PENDAHULUAN
Pendidikan pada umumnya
diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, perbuatan mendidik.[1]
Pendidikan Agama Kristen
berkenaan dengan hal ini merupakan salah satu diantaranya yang khas serta
usahanya disesuaikan dengan ajaran agama Kristen. Sisdiknas adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan
nasional di Indonesia. Pendidikan ini berakarkan kebudayaan bangsa Indonesia
dengan dasar filsafat negaranya Pancasila dan UUD 1945 serta bertujuan dengan
cita-cita nasional. Karena pendidikan ini bercita-citakan nasional maka
kurikulumnya ditentukan oleh pemerintah.
Pertumbuhan iman yang
signifikan kepada Tuhan Yesus merupakan dambaan setiap orang tua dalam
kehidupannya sehingga banyak usaha yang ditempuh untuk membentuk dan membangun
iman tersebut. Dalam kehidupan masyarakat sekarang, salah satu kesempatan
untuk membina dan membangun kepribadian yang bertumbuh dalam iman adalah
lembaga keagamaan. Di lingkungan sekolah di Indonesia, terutama di lembaga
pendidikan formal, ada mata pelajaran yang memungkinkan setiap orang untuk
memperoleh pengetahuan tentang
pembinaan dan pembangunan iman dan pertumbuhannya. Mata pelajaran tersebut
adalah mata pelajaran Pendidikan Agama.
DASAR DAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
AGAMA KRISREN
1. Dasar Pendidikan Agama
Kristen
Landasan pembelajaran
PAK merupakan acuan atau dasar pijakan, titik tumpu atau titik tolak dalam
pencapaian tujuan Pendidikan
Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen yang diselenggarakan dengan suatu landasan
yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya,
tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara pendidikan yang
dipilihnya, dst.
Dengan demikian landasan
yang kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan
dapat dihindarkan sehingga praktek PAK diharapkan sesuai dengan fungsi dan
sifatnya, serta dapat dipertanggungjawabkan.
a. Kitab Ulangan 6:4-9
Dalam tradisi orang
Israel “Shema” atau perintah Tuhan yang wajib dijalankan, karena hanya dengan
pedoman itu umat tidak keluar dari pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Yang
seutuhnya tersimpul dalam sebutan “Taurat”.
Ulangan 6:4-9 sering disebut sebagai syema, suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan,
“dengarlah.”
“Apa
yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di
dahimu, dan haruslah engkau bmenuliskannya
pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”(Ul. 6:6-9)
Melalui Syema Israel
diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas
utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan cintanya dengan
Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan
total. Syema ini, pertama, harus tertanam dalam hati orang Israel (ayat 6); kedua, harus tertanam dalam hati anak-anak Israel
(ayat 7); ketiga, harus
menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ayat 7); keempat, harus menjadi identitas pribadi mereka (ayat 8); dan kelima, menjadi identitas keluarga serta
masyarakat Israel (ayat 9). Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan orang Israel
yang terlepas dari relasi mereka yang penuh kasih kepada Tuhan.
b. Injil Matius 28:20
Umat Kristen adalah umat
Perjanjian Baru. Dengan latar belakang Perjanjian Lama mereka hidup dalam
kemurnin perintah Tuhan Yesus. Pada saat Yesus mau meninggalkan murid-muridNya
kembali ke Sorga, Ia pesankan dengan
jelas perintah ini: “Dan ajarlah merela melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu” (Mat.
28:20).
Inti dari ajaran Tuhan
Yesus adalah Hukum Kasih. Ini adalah rangkuman ringkas dari Taurat dan kitab
Nabi-nabi;
1.
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
2.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:37,39)
c. Dasar Hukum
“Undang-undang Dasar 1945”[2]
Di samping pasal-pasal yang implisit berhubungan dengan
Pendidikan Agama Kristen, terdapat pasal-pasal yang eksplisit menunjuk
kepadanya.
Pasal 28 E, ayat 1, 2.
1.
Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan dan
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
meninggalkannya, serta kembali.
2.
Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 29 ayat 2;
2. Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan keyakinannya itu.
Pasal 3
Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pasal 12 ayat 1 a
(1) Setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak:
a. mendapatkan pendidikan
agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama;
Pasal 30 ayat 2, 3
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan
pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Pasal 37 ayat 1 a
(1) Kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat:
a. Pendidikan agama
Mengacu kepada
dasar-dasar tersebut Pendidikan Agama Kristen dalam Sistem Pendidikan Nasional
diselenggarakan dan wajib dilaksanakan. Artinya jaminan perwujudannya menjadi
formal di Indonesia.
2. Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Thomas M.
Groome, dalam bukunya
yang berjudul
Christian Religius Education mengedepankan
bahwa tujuan pendidikan Agama Kristen adalah agar manusia mengalami hidupnya sebagai respon terhadap
kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. [4]
Di indonesia dalam sisdiknas Pendidikan Agama Kristen
tujuannya menumbuhkan dan mengembangkan iman serta kemampuan siswa untuk dapat
memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Secara teknis operasionalnya dapat dijabarkan dalam
tujuan dan fungsinya sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Memperkenalkan Tuhan, Bapa, Putera, dan
Roh Kudus dan karya-
karyaNya.
2. Menghasilkan manusia yang mampu
menghayati imannya secara
bertanggungjawab
di tengah masyarakat yang pluralistik.
3.
Mempunyai
kemandirian yang mantap serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (UU.
No.2 Tahun 1989 Bab. II Pasal
4)
b. Tujuan Khusus
Menanamkan pemahaman tentang Tuhan dan karnyaNya kepada
siswa,
sehingga mampu memahami dan menghayati karya Tuhan dalam
hidup
manusia.
2. Fungsi
a. Mampu memahami kasih
dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari
Tujuan pembelajaran merupakan muara yang menjadi arah kegiatan
pembelajaran dan menjadi tolak ukur yang utama dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran. Perubahan yang ingin dicapai dalam diri mahasiswa adalah dari segi pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, maupun karakter merupakan sasaran atau target perubahan yang
harus dicapai oleh seorang pengajar.
John M. Nainggolan, membagi empat tujuan pembelajaran PAK dalam bukunya “Menjadi Guru
Agama Kristen” yakni: [6]
1. Mengajarkan Firman Tuhan
Guru PAK senantiasa mengajarkan firman Allah agar siswa memiliki patokan
dalam realita kehidupannya yang akhirnya mengalami perubahan dari hari ke hari,
karena firman Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan,
memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (II Tim. 3:16)
2. Membawa perjumpaan dengan Kristus
Perjumpaan pribadi dengan Kristus menyebabkan suatu hubungan berubah
antara manusia dengan Allah, dan antar sesamanya serta menghasilkan cara hidup
yang benar. Guru berperan dalam membantu peserta didik untuk mengalami
perjumpaan pribadi dengan Kristus. Apabila siswa mengalami perjumpaan dengan
Yesus akan memiliki sikap mengasihi Allah dan diwujudkan melalui tutur kata,
perilaku, pola pikir, dan gaya hidup yang benar dan hidup dalam iman serta
ketaatan-Nya kepada Tuhan
3. Memiliki Kemampuan dan
keterampilan melalui 4 (empat) prinsip utama dalam PAK:
1. Learning to know
Learning to know berhubungan dengan kempampuan kognitif peserta didik.
Kognitif peserta didik harus dirangsang untuk mampu berpikir, menganalisa, dan
menginterpretasikan. Kaitannya dengan PAK, pendidik bertugas untuk membuat
bahan pembelajaran dari Alkitab yang bisa merangsang kemampuan peserta didik yang
akhirnya bisa menginterpretasikan dalam kehidupannya. Peserta didik dimampukan
untuk mengetahui segala sesuatu tentang dirinya sendiri, dunianya, sesama,
lingkungannya, dan pengetahuan akan Allah serta segala firman-Nya.
2. Learning to do
Pengetahuan peserta didik yang telah diperolehnya dalam proses belajar
diarahkan untuk mengaplikasikannya. Mereka harus belajar untuk melakukan firman
Tuhan. Dengan demikian peserta didik dapat menjadi garam bagi dunia sebagai
orang beriman.
3. Learning to be
Learning to be menekankan pada pengembangan potensi kepribadiannya.
Peserta didik diarahkan untuk memiliki integritas hidup ditengah masyarakat.
Sebagi murid Kristus, peserta didik diharapkan mampu hidup seperti karakter
Tuhan Yesus.
4. Learning to life together
Peserta didik adalah makhluk individu yang hidup ditengah makhluk sosial.
Berhubung karena hidup ditengah makhluk sosial peserta didik membutuhkan orang
lain. Orang lain merupakan objek pengaplikasian kasih Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam makhluk sosial inilah siswa mengaktualisasikan dirinya
karena disitu tempat ia bertumbuh, berkembang, bahagia, tabah, dan lain
sebagainya.
5. Pembentukan Spiritualitas
Seorang siswa yang memiliki spiritualitas yang bagus
maka ia ampu memahami makna keberadaannya dan bagaimana ia berperan menjadi
berkat bagi bagi orang lain serta memuliakan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar