. Faktor Psikologis
Faktor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis
yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi ,
minat, sikap, dan bakat.
2.1. Kecerdasan
/intelegensia siswa
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting
dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa.
Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu
tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.
Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua,
dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu
dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami
tingakat kecerdasannya.
2.2. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai
proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan
menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai
pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah
perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi
intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi
intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relaatif
lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
b) Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
2.3. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasakerikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1991). Secara
sederhana,minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Untuk membagkitkan minat belajar, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajarai
semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa
menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,
pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika
jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
2.4. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang
relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara
positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan
sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam
belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan
bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang
studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.
2.5. Bakat
Bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang
(Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki
setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain
dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
B.
Factor-faktor eksternal
Factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses
belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor
eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi
teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk
belajar.
b. Lingkungan social masyarakat. Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini
sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,
demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial.
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau
tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah
tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar
siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar
yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga
dan lain sebagainya. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi
dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke
siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa.
Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap
aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai
metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
KETRAMPILAN
MENGELOLA KELAS
Definisi :
Ketrampilan
mengelola kelas adalah ketrampilan pendidik untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan ketrampilan untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal.
I. Tujuan
dari pengelolaan kelas
Siswa :
1.
Mendorong
siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkahlakunya serta sadar
akan mengendalikan dirinya.
2.
Membantu
siswa mengerti akan arah tingkahlakunya sesuai dengan tatatertib kelas dan
merasakan teguran pendidik sebagai suatu peringatan bukan kemarahan.
3.
Menimbulkan
rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkahlaku yang wajar
sesuai dengan aktivitas kelas yang sedang berlangsung.
Pendidik
1.
Mengembangkan
pengertian dan ketrampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan
langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
2.
Memiliki
kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensi di dalam
memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
3.
Memberikan
respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguan.
II. Keterampilan
Mengelola kelas
Keterampilan Mengelola kelas terbagi
menjadi 2 jenis keterampilan :
2.1. Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal.
1.
Menunjukkan
Sikap Tangkap
a.
Memandang
Secara Saksama
Memungkinkan pendidik meliput
keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta menunjukkan kesiapan pendidik
untuk memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.
b.
Memberikan
Pernyataan
Hal ini terkomunikasi kepada siswa
melalui pernyataan pendidik bahwa ia telah siap untuk memulai kegiatan belajar
serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus dihindari
adalah menunjukkan dominasi pendidik dengan pernyataan atau komentar yang
mengandung ancaman. Contoh : “Saya menunggu sampai kalian diam”.
c.
Gerak
Mendekati
Hal ini menunjukkan kesiapan, minat
dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa yang menghadapi kesulitan
belajar, mengalami frustasi atau sedang marah. Gerak yang mendekati hendaknya
dilakukan dengan wajar, bukan menakuti atau maksud lain.
d.
Memberikan
Reaksi Terhadap Gangguan
Teguran harus diberikan pada saat yang
tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.
2.
Membagi
Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi
apabila pendidik membagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung
dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a.
Visual
Hal ini mennjukkan perhatian terhadap
sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan keterlibatannya dengan
kelompok siswa atau individu. Keterampilan ini digunakan untuk memonitor
kegiatan kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi
komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang mengganggu.
b.
Verbal
Pendidik dapat
memberikan komentar terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau dilaporkan
oleh siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa
pendidik menguasai kelas.
3.
Memusatkan
Perhatian
Keterlibatan siswa dalam KBM dapat
dipertahnkan apabila dari waktu kewaktu pendidik mampu memusatkan kelompok
terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal ini dengan cara :
- Menyiagakan Siswa
Menciptakaan suasana yang menarik
sebelum pendidik menyampaikan pertanyaan atau topic pelajarannya. Misalnya : “
coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini untuk
membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.
- Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Komunikasi yang jelas dari pendidik
mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan
pusat perhatian siswa seperti : meminta untuk diperagakan hasil pekerjaan tugas.
4. Menegur
Tidak semua tingkah laku yang
mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah atau dihindari dengan baik,
sehingga pendidik harus melakukan teguran secara verbal atau memperingatkan
siswa. Teguran itu efektif jika :
a. Tegas dan jelas tertuju kepada siswa
yang mengganggu
b. Menghindari peringatan yang kasar dan
menyakitkn serta mengandung penghinaan.
c. Menghindari ocehan atau ejekan
pendidik atau yang berkepanjangan
d. Pendidik dan siswa lebih baik
mengadakan kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya
mengingatkan.
5. Memberi
Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi
siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau menggangu
temanya. Yaitu dengan cara.
a. Pendidik dapat memberikan penguatan
kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan” menangkapnya” ketika ia
melakukan tingkhlaku yang wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia
melakukan tingkah yang tidak wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia
melakukan tindakan yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi
dapat terulang.
b. Pendidik daapat memberikan berbagai
komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa
yang lain untuk menjdi teladan.
2.2. Ketrampilan
Yang Berhubungan Dengan Kondisi Belajar Optimal Setelah Mendapat Gangguan.
Ketrampilan ini berhubungan dengan
tanggapan pendidik terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan
maksud pendidik dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan tindakan
optimal. Bukanlah kesalahan
professional pendidik apabila tidak dapat menangani permasalahan anak didik
dalam kelas berkenaan dengan itu pendidik dapat menggunakan seperangkat
strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah anak didik yang terus
menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan di
kelas .
Strategi
Yang Dapat Digunakan
1. Modifikasi Tingkah Laku
Pendidik hendaklah menganalisis
tingkah anak didik yang mengalami masalah dan berusaha memodifikasi tingkahlaku
tersebut. Dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
Ø
Dapat
kerjasama dengan rekan kerja mengatasi masalah
Ø
Merinci
dengan tepat tingka yang menimbulkan masalah
Ø
Memilih
dengan teliti tingkah yang diperbaiki dengan mudah untuk diubah, tingkah yang
paling menjengkelkan yang sering muncul.
Ø
Tepat
memilih pemberian penguatan yang dapat digunakan untuk mempertahankan tingkah
yang telah menjadi baik.
2. Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok
Ø
Memperlancar
tugas, mengadakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
Ø
Memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok, memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan
menangani konflik yang timbul.
3.
Menemukan
dan memecahkan tingkahlaku yang menimbulkan masalah.
Pendidik dapat menggunakan seperangkat
cara untuk mengendalikan tingkahlaku keliru yang muncul, pendidik harus
mengetahui sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah tersebut.
Serta berusaha mencari pemecahanya.
VARIASI GAYA MENGAJAR
1. Pengertian Variasi Gaya Mengajar
Variasi
gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam
kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa,
sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan
ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam
belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
Anak
tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam
mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan
variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan
bosan. Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam
keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek,
yaitu :
1) Variasi gaya mengajar
2) Variasi dalam menggunakan media
3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
2. Tujuan Variasi Gaya Mengajar
1)
Meningkatkan dan memelihara
perhatian siswa terhadap relevensi terhadap proses belajar mengajar
Dalam
proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan guru merupakan masalah yang sangat penting, karena dengan perhatian
tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Tujuan tersebut akan tercapai bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap
materi yang diberikan dalam suatu pertemuan di kelas.
Dalam
jumlah siswa yang banyak, biasanya sulit atau sukar untuk mempertahankan agar
perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan. Memang ada banyak faktor yang
mempengaruhinya, misalnya ; faktor penjelasan guru yang kurang mengenai
sasaran, faktor gaya guru dalam mengajar yang tanpa ada variasinya, dan lain
sebagainya. Jadi, masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa
dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Oleh
karena itu, guru hendaknya memperhatikan variasi gaya mengajarnya, apakah sudah
dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang
dijelaskan atau belum.
2)
Memberi kesempatan
Memberi
kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi dalam belajar, motivasi memegang
peranan yang sangat penting, karena tanpa motivasi seorang siswa tidak akan
melakukan kegiatan belajar. Motivasi ada 2, yaitu : motivasi intrinsik (dari
dirinya sendiri) dan motivasi ekstrinsik (dari luar dirinya sendiri).
Dalam
proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa didalam dirinya ad
motivasi intrinsik yakni kesadarannya sendiri untuk memperhatikan penjelasan
guru, rasa ingin tahu lebih banyak terhadap materi yang diberikan guru. Dalam
pertemuan dikelas ada juga siswa yang tidak ada motivasi dalam dirinya
(Intrinsik), masalah inilah yang sering dihadapi guru. Guru selalu dihadapkan
masalah motivasi yakni motivasi ekstrinsik, yang merupakan dorongan dari luar
dirinya mutlak diperlukan. Jadi siswa yang tidak ada motivasi didalam dirinya
(intrinsik) memerlukan motivasi ekstrinsik untuk me;lakukan kegiatan belajar. Disinilah
peranan guru lebih dituntut untuk memerankan motivasi, yaitu motivasi sebagai
alat mendorong siswa untuk berbuat, sebagai alat untuk menentukan arah dan
sebagai alat untuk menyeleksi kegiatan.
3)
Membentuk sikap positif terhadap
guru dan sekolah
Tidak
bisa dipungkiri bahwa kenyataan yang ada di kelas yakni adanya siswa atau siswi
yang kurang senang terhadap dirinya. Sikap negatif ini bisa jadi disebabkan
gaya guru mengajar yang kurang bervariasi, gaya mengajar guru tidak sejalan
dengan gaya belajar siswa. Konsekwensinya bidang studi yang dipegang guru
tersebut menjadi tidak disenangi. Mungkin bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak
acuh siswa ketika guru tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas.
Ketika
mengajar, guru selalu duduk dengan santai dikelas tanpa memperdulikan tingkah
laku siswa atau ank didiknya. Ini adalah jalan pengajaran yang sangat
membosankan. Dalam hal ini guru gagal menciptakan suasana belajar yang
membangkitkan kreatifitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah
guru yang pandai menempatkan diri dan mengambil hati siswanya. Dengan sikap ini
siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa juga ingin selalu dekat dengan
dengan guru. Guru yang dirindukan siswa biasanya dikarenakan gaya mengajarnya
dan pendekatannya sesuai dengan psikologis siswa. Variasi gaya mengajarnya
mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.
4)
Memberi kemungkinan pilihan dan
fasilitas belajar individual/
Sebagai
seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung
tugasnya dalam mengajar. Terutama keterampilan bervariasi, untuk mengembangkan
keterampilan variasi mengajar ini, guru hendaklah menguasai penggunaan media,
berbagai pendekatan dalam mengajar, berbagai metode mengajar. Dengan penguasaan
tersebut, akan memudahkan guru melakukan pengembangan variasi mengajar dan
memberi kemungkinan guru untuk memilih mana yang kebih tepat yang dapat
menunjang tugasnya mengajar dikelas.
5)
Mendorong anak didik untuk belajar
Menyediakan
lingkungan belajar adalah tugas guru, kewajiban menyatu dalam sebuah interaksi
pengajaran yang mana memerlukan lingkungan yang kondusif yakni lingkungan yang
mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan
belajar mengajar.
3. Manfaat Variasi Gaya Mengajar
Mengajar
menuntut guru untuk bekerja demi keberhasilan anak didiknya, sehingga kemajuan
murid menjadi titik perhatian guru.
Manfaat
Variasi menurut JJ Hasibuan adalah :
a.
Memelihara dan meningkatkan siswa
yang berkaitan dengan aspek belajar
b.
Meningkatkan kemungkinan
berfungsinya motivasi ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksploitasi.
c.
Membentuk sikap positif terhadap
guru dan sekolah.
d.
Kemungkinan dilayaninya siswa secara
individual sehingga memberi keindahan belajar.
e.
Mendorong aktivitas belajar dengan
cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang
menarik dan berbagai tingkat kognitif.
Sebenarnya
dari pendapat diatas, yakni mengenai manfaat variasi gaya mengajar adalah sama.
Hanya saja bahasanya berbeda. Jadi, jika diambil intisarinya manfaat variasi
gaya mengajar adalah :
a.
Meningkatkan, menimbulkan dan
memelihara perhatian siswa terhadap aspek-aspek belajar yang relevan.
b.
Memberi kesempatan untuk
meningkatkan dan berkembangnya bakat ingin tahu dan berfungsinya motivasi
belajar.
c.
Memupuk dan membentuk sikap positif
terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup.
d.
Memberi pelayanan yang baik kepada
siswa secara individual dalam menerima pelajaran agar mudah dan senang belajar.
e.
Mendorong aktivitas belajar dengan
cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang
menarik diberbagai tingkat kognitif.
4. Prinsip Penggunaan Variasi
Dalam
proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu
agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar
tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah
itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam
mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu
yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan
variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada
variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan
variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau
mendengarkan penjelasan guru.
b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan,
sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar
mengajar.
c. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam
rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur
dan direncanakan. Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai
dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu :
1) Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan
keterlibatan siswa.
2) Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
5. Komponen-Komponen Variasi Gaya
Mengajar
Dalam
mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Dengan variasi gaya
tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar
guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut
:
- Variasi suara
Variasi
suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi
rendah, dari cepat menjadi lambat.
Suara
guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam
intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus
atau terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya
seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan
selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan.
Tapi kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita) akan terdengar tidak
jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang
duduknya dideretan belakang. Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya,
perhatian siswa terhadap materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru
menggunakan variasi suara yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi
suara guru senantiasa berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang
lambat, kadang rendah (pelan).
- Pemusatan perhatian
Perhatian
menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
Untuk
dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru
tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak
lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang
penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan
dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini
dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya.
- Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan
adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah
menerangkan sesuatu.
Adanya
kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa.
Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan
perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula
setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila
diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa
mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa
menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.
Pemberian
waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi
lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada
siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan
asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan.
Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan
jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
- Kontak pandang
Ketika
proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau
melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para
siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan
satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya
bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya
keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik
atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya
kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya
merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling
perhatian diantara mereka.
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya
didepan kelas :
1)
Melihat keluar ruang
2)
Melihat kearah langit-langit
3)
Melihat kearah lantai
4)
Melihat hanya pada siswa tertentu
atas kelompok siswa saja
5)
Melihat dan menghadap kepapan tulis
saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan sesuatu.
- Gerakan anggota badan atau mimic
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala,
gerakan tangan dan anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam
berkomunikasi, gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan
arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi.
Orang akan lebih jelas dalam memahami
sesuatu menggunakan indera pendengar dan disertai indera penglihatan atau mata,
semakin banyak indera yang digunakan hasilnya semakin baik.
Tidak semua gerakan anggota badan itu baik dalam arti
esuai, ada gerakan yang biasa dilakukan tapi perlu dihindari, seperti
menggaruk-garuk badan, memegang celana tanpa alas an yang benar, menghapus atau
menggosok hidung dan lain sebagainya. Jadi, suatu gerakan dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan guru pada saat menerangkan materi, harus relevan dengan
materi yang disampaikan dan itu tidak boleh terlalu berlebihan. Secukupnya
saja, begitu juga dengan ekspresi wajah-wajah anda adalah alat komunikasi yang
kuat.
- Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu
dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru
dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan
dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan
terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan.
Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian
belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang
kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian
berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-jalan
mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan posisi itu
harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru janganlah
melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat menerangkan
guru hanya berdiri didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian
atau variasi ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.
6. Model-Model
Belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya
memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa
termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar
ada tiga macam, yaitu :
a) Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan
menggunakan "gambaran keseluruhan" (melakukan tinjauan umum), yakni
dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Cirri-ciri pelajar visual :
1) Teratur,
memperhatikan segala sesuatu
2) Mengingat
dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memorinya
Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk lebih kreatif
dalam menyajikan bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar, warna,
untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan memori siswa terhadap
bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang mudah mempengaruhi siswa ini adalah
kontak pandang, perpindahan posisi dan eksperimen wajah.
b) Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah
dengan mendengar. Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk menggunakan
variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan
perhatian siswa dalam belajar.
Ciri-ciri siswa auditorial adalah :
1) Perhatiannya
mudah terpecah
2) Berbicara
dengan pola berirama
3) Belajar
dengan cara mendengar
4) Berdialog
secara internal dan eksternal
c)
Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif adalah
dengan melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung pada
eksperimen (gerak).
Ciri-ciri siswa kinestetik adalah :
1) Belajar
dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca
2) Mengingat
sambil melihat langsung
Disini guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses
belajar mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa tubuh guru
hendaknya bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah pemahaman
siswa terhadap materi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar