Sabtu, 16 Juli 2011

Alasan Bersukacita di Hari Natal: Pelajaran dari Pengalaman Maria (Lukas 1:26-38)

Alasan Bersukacita di Hari Natal:  Pelajaran dari Pengalaman Maria
(Lukas 1:26-38)

Introduksi:
“Salam  …” kata Malaikat Gabriel kepada Maria (Luk. 1:28). Kata Yunani untuk "salam" adalah "chairo" yang berarti "bersukacitalah." Ini merupakan seruan bagi Maria untuk bersukacita. Salam dan seruan untuk bersukacita ini tentunya juga untuk kita ketika merayakan Natal ini. Maria keheranan dengan salam itu, lalu malaikat itu kemudian menjelaskan alasan untuk bersukacita itu di dalam Lukas 1:26-38.

A. Kita Bersukacita karena Natal Menegaskan Penyertaan TUHAN (1:26-29)
  1. Kondisi Israel menjelang Natal: Di bawah penghakiman TUHAN 
    • Dijajah secara politis oleh Kekaisaran Romawi;   
    • Dijajah Yunani secara budaya (Helenisme) dan bahasa (Koine);  
    • Dari segi Agama: dikuasai oleh kaum Legalis Farisi yang munafik dan Politis Saduki (para imam). Para pendatang, terutama tentara pendudukan, juga membawa agama dan berhalanya masing-masing.
  2. Berita malaikat bahwa TUHAN menyertai engkau (Luk. 1:28) menjadi alasan untuk bersukacita, karena itu berarti TUHAN tidak meninggalkan umat-Nya, TUHAN masih hadir bersama umat-Nya dan akan memberikan keselamatan, kelepasan, dan kemenangan.
  3. Penyertaan TUHAN menjadi nama dari bayi Natal, yakni Immanuel.
  4. Penyertaan TUHAN Natal kini berlaku bagi kita juga (Mat. 28:19-20), sehingga kita harus bersukacita. 
B. Kita Bersukacita karena Natal Membawa Kasih karunia TUHAN (1:30-34)
  1. Maria bertanya-tanya akan arti salam itu, menunjukkan adanya ketakutan. 
    • "Jangan takut!"  
      • Ketakutan merupakan kondisi psikologis yang muncul karena keyakinan adanya bahaya yang berpotensi bakal menimpa diri. 
      • Ketakutan bukanlah sekedar keadaan batin, tapi merupakan pilihan yang kita lakukan berdasarkan alasan yang diyakini. Jadi kita bisa memilih untuk bersikap tidak takut.
    • Alasan Maria untuk menjadi takut sebagai  implikasi dari salam malaikat yang berarti dia akan mengandung bayi Natal tanpa melalui proses hubungan suami isteri. 
      • Alasan Personal: Sebagai wanita dia akan kesusahan waktu mengandung dan kesakitan waktu melahirkan (Kej. 3:16). 
      • Alasan Marital: Meskipun belum hidup bersama sebagai suami isteri dengan Yusuf, namun menurut adat kebiasaan masyarakat Yahudi kala itu status mereka sudah dipandang sebagai suami isteri (tunangan).  
      • Alasan Sosial: Dalam masyarakat religius, kehamilan di luar nikah merupakan aib sangat memalukan. 
      • Alasan Yudisial Religius: Dalam hukum Agama Yahudi, berzinah harus dihukum mati. 
      • Alasan Royal: Maria akan mengandung Anak Daud yang akan menjadi raja orang Yahudi. Tentu saja ini berita  menakutkan bagi Herodes dan kekaisaran Romawi kala itu. Kekaisaran Romawi pasti akan menumpas setiap gerakan yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan mereka. Raja Herodes pribadi berambisi mempertahankan kekuasaannya.
  2. Natal memberikan alasan bagi Maria untuk tidak takut, karena dia beroleh kasih karunia Allah.  Kata Malaikat, "Engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah" (1:30).  
    • Secara etimologis: "charis" (kasih karunia) adalah penyebab "chairo" (bersukacita). Jadi orang bergembira (chairo) karena mendapatkan kasih karunia (charis). 
    • Secara theologis "charis" berarti:  
      • Karya kasih Allah yang dicurahkan / diberikan  secara cuma-cuma kepada kita yang tidak layak menerimanya. Karya kasih Allah bagi kita itu bisa berupa keselamatan, pertolongan, penghiburan, mujizat dan bahkan teguran-Nya sebagai anak.   
      • Charis itu kebalikan dari murka, amarah, dan penghukuman dari Allah.
      • Charis (kasih karunia) itu adalah Kristus Yesus:
        • Anak lelaki yang bertumbuh besar (manusia);
        • Anak Allah yang Maha  Tinggi;
        • Anak Daud: Ahli Waris tahta Daud; Raja kekal atas keturunan Yakub yang Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.
  3. Kasih karunia Allah yang menyertai Maria juga menyertai kita, sehingga kita harus bersukacita di masa Natal ini.
C. Kita Bersukacita karena Natal Hadirkan Mujizat TUHAN (1:35-38)
  1. Maria bertanya, "Bagaimana mungkin hal itu terjadi?" Malaikat menjawab, "Tidak ada yang mustahil bagi Allah!" 
  2. Mujizat-mujizat yang Maria alami: 
    • Persoalan Marital, sosial, dan yudisial keagamaan selesai secara mujizat: Yusuf tidak jadi menceraikannya, karena ada malaikat mendatanginya di dalam mimpi yang memberitahukan kondisi sebenarnya mengenai kehamilan Maria itu. 
    • Persoalan personal kewanitaan selesai secarfa ajaib: Dia bisa kuat ketika mengandung bayi Yesus (padahal harus melakukan perjalanan jauh dari Nazaret ke Betlehem) dan bahkan bisa melahirkan Sang Bayi dengan sehat meski di kandang domba. 
    • Persoalan Royal (Kerajaan) juga selesai: Dia dan bayi selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Raja Herodes. Tentu saja Maria dan sang Bayi memerlukan kekuatan ekstra untuk bisa pergi melarikan diri ke Mesir.
  3. Mujizat itu masih berlaku sampai sekarang: Roh Allah yang membuat mujizat itu juga ada pada kita (1:35; band. Rm. 8:1-16).
Kesimpulan / Penerapan
1. Respon utama terhadap kasih karunia Allah adalah ketaatan pada firman Tuhan. Kata Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba. Jadilah menurut perkataanmu!" (Luk. 1:38).
2. Kita bersukacita dalam masa Natal karena adanya penyertaan, kasih karunia, dan mujizat dari TUHAN bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar