Rabu, 01 November 2017

PRIA DAN RAHASIA LIARNYA UANG




Pria dan Rahasia Liarnya Uang
Oleh: Elia Umbu Zasa


Background

Liarnya uang. Penggunaan uang tidak jelas. Usia semakin banyak namun capaian belum maximal. Uang masuk tanpa program yang jelas, demikian juga uang keluar tanpa tujuan yang pasti.
Dua sisi mata uang dapat merepresentasikan bahwa uang dapat menjadi berkat atau sisi lain uang dapat menjadi laknat. Karena itu, Pria yang takut Tuhan, diharapkan menjadikan uang berkat dan mengelolanya dengan bijak.
Sikap terhadap uang yang berlebihan menjadi masalah.[1] Pendapatan kita akan habis terpakai sesuai cara kita memperlakukannya.

Definisi Istilah
Uang Liar vs Liarnya uang

Memang, dalam PB mengajarkan suatu prinsip dalam memberi persembahan yaitu: persembahan hidup.[2] Pesan lain yang sangat kuat dari pemahaman terhadap persembahan hidup adalah bahwa semuanya baik hidup maupun urusan penghidupan adalah milik-Nya.

Misalnya: Dalam Markus 12:41-44, Tuhan Yesus menunjukkan kepada para muridnya persembahan seorang janda miskin sebesar dua peser ke dalam peti persembahan di bait Allah. Walaupun sangat kecil, dua peser itu dikatakan Tuhan Yesus sebagai seluruh nafkahnya. Janda miskin itu memberikan seluruh nafkahnya ke bait suci untuk orang Lewi.

Prinsip 10 dan 90 – Kuantitas Materi

Ayat ini juga mengingatkan kepada kita bahwa seluruh harta yang kita miliki sebenarnya adalah milik Tuhan. Jadi yang diberikan kepada Tuhan bukan hanya 10%, tetapi seluruh harta milik kita.

Prinsip 10 dan 90 adalah prinsip bahwa 10% dari penghasilan adalah milik Tuhan tapi jangan lupa, 90% lainnya juga milik Tuhan. Jadi, 1 sen yang keluar dari kantong kita adalah milik Tuhan. Karena kita sudah ditebus dengan darahNya yang mahal di kayu salib. Sehingga kita dan termasuk yang kita miliki adalah milik-Nya. Kita menjadi hamba-Nya.

Kita harus mengelola keuangan dengan baik di dalam kehidupan kita, karena berkat uang tersebut asalnya dari Tuhan. Jangan bangga sudah bisa memberikan persepuluhan, karena kita masih harus bertanggung jawab atas 90% sisanya. Hal inilah yang jarang diajarkan dalam suatu gereja, karena fokus gereja biasanya kepada persembahan persepuluhan, padahal masih ada tanggung jawab yang tidak kalah pentingnya dari persepuluhan itu.
Salah satu tipuan setan yang paling jitu adalah pemikiran bahwa kebahagiaan ada di dalam hal-hal yang kita miliki. Melalui dusta ini, dia telah membuat berhala lembu emas dan ilah yang disebut materialisme.[3]
Saudaraku, meskupun kita telah diselamatkan, kita tidaklah bebas dari sasaran setan atau terlepas dari virus materialisme. Seperti suatu wabah, hal itu menjangkiti kita disetiap sudut: ­televisi, media cetak, baliho, etalase dan jalanan. Godaan materialisme ada di mana-mana dan berusaha masuk ke dalam hidup kita melalui pesan yang indah dan manis didengar.
Alkitab telah memperingatkan kita untuk waspada dan berjaga-jaga terhadap tipu muslihat setan (1 Pet. 1:13; 5:8). Mengapa? Karena, jika kita tidak berjaga-jaga, setan akan mengubah fokus kita dari melayani Tuhan secara pelan-pelan menjadi melayani iblis (1 Pet. 2:9).
Uang adalah perkara kecil (Luk. 16:10). Kenapa? Karena uang tidak bisa membeli dan memberi kebahagiaan. Uang tidak bisa memberikan hidup kekal atau makna hidup yang sejati (Yes. 55:1-3; Why. 3:17-18). Tetapi, tidak ada yang lebih memperlihatkan hubungan kita dengan Tuhan seperti sikap kita terhadap uang.
Yesus Kristus menjelaskan bahwa salah satu tanda seseorang memiliki kehidupan rohani yang sehat adalah memiliki sikap yang benar terhadap harta. Enam belas dari tiga puluh delapan perumpamaan Yesus berkaitan dengan uang. Satu dari sepuluh ayat dalam Perjanjian Baru berkaitan dengan keuangan. Alkitab memiliki 500 ayat mengenai doa, kurang dari 500 ayat mengenai iman, tapi lebih dari 2.000 ayat mengenai uang. Uang merupakan masalah yang sangat penting karena sikap seseorang terhadapnya sangat menentukan seperti apa hubungannya dengan Tuhan, berkenaan dengan pemenuhan rencanaNya dalam hidup ini.[4]
Tanggung Jawab Perencanaan

Tanpa perencanaan yang didasarkan atas nilai, tujuan, prioritas Alkitab, uang menjadi tuan yang jahat dan, seperti daun yang masuk ke dalam pusaran angin, kita hanyut ke dalam pengejaran dunia akan harta (Luk. 12:13-23; 1 Tim. 6:6-10).
Perencanaan keuangan adalah suatu yang alkitabiah dan itu merupakan pelayanan yang baik, untuk terlepas dari ilah materialisme, dan merupakan cara untuk melindungi diri dari membuang-buang berkat yang Tuhan percayakan pada kita (Ams. 27:23-24; Luk. 14:28; 1 Kor. 14:40).
Perencanaan keuangan harus dilakukan di dalam ketergantungan pada perintah Tuhan dan dalam iman di mana kita bergantung pada Tuhan untuk keamanan dan kebahagiaan daripada kekuatan kita sendiri (Ams. 16:1-4, 9; Maz. 37:1-10; 1 Tim. 6:17; Fil. 4:19).
Tanggung Jawab Disiplin
Jika perencanaan keuangan kita adalah bekerja, ini membutuhkan disiplin dan komitmen sehingga rencana kita diwujudkan dalam tindakan. Kejujuran keuangan merupakan aspek penting dalam pertumbuhan rohani (2 Kor. 8:7). Tapi pertumbuhan rohani membutuhkan disiplin (1 Tim. 4:8; 6:3-8). Maksud baik bukan berarti tanpa rencana yang diwujudkan ke dalam tindakan.
Tanggung Jawab Pelayanan
Kejujuran keuangan keluar dari pengakuan bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan (1 Taw. 29:11-16; Rom. 14:7-9; 1 Kor. 6:19-20). Hidup di dunia merupakan penugasan sementara di mana setiap orang Kristen melihat diri mereka sebagai orang asing, penduduk sementara, tidak lebih hanya sebagai pelayan Tuhan. Semua yang kita miliki—talenta kita, waktu, dan harta—dipercayakan oleh Tuhan yang harus kita investasikan bagi kerajaan dan kemuliaan Tuhan (1 Pet. 1:17; 2:11; 4:10-11; Luk. 19:11-26).
Tanggung Jawab Bekerja
Salah satu cara Tuhan menyediakan kebutuhan kita adalah melalui bekerja. Melalui pekerjaan kita bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarga kita (2 Tes. 3:6-12; Ams. 25:27). Uang yang kita peroleh juga dapat digunakan untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan menolong mereka yang dalam kekurangan, Prioritas pertama adalah anak-anak Tuhan. Kedua,  mereka yang ada di luar iman (Gal. 6:6-10; Ef. 4:28; 3Yoh. 5-8).

Kesimpulan
1.      Berikan kepada Kaisar yang ia punya, berikan kepada Tuhan apa yang Allah punya.
2.      Kita bertanggung jawab 100 % atas setiap uang yang Tuhan berikan
3.      Diperlukan hikmat dalam kasih dan takut akan Tuhan dalam mengelola uang
4.   Allah ingin kita bergantung pada-Nya. Soli deo Gloria



[1] Billy Graham, Buku Pegangan Pelayanan, Pen., Paul Hidayat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 130

[2] William Barclay, “Roma,” dalam Pemahaman Alkitab Setiap Hari (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006)
[3] J. Hampton Keathley
[4] Ibid.